13

965 84 8
                                    

Pete masih memandangi lembar kertas berwarna biru muda itu dengan tatapan sulit diartikan. Sementara tin duduk ditepi ranjang tempat istrinya berbaring setelah pulang dari rumah sakit.

Sejak sadar di rumah sakit dan mengetahui kenyataan sebenarnya,pete menjadi diam seribu bahasa. Dia tidak mendengarkan penjelasan tin yang terus memandanginya dengan tatapan penuh kecemasan. Pete bukan tidak menyadari kondisi istimewanya,dari awal menikah pete sudah tahu alasan kenapa tin tetap menikahinya walau mereka memiliki gender yang sama. Alasannya adalah kondisi pete yang mampu memberikan tin keturunan. Hal ini lah yang menjadi penyebab keterdiaman pete.

"Sayang..ada apa?" tanya tin perlahan menaikkan tubuhnya ke atas ranjang,ikut berbaring bersama istrinya.

"Hnn..tidak apa-apa,aku hanya lelah" jawab pete mencoba tersenyum.

"Baiklah, sekarang tidur na..aku akan memelukmu semalaman  bunny. Tidurlah..aku mencintaimu sayang" jawab tin seraya menarik selimut mereka dan merengkuh tubuh ramping istrinya ke dalam rengkuhan hangat lengan kekarnya.

"Yakinlah satu hal pete,aku mencintaimu..aku mencintai kalian dengan seluruh jiwaku." bisik tin

"Krab..aku juga mencintaimu" jawab pete lirih.

Setelah itu pete bisa mendengar dengkuran halus di telinga kanannya. Pete tidak bisa memejamkan matanya. Pikirannya serasa penuh. Dia bukan tidak bahagia saat mengetahui ada kehidupan yang dititipkan Tuhan di dalam tubuhnya. Namun ada hal lain yang mengganjal pikirannya. Seolah tahu pete masih terjaga,tin menggeratkan pelukannya,mengusakkan wajah mengantuknya di ceruk tubuh pete,memberikan beberapa kecupan yang akhirnya membuat pete jatuh terlelap.

Tin bisa merasakan perubahan pada diri pete dua minggu setelahnya. Pete memang masih beraktifitas seperti biasanya. Hanya beberapa hari setelah pulang dari rumah sakit pete beristirahat di rumah,selebihnya pete memilih menjalani harinya seperti biasa. Tin sudah menyarankan agar pete tidak pergi ke kantor,tapi pete beralasan bosan di rumah. Dengan sangat terpaksa tin mengizinkannya dengan catatan, sore hari pete harus sudah ada dirumah dan tidak ada pekerjaan kantor yang dibawa pulang.

Hari ini tin sengaja mengosongkan jadwalnya agar bisa makan malam dirumah. Namun sesampainya dirumah,tin tidak mendapati istrinya. Tin tidak melihat mobil Pete di garansi atau halaman rumah. Setelah mendapatkan penjelasan dari seorang maid,tin baru menyadari jika pete biasa pulang pukul tujuh malam,satu jam sebelum dia pulang dari kantor. Maka dengan sedikit tergesa dia menyambar kunci mobil yang telah di letakannya di nakas ruang tengah rumah mewahnya.

.

Pete membereskan semua dokumen yang tampak berserakan diatas mejanya. Dia memutuskan pulang sedikit lebih awal karena tubuhnya tidak bisa lagi diajak bekerjasama. Kepalanya pusing dan rasa mual itu terus membuatnya berlari ke kamar mandi di dalam ruangannya untuk memuntahkan isi perutnya, yang hanya berisi air. Makanan yang disediakan P' Im masih utuh tidak tersentuh sama sekali. Pete berusaha menyelesaikan pekerjaanya,agar besok dia bisa bersantai dirumah,karena biasanya tin akan pulang lebih awal jika hari sabtu. Dengan sedikit gemetar dia berhasil merapikan berkas yang telah ditanda tanganinya. Menyambar jas dan tas kerjanya lalu melangkah menuju pintu.

Braak!!

Pete terkejut saat tangannya hampir saja menyentuh handle pintu,pintu di depannya itu justru terbuka dan banting cukup keras di depan matanya. Dengan sedikit kaget pete mundur beberapa langkah saat melihat sosok suaminya muncul tepat di hadapannya dengan sorot mata marah bercampur cemas.

"Tin..krab.."

Tanpa memperdulikan sapaan lembut pete,tin melangkahkan kaki jenjangnya menuju ke sofa yang terletak di depan meja kerja pete dan mendudukan diri disana.

My Koon Chai (HIATUS)Where stories live. Discover now