11

413 86 1
                                    

Cangkir kopi milik Taehyung kembali kepada pemiliknya, sedangkan di tangannya sekarang ada cangkir baru berisi susu hangat. Dia tak mengatakan apa-apa lagi, hanya bersandar di pantry dapur dan menyesap minumannya tanpa mengalihkan pandangan. Bahkan Dahyun bisa melihat bahwa lelaki itu sedang tersenyum di balik cangkir kopinya.

Canggung luar biasa ia rasakan. Dahyun hanya berujar terimakasih dan kabur. Irene baru saja menyaksikan rasa perhatian Taehyung padanya yang jarang sekali ia tunjukkan pada siapapun.

Setelah presensinya menghilang, Taehyung berdiri tegap sambil pamit seadanya pada Irene. Namun sebelum itu …

“Jadi kalian ini dekat?” tanya Irene sekali lagi. “Ada hubungan istimewa, ya?”

Mendengar godaannya membuat Taehyung termenung sebentar. Hubungan istimewa? Pikirnya.

“Ah, aku lupa mengatakan ini,” ucapnya sambil mengacungkan jari telunjuk, mengalihkan topik. “sudah minta maaf padanya?”

“Untuk apa?” tanya Irene bingung sambil mengambil juga kopinya. Tadi ia membuatnya bersama dengan Taehyung.

“Kemarin dengar berita soal daepyo-nim yang marah-marah? Karena banyak pekerjaan yang kacau?” tanya Taehyung mendramatisir. Ia berbisik sambil mendekatkan dirinya ke Irene dengan wajah yang antusias karena ingin memberitahu hal penting. Irene mengangguk saja. “Nah!”

Irene makin menunjukkan kebingungannya.

“Entah hari apa tepatnya, aku lupa. Tapi kau memberikannya tugas, kan?” tanya Taehyung menyesap sebentar kopinya. “Itu bukan bagiannya, tapi dia tetap berusaha mengerjakan tugas itu karena posisinya sedang dipromosikan untuk naik jabatan.”

“Lantas?”

Ckckck …” decak Taehyung berjalan menjauhinya. Tentu saja Irene menyusul karena belum mendapatkan maksud Taehyung membicarakannya. “… pikirkan saja sendiri.”

Irene sempat berhenti berjalan ketika Taehyung berbelok ke ruangannya. Irene langsung memekik tertahan dan menyusulnya ke dalam. “Maksudmu, dia orang yang dimarahi daepyo-nim? Benarkah?!”














❄❄❄

Dahyun mengulum bibirnya di depan meja Seulgi, sang empu sedang memeriksa pekerjaan Dahyun dengan teliti karena tak mau dimarahi Jin untuk kedua kalinya. Pekerjaan Dahyun membaik, dia mengangguk sambil menyimpan kertas-kertas itu di atas meja.

“Bagus. Kita selamat untuk sekarang,” ujarnya sambil tersenyum lirih. Dahyun sepertinya kurang istirahat, matanya sedikit bengkak dan berkantung. “istirahatlah.”

Dahyun tersenyum kecut, memikirkan kenapa bisa pekerjaannya selesai begitu saja. “Ah, aku tak mau dipromosikan.”

“Kenapa?” tanya Seulgi bingung. “Karena kau baru saja dimarahi?”

“Bukan,” jawab Dahyun menggeleng. “karena memang pada awalnya aku tak berminat dipromosikan. Aku suka dengan pekerjaanku yang biasa. Bukan berarti aku tak ingin berkembang, hanya saja ini terlalu tiba-tiba. Semuanya.”

Seulgi mengangguk mengerti, Dahyun memang sepertinya belum siap jika diberi banyak tanggung jawab. Dia masih terlalu muda dan masih ingin bersenang-senang. Dan lagi sebenarnya memang ia merekomendasikan Dahyun tanpa bertanya dulu pada sang empu.

“Bukan berarti aku tidak melakukan yang terbaik.”

“Iya, aku mengerti. Kau sudah lebih dari cukup.” Seulgi tersenyum sambil membereskan mejanya. “Aku akan mentraktirmu makan karena sudah bekerja keras. Kalau punya waktu luang, beritahu aku saja.”

Dahyun mengangguk, ia pamit pergi dari ruangannya. Saat itu juga ia berhadapan dengan Taehyung yang sepertinya punya urusan juga dengan Seulgi. Mereka saling tatap sebentar lalu Dahyun membungkuk sopan untuk kembali ke mejanya.

“Ayo bicara nanti,” ucapnya sambil menahan tangan Dahyun. “aku akan menunggumu.”

Dahyun melirik ke arah Taehyung, sang empu baru melepaskan pegangannya.

“Kita bicarakan semuanya. Aku juga tak mau begini terus.”

The Second TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang