1

1.1K 113 4
                                    

Kim Dahyun di musim dingin. Mengenakan pakaian serba tertutup dan tebal untuk supaya dirinya tak mati membeku di tengah-tengah turun salju sore ini. Berdiri sendirian sambil memeluk sebuah tas tangan di depan gedung di mana ia bekerja. Sesekali mengembuskan napas. Bukan, bukan karena ia dingin. Tapi karena ia sudah bosan sejak lima belas menit yang lalu di sana.

Matanya mengedarkan pandangan, beberapa pemandangan menyapanya untuk membunuh kebosanan yang makin menjadi-jadi. Ada orang yang sedang buru-buru, santai sambil menikmati cuaca, café-café yang menunjukkan banyak orang sedang makan atau sekadar minum kopi untuk menghangatkan diri.

Desember tiga tahun lalu juga ia begitu. Ia pernah terburu-buru karena seseorang, menikmati cuaca bersama seseorang, dan menghabiskan waktu di café dengan seseorang. Bahkan lengkap sekali rasanya karena mereka mengakhiri tahun bersama kala itu, Dahyun masih sangat mengingatnya.

Setelah menyalakan kembang api dan bersorak untuk menyambut tahun baru, mereka bahkan sempat menumpuk salju dan membuatkannya beberapa bentuk. Rudolf dan teman-teman. Malam di mana ia rela membuat bibirnya beku walau banyak sekali hal yang ingin disampaikannya pada seseorang itu.

Ah, dia terlalu gugup.

Lalu setelah Desember tahun itu, mereka berpisah. Hari-hari Dahyun disapa dengan rasa kesepian dan kehampaan. Semuanya berjalan normal, namun tidak dengan hatinya. Tiga tahun berlalu dengan cukup berat.

Dahyun menengadah ke langit yang sibuk menurunkan salju. Berusaha membuang pelan-pelan rasa sepinya, rasa hampanya, dan bersiap menerima rasa gugup yang sudah lama tak ia rasakan lagi.

Tepatnya tadi ketika ia sedang sibuk mengetik di depan laptop untuk menyusun laporan, Myoui Mina yang duduk tepat di bilik sebelahnya dengan rusuh memekik tertahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepatnya tadi ketika ia sedang sibuk mengetik di depan laptop untuk menyusun laporan, Myoui Mina yang duduk tepat di bilik sebelahnya dengan rusuh memekik tertahan. Dahyun menoleh bingung, ia benar-benar sangat fokus tadi dan Mina menghancurkannya.

"Kim Taehyung!" bisiknya membuat Dahyun terlonjak dan berdiri spontan. Semua temannya sudah berdiri, menyambut beberapa orang yang sedang berjalan angkuh ke sebuah ruangan bertuliskan "CEO ROOM" jika mereka belok ke kanan sedikit dan bertemu dengan Im Nayeon selaku sekretaris bos.

Tidak, bukan lelaki bernama Kim Taehyung itu bosnya. Tapi dia adalah bawahan Kim Seokjin si bos sebenarnya yang tiga tahun kemarin ditugaskan ke luar negeri dan menetap di sana. Ada sekitar empat sampai lima orang yang berjalan menuju ruangan bos, mereka mengacuhkan semua bungkukkan bawahan termasuk Dahyun.

Belum lama ia menunduk, Dahyun mendongak dan sekilas bisa mendapatkan lirikkan si lelaki Kim Taehyung itu. Mulutnya bicara tanpa suara.

"Temui aku saat pulang nanti."

Itulah kenapa Dahyun rela kedinginan di depan gedung tempat ia berkerja, menolak beberapa temannya yang menawarkan diri untuk mengantarnya pulang dengan mobil. Yah, setidaknya ia bisa menghangatkan diri di sana. Iya, kan?

Tapi tidak. Ia memilih untuk berdiri konyol di sana.

Dahyun menghela napas, berniat menurunkan pandangannya dari langit yang mulai menggelap kalau saja ia tak melihat payung transparan yang melindunginya dari salju. Perlahan ia menoleh ke sebelah kanan, menemukan lelaki bernama Kim Taehyung tadi yang semula berwajah dingin.

Ah, sekarang ia menyunggingkan senyumannya, manis. "Oraemaniyeyo ..."

"..."

"... Dahyun-a."

Dahyun tersenyum sambil mengangguk. "Oraemaniyeyo, oppa."

Keduanya masih terdiam beberapa saat, kecanggungan menyelimuti keduanya. Taehyung menggaruk rambutnya bingung, terkesan menghilangkan kewibawaannya. "Ayo, aku antar pulang."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Second TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang