1. PROLOG

36 27 23
                                    

Setiap manusia pasti ingin memperbaiki dirinya menjadi lebih baik
Apapun alasanya..

~~Billa~~

"......" terdengar suara dari seberang.

"Iya bun bentar lagi pulang kok."  jawab seorang remaja yang kini tengah sibuk membereskan alat tulisnya.

"......" balas wanita diseberang sana.

"Iya bunda sayang, aku bentar lagi pulang. Jangan khawatir ya." jelasnya.

Namun tak terdengar jawaban dari sana.

"Ya udah, Billa tutup teleponnya ya. Assalamu'alaikum bunda."

       Salsabilla..

Nama yang begitu sederhana, sesederhana pemiliknya.

Gadis dengan rambut panjang yang selalu dikuncir satu bak ekor kuda itu, kini tengah berjalan menuju parkiran sekolah untuk mengambil motornya.

Ia berniat untuk segera pulang karena tidak mau membuat ibunya khawatir

***

Taman sekolah tampak begitu damai. Ia duduk disalah satu kursi taman.

Ditatapnya sebuah benda yang sudah menjadi salah satu benda kesayanganya. Sebuah laptop berukuran sedang peninggalan ayahnya. Tanganya tak henti henti menari diatas papan keyboard. Ia larut dalam kata demi kata yang ia rangkai ditemani dengan angin yang terus berhembus.

Gue percaya bahwa perpisahan ini bukan akhir segalanya

Kelak kita akan dipertemukan kembali di syurga-Nya

Namun mengapa secepat ini kalian pergi?

Tanpa sadar cairan bening menetes dari sudut mata indahnya. Ia terus teringat akan sosok yang selama ini sering dibuat kecewa olehnya.

"DOR!!" Seseorang menepuk pundaknya dengan tiba-tiba, hingga membuat Billa terlonjak dan nyaris menjatuhkan laptop yang ada dipangkuanya.

"Ishh." gerutunya, Billa tau itu adalah kelakuan kedua sahabatnya

"Lohh loh lo nangis? Kenapa?" Tanya Icha khawatir.

Hening...tidak ada jawaban.

Icha dan Alen mendaratkan pantatnya tepat disamping Billa. Mereka melirik kearah laptop yang ada dipangkuan sahabatnya itu. Tampak beberapa untaian kata yang baru saja dirangkai. Kemudian Icha dan Alen saling tatap, mengerti mengapa sahabatnya menangis.

"Mau sampai kapan lo kaya gini? Kasian ayah lo. Daripada nangis mending lo doa in biar Om sama Bina tenang disana. Lagipula mereka pasti senang liat lo udah berubah."

Ia mencerna setiap kata yang terlontarkan dari mulut Icha.

Ada benarnya. Lalu ia menganggukan kepalanya sembari tersenyum menerima saran dari sahabatnya.

"Gimana kalo gue pergi ninggalin kalian?"

"Ngomong apaan sih lo, jangan aneh-aneh napa?" Geram Alen.

"Iya nih, emang mau pergi kemana sih? Jangan tinggalin kita. Huuaaa..." Rengek Icha yang langsung memeluk tubuh mungil Billa.

"Drama banget sih, gue cuma mau pindah rumah doang kali."

"Tapi kemungkinan bakal pindah sekolah juga." lanjutnya.

"Yaahh kenapa? Kok mendadak banget sih Bill, lagian ngga ada masalah apapun kok tiba-tiba mau pindah?" Tanya Alen penasaran.

"Kalian tau sendiri lah bunda gue belum bisa ngelupain ayah, rumah itu terlalu banyak kenangan. Jadi bunda mutusin buat pindah."

Alen dan Icha mengerti dengan keadaan keluarga Billa.

"Ya udah gue pulang dulu ya." 

"Ohh ya, udah waktunya pulang ya?" Tanya Icha melirik pada jam tanganya.

"kalian jangan lupa ke rumah gue nanti sore, gue bakal pindah nanti sore."

"Okeh Siap. Jangan sedih mulu inget ucapan kita tadi."

Billa menganggukan kepala dengan senyuman yang terukir dibibirnya , lalu mulai melangkahkan kaki untuk meninggalkan taman.

"Makasih.." Satu kata yang terlontarkan dari mulut Billa disela langkahnya namun masih bisa didengar oleh Icha.

"Untuk apa?" Tanya Icha bingung.

"Sarannya."
            

____________________

Cerita pertamaku, jangan lupa votment karena saran kalian sangat berharga😍.

Indhpngsti💙

BillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang