[Prosa] Perasa

59 2 0
                                    

Dalam kegelapan, kau bawa lari setitik penerangan. Saat aku tertawa, kau buat aku bisu, tak tahu cara mengeluarkan suara. Di kelamnya hidup, kau membiarkanku hanya mencecap satu warna kehidupan.

Kenapa? Aku selalu bertanya-tanya. Aku tak pernah menyakitimu, bukan? Aku juga tak pernah meminta hatimu untuk kau berikan padaku, atau memaksa ragamu ikut duduk denganku di bawah hangatnya langit jingga.

Aku hanya mengukir namamu dalam kalbu. Agar takkan lekang oleh waktu.

Aku hanya sering menitipkan rindu pada awan kelabu. Agar renjana ini tak menyiksa hati yang ingin bertemu.

Aku hanya mengucapkan namamu di setiap sujud dan doa pada Tuhanku. Agar dapat meluluhkan hatimu untukku.

Aku hanya ... hanyalah gadis perasa yang mudah terluka. Kala kata yang kau ucap tak pernah semanis gula. Bak udara bersianida. Mencekik hampir meregang nyawa.

Tak bisakah kau diam saja? Tak perlu membuatku merasakan gelapnya dunia.

Andai rasa ini bisa memilih. Tentunya, kau takkan kupilih. Pemuda yang hatinya tak tersentuh. Hanya membuat batin perih.

Pada sisa-sisa keputusasaan. Aku selalu menunggu waktu, di mana keajaiban itu ada. Aku dan kamu menjadi kita.

_____________________

Tente, 15 Februari 2019
HN

Antologi Prosa Puisi RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang