18

921 79 30
                                    

Tin menatap wajah lelap Pete dengan perasaan tenang. Setelah makan malam mereka memutuskan untuk menginap di rumah orang tua Pete. Pete ingin tidur di kamar lamanya. Selama seharian ini istrinya memang tidak bisa duduk diam, ada saja hal yang dilakukannya. Memasak di dapur,menyiram bunga- bunga mawar ibu mertuanya dan berjalan mengitari halaman belakang mansion yang kesemuanya itu tidak akan pernah tin izinkan di rumah. Tin hanya khawatir dengan kondisi kehamilan pete. Namun hari ini tin bahagia saat melihat senyum ceria dari wajah istrinya itu. Pete memang sedikit lelah,tapi dia baik-baik saja.

Tok..tok..tok..tok..

Dengan amat perlahan tin menggeser posisi tangan Pete yang melingkari pinggangnya. Bergerak tanpa suara,turun dari ranjang. Memakai kembali atasan piyama yang tadi dilepaskannya.Merapikan selimut dan mengusap lembut puncak kepala Pete sebelum berjalan menuju pintu kamar.

Ceklek.

"Sudah tidur?"

"Mae krab"

"Kita bicara di ruangan ayahmu."

"Krab" jawab tin mengikuti langkah ibu mertuanya menuju ruangan yang terletak di ujung lorong lantai dua tersebut.

Setelah masuk tin duduk disamping ayah mertuanya yang  tampak menutup sebuah berkas dan meletakkannya di atas meja.

"Apa yang terjadi tin?  Kau bisa menceritakan semua pada kami nak" kata putti.

"Sebenarnya tidak ada hal yang terlalu serius pha.. hanya saja beberapa hari terakhir ini kami sering menerima paket dan kiriman bunga untuk Pete. Maaf Mae,pha..tin tidak mencurigai Pete,tapi saya hanya merasa aneh saja. Pete tidak menyukai bunga,mae dan pha tidak mengirimkannya,lalu siapa? Gun kadang memang datang bersama can dan hanya memberikan camilan kesukaan Pete,bukan bunga. Saya memang belum meminta Phi Mark untuk mencari tahu,saya masih ragu."

"Bagaimana tanggapan Pete? Apakah dia tahu?"tanya nath pada tin.

"Pete justru berfikir bahwa buket bunga itu berasal dari dady,pha dan Mae. Menurut maid,pete tidak terlalu memperhatikannya karena seperti pha tahu kondisi emosional Pete sedang tidak stabil sekarang."jawab tin.

"Apa yang kau takutkan tin? Mungkin saja itu salah kirim" kata putti sambil tersenyum.

"Salah kirim tidak setiap hari pha.. saya hanya takut terjadi apa-apa pada Pete saat saya tidak berada di dekatnya. Ya..pha tahu bukan dunia kita seperti apa. Maafkan saya Mae,jika terlalu sibuk akhir-akhir ini. Saya membuat Pete merasa bosan dan tertekan selama ini."

"Hai.. jangan bicara seperti itu. Mae tahu kau sangat sibuk tin. Dan Mae juga menyadari kondisi emosional istrimu,jadi bersabar adalah kunci menghadapi kondisi Pete. Sejauh ini,kondisi istrimu masih stabil. Jadi jaga emosinya. Beri dia ruang gerak yang sedikit lebih longgar. Kita awasi saja. Mae juga sudah memberi tahu istrimu tentang kondisinya dan baby."

"Mae krab,saya akan lebih meluangkan waktu untuknya."

"Baiklah,pha akan meminta Mark menyelidiki semua,tenanglah semua baik-baik saja na.."

"Kra-b.."

"Tin kraaab.."

Semua orang yang ada di ruang kerja itu menoleh ke arah pintu masuk dan terkejut melihat Pete berdiri di sana dengan piyama biru muda bermotif kelinci dan perutnya yang mulai tampak membesar. Tampak menggemaskan.

"Aow.. kenapa sayang? Maaf kalau meninggalkanmu,pha ingin ngobrol denganku sebentar."kata tin seraya meraih tubuh pete dalam pelukan hangatnya.

"Ayo kita tidur na.. baby ingin bersama dady nya.."Rajuk Pete dengan mata sedikit terpejam.

My Koon Chai (HIATUS)Where stories live. Discover now