Gun menatap heran wajah manis yang ada di depannya. Sudah satu jam lebih pemilik wajah manis di depannya ini menatap layar televisi ukuran 40 inci yang ada di depan mereka berdua dengan tatapan kosong. Mulut mungilnya memang sibuk mengunyah kue kering yang diberikannya,tapi jelas tatapan matanya kosong.
Gun sengaja datang mengunjungi Pete sore ini karena dia tahu sahabatnya itu pasti sedang kesepian. Pasalnya, sudah dua hari ini Tin dan Mark di Makau. Tin perlu menandatangani kontrak kerja dengan sebuah perusahaan konstruksi terbaik di sana. Sedangkan Mark adalah tangan kanan tin,jadi otomatis dia harus ikut kemana pun tin pergi.
"Pete..apa kau tidak bosan mengunyah kue kering itu,sudah hampir satu bungkus besar habis,dan makananmu sudah dingin. Makan na.." bujuk Gun hati-hati.
Tampak di atas meja sepiring nasi lengkap dengan lauknya, semangkuk kecil sup,spiring kecil salad dan segelas susu yang hanya berkurang seperempat isinya.Dia tahu suasana hati Pete sedang tidak baik,karena tin tidak ada di rumah. Gun tahu mungkin ini sedikit berat untuk Pete. Karena ini pertama kalinya mereka berpisah saat Pete dalam kondisi hamil besar. Ya,kini usia kandungan Pete sudah masuk Tri semester terakhir nya,delapan bulan.
"Aku tidak ingin makan,kue mu ini sangat enak" jawab Pete sambil tersenyum.
"Aku akan memberikannya lagi yang lebih banyak asal kamu makan. Pete, baby butuh makanan darimu..makan na.." bujuk Gun lagi.
Kepala cantik itu menggeleng pelan. Sementara mulut mungilnya masih asik mengunyah.
"Ai Gun,apakah kau pernah melihat Phi Mark bermain di belakang mu? Jika Phi Mark bermain di belakang mu apa yang akan kau lakukan?"tanya Pete tanpa mengalihkan pandangannya dari layar televisi di depannya.
"Aku sudah terbiasa melihat Phi Mark bermain-main di depan ku,tapi aku yakin dia tidak akan melakukannya. Ada apa? Kalian baik-baik saja kan?"tanya Gun sedikit cemas.
Tidak biasanya Pete mengajukan pertanyaan semacam itu. Apalagi sejak menikah sedikit banyak Gun tahu dari Mark jika tin telah banyak berubah. Mereka sudah tidak pernah melihat tin menghabiskan waktu di club malam atau bar,tempat mereka biasanya nongkrong melepas kepenatan dunia kerja.
"Hei..ada apa? Aku rasa tin tidak akan melakukan hal semacam itu,apalagi sekarang dia sedang menantikan baby lahir.hm.. cerita apa yang kau rasakan,agar setidaknya rasa berat mu itu berkurang" ucap Gun hati-hati.
"Semoga saja.. tapi.."
Gun ingin menanyakan apa yang Pete maksud kan,tapi laki-laki manis itu telah melangkahkan kakinya menuju ke ruang kerja disamping ruang keluarga tersebut. Sedikit penasaran Gun mengikuti Pete menuju meja kerja yang biasa tin gunakan di rumah.
Gun melihat Pete membuka laci meja dan mengeluarkan sebuah amplop coklat besar.
"Aku menerima amplop itu kemarin. Jujur saja aku tidak tahu itu dari siapa? Tapi kiriman itu ditujukan kepada ku"
Perlahan Gun membuka amplop dan mengeluarkan isinya. Hanya beberapa lembar dokumen,akta lahir seorang,sebuah foto seorang bayi laki-laki yang mungkin usianya baru beberapa Minggu. Gun berpikir cepat,jawaban apa yang paling aman diberikan kepada sahabatnya itu.
"Pengirim..?"
"Tidak ada"
"Lalu apa hubungannya dengan tin?"
"Baca lebih cermat isi dokumen itu"
Shia! Dokumen akta kelahiran itu mencantumkan nama tin sebagai nama ayah dari sang anak. Sedangkan untuk ibunya tercantum nama seorang wanita. Apakah ini yang membuat Pete curiga pada tin?
"Siapa.."
"Wanita itu meninggal beberapa Minggu yang lalu di sebuah Rumah sakit di Hongkong. Anak seorang bankir, yang berusaha mengakhiri hidupnya dengan melompat dari atap apartemen. Phi Im yang mencarikan informasi itu untuk ku tanpa sepengetahuan tin."
YOU ARE READING
My Koon Chai (HIATUS)
عشوائيPete, putra tunggal salah seorang pengusaha sukses di Thailand. Hidup serba berkecukupan,dilimpahi kasih sayang kedua orang tuanya, memiliki begitu banyak teman menjadikan hidupnya begitu sempurna,hanya satu hal yang selalu membuatnya cemas, kehid...