Akhirnya ia hanya menggerak-gerakkannya ke kanan dan kiri, melambai untuk pamit.
“Aku pulang dulu, kau juga, masuklah.” Dahyun mengangguk, ikut melambai dan membuka pagar rumah. Segera ia berlari kecil menuju pintu, melambai sekali lagi dan masuk ke istana kecilnya. Dahyun memegang dada, ah … sudah berapa lama ia tak merasakkan debaran itu lagi? Pikirnya.
Matanya menatap lurus ke lorong di depannya, sebentar lagi ia akan menyapa beberapa ruangan di rumah yang selalu tampak sepi. Gelap dan terlalu hening. Padahal sebenarnya ia tak tinggal sendiri, namun kesehatan sang nenek yakni ibu dari ibunya sendiri yang sakit mengharuskannya untuk selalu sendirian di rumah.
Tidak ada yang menyambutnya, tidak ada yang menawarinya makan atau mandi, semua ia lakukan sendiri.
Ponselnya bergetar, segera ia meraih benda canggih itu dan menemukan pesan dari seseorang yang baru saja mengantarnya pulang hanya dengan payung.
[Sampai jumpa besok, Dahyun-a. Makan dan istirahatlah yang cukup.]
Dan satu pesan singkat itu membawanya untuk segera berlari menuju kamar, menciptakan suara rusuh dari tangga dan gebrakkan pintu yang tergesa-gesa. Ia menyibak gorden dengan pelan, menemukan Taehyung yang fokus pada ponselnya sambil masih memegangi payung di depan pagar.
Perlahan ia mendongak, menatap jendela kamar Dahyun yang sedang mengintip sang empu di bawah sana. Ia tersenyum, sekali lagi melambaikan tangan dan berjalan menjauhi rumahnya.
Senyum Dahyun merekah, sepertinya kesepian di rumah yang selalu ia rasakan takkan terasa mulai sekarang. Karena ketika Dahyun pulang, Taehyung akan memberikannya sebuah debaran akibat kepeduliannya untuk ia bawa sampai ke rumah. Untuk ia rasakan sampai Dahyun lupa apa itu kesepian dan rasa lelah.
Gadis itu merebahkan diri, menatap langit-langit sambil memikirkan obrolan terakhir yang mereka bicarakan. “The best thing I ever did …?”❄❄❄
Besoknya ketika Dahyun bekerja, sungguh luar biasa efek kedatangan Kim Taehyung ini. Ia sampai tak sadar bahwa pikirannya terus memutar ulang reka adegan sore kemarin yang sebenarnya tidak istimewa. Senyumnya terukir bahkan ketika jarinya terus menari di atas keyboard untuk mengerjakan tugas.
Mina sendiri yang baru melewati bilik temannya sampai merinding, bagaimana bisa Dahyun bekerja sambil tersenyum begitu? Padahal kalau orang normal akan menunjukkan raut jenuh. Ayolah, ini sudah waktunya istirahat tapi mereka masih harus bekerja.
“Dahyun-a, berhentilah tersenyum. Kau membuatku takut!” pekiknya sambil memberikan dokumen baru yang harus dikerjakan Dahyun, ia mengangguk sambil malah melebarkan senyumnya. “Augh, kau ini.”
“Kehadiran seseorang membuatnya menjadi lebih bersemangat untuk bekerja,” celetuk seseorang dari bilik depan. Ia baru saja berdiri dan melemparkan tatapan menggoda yang membuat Dahyun merona. “tercetak jelas di wajahnya.”
“Jongyeon eonnie, berhenti menggodaku!” sahut Dahyun melemparkan kertas bekas ke arahnya yang ditangkap baik oleh sang empu. Melewati seseorang yang berjalan, hampir menjadi korban lemparan kertas Dahyun.
“Bekerjalah dengan baik, jangan malah melempar-lempar kertas seperti anak sekolah!” gerutunya sambil kembali berjalan tergesa ke arah mesin printer. Dahyun dan Jongyeon tertawa walau tetap menyempatkan meminta maaf.
“Kenapa kau sensitif sekali, Jungkook-ssi?” tanya Jongyeon sambil kembali duduk. Lalu obrolan ringan tercipta di antaranya. Jungkook pun sama, ia ingin segera istirahat karena perutnya sudah sangat lapar. Semua orang mengeluh, minus Dahyun yang masih menyunggingkan senyumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Time
Фанфик[DUBU SHORTSTO 06] [FICLET] [SONGFIC] Bukan. Ini bukan tentang kesempatan kedua seseorang untuk memperbaiki sesuatu yang salah di masa lalunya. Hanya saja ini waktu yang tepat untuk merasakan kembali apa yang dulu pernah dirasakan. Perasaan rindu d...