#Curhat 1 (True Story)

20 4 2
                                    

"Aku harap kau mengerti bahwa sulit bagiku untuk menerima sesuatu yang tidak kukenali, aku harap kau mengerti bahwa aku tidak terbiasa dicintai sehingga aku sering tak tahu harus memberikan reaksi apa atau bagaimana mempercayaimu ketika kau member...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku harap kau mengerti bahwa sulit bagiku untuk menerima sesuatu yang tidak kukenali, aku harap kau mengerti bahwa aku tidak terbiasa dicintai sehingga aku sering tak tahu harus memberikan reaksi apa atau bagaimana mempercayaimu ketika kau memberitahuku kalau kau mencintaiku.  Aku harap kau tidak menyalahkanku ketika aku mencoba mengusirmu. Aku hanya takut,  aku takut terluka, tetapi sebenarnya aku jauh lebih takut untuk bahagia, karena aku tahu aku tidak akan bisa menahan dingin lagi setelah kau memberiku kehangatan. Aku harap kau tidak kesal setiap kali aku bertanya apakah kau benar-benar mencintaiku atau apakah kau bersungguh-sungguh, sejujurnya aku hanya perlu mendengarmu mengatakannya. Aku perlu mendengarnya agar suara-suara di kepalaku ini tidak akan menang."

Sekarang aku berpikir, apa kau yg seperti itu ataukah aku yang seperti itu? Kupikir kau seperti itu dan kupikir aku adalah kebalikan dari itu, dengan akhir yg sama.

Aku juga takut, aku takut jika aku berhenti menunggumu maka kau benar-benar tidak akan pernah kembali. Apa yang mungkin terjadi jika aku berhenti menunggu dan apa yang akan terjadi jika aku berpaling? Ketakutan akan kepergianmu sepertinya sudah membuatku memilih untuk membuat orang seperti dia meninggalkanku.

Bukan dia yang pergi meninggalkanku, tapi akulah yang membuat ia menjauh. Aku mempermainkannya. (itu terlihat sangat jelas).

Kau tahu? Dia mengatakan hal itu padaku. Saat itu aku bertanya-tanya, "Apa dia mirip denganmu? Jika tidak maka aku harus meninggalkannya, jika iya maka aku akan mempertimbangkan untuk memilihnya." Jawaban yang kudapat saat itu adalah dia tidak mirip denganmu. Maka dari itu aku membuangnya.

Akhirnya, kusadari itu terlalu jahat. Ia bahkan tidak melakukan kesalahan apapun sampai aku harus memperlakukannya seperti itu. Aku membuatnya merasa senang (mungkin), tapi tiba-tiba saja meninggalkannya dengan sangat kasar. Aku penasaran seberapa sakitkah hatinya saat itu?

Namun, ketimbang rasa bersalah karena sudah mempermainkannya. Rasa bersalahku padamu karena sudah berani mempermainkan perasaanku dengannya lebih besar. Aku takut jika kau kembali dan bertanya tentang dirinya, lantas apa yang harus kujelaskan.
Kata, "Sejujurnya...."? Oh aku takut sekali!

Aku tidak tahu harus meminta maaf padamu atau padanya, aku bahkan tidak tahu apakah harus meminta maaf atau tidak.

Ya, aku memang sejahat itu. Aku belajar untuk menjadi jahat sesaat setelah setiap orang berlaku tidak adil padaku. Aku belajar berhenti merasa bersalah setelah setiap orang berusaha mempermainkanku. Dan aku belajar membalas dendam setelah setiap siapa pun mencoba menyakitiku.

Sekarang aku mencoba memperbaiki segalanya. Aku mencoba berbuat baik (menurutku) dan sampai sekarang ... aku masih menunggumu.

---***---


*Tuh, udah kan ditulisin "Ratu Cantik" (alay amat sih nama lu?)

Yup, itulah tadi curhatan dari my friend yg lagi galaw. Pengen dibikin cerita katanya, tapi gak bisa nulisnya. Karena cerita dia puanjangnya minta ampun aku pun nyerah, jadi itu aja ya. Mau ujian woy!

(Btw, cerita kita rada mirip ya say. Hedeh, sehati emang 😘😉.)

NARA & ZARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang