MIN SAVAGE Part 3

734 92 10
                                    

HBD Min kesayanganku

Halamannya panjang, skip aja kalo nggak kuat :D

Jadi teringat, Yoongi tak pernah merayakan satu kalipun pesta hari jadinya setelah umur lima tahun, kalau ia tak salah ingat. Entah apa sebabnya, yang pasti ritual itu sudah tak pernah.

Seingatnya juga, Yoongi tak pernah mendapat kabar maupun undangan pulang untuk perayaan pesta hari jadi dari kakaknya. Berhenti di lima tahun juga kah? Karena saat Yoongi lahir, kakaknya dudah enam tahun. Sungguh tak beruntung karena terlambat satu tahun untuk melihat dan menertawai kakaknya saat memakai topi kerucut aneh.

Mungkin itu tradisi terlampau hemat keluarga mereka.

Jika ucapan ulang tahun, ia sering mendapatkan. Tapi tidak tepat pada hari lahirnya, melainkan dua- tiga- seminggu- bahkan bisa sebulan setelah tanggal terlewat. Yoongi hanya bisa mengucapkan terimakasih tanpa mau mengkomentari secara pedas keterlambatan itu, karena baginya itu hal yang biasa saja.

Orang tua saja tak pernah mengucapkan, tapi rasa sayang kan tidak diukur dari hal ini? Itu pandangannya. Jika pun sempat mengucapkan, mereka juga akan telat semingguan. Tapi tetap tahu tanggal berapa ia berulang tahun -ini bukti jika orang tuanya menyayanginya.

Masalah cinta ditambah mengenang masalah diri sendiri, membuat Yoongi mengantuk -tenang saja pecinta oppa, dia tidak mungkin galau hanya mengingat masalah ini.

Menguap, ia celingukan melihat sekeliling. Mencari Hoshi untuk meminjam kunci kamar sewanya di lantai atas cafe, ceritanya mau rebahan di kasur Hoshi -mungkin saja akan ada dewi secantik Wendy yang bisa menariknya ke alam mimpi.

Berdiri malas, Yoongi mulai melangkah ogah-ogahan ke balik counter. Mau memeriksa dapur. Siapa tahu Hoshi masuk ke panci air panas karena tergelincir genangan sabun cair di lantai. Lalu Yoongi tentu dengan senang hati akan puas menertawainya.

Tangan kirinya hampir memegang tirai penyekat tepat sebelum seseorang menyibaknya. "Ngapain bang?" Yoongi mendengus, melirik tangannya yang hampir tertampar tirai. "Mastiin kamu nggak masuk ke oven." Lalu tangan yang hampir tertampar itu menengadah-

"Apaan?" "Kunci kamar, gue ngantuk." Hoshi merogoh kantung celana, dengan diiringi omelan untuk makhluk di depannya. "Makanya jangan sok tau, nggak ada yang peduli kan? Padahal lo bisa tidur daritadi bang. Nyesel kan?"

Yoongi ingatkan sekali lagi. Berbagi tempat kerja dengan dua gadis rumpi, ditambah dua lelaki cerewet macam Seungkwan dan Yuta, dan Doyoung si calon aktor yang sibuk menghafal naskah, pasti telah membuat jiwa cerewet Hoshi yang terkubur lama bisa berpesta. Terbebas.

Yoongi ingin memplester mulut itu dengan lakban yang entah kebetulan diberikan Tuhan ada di meja sampingnya. Tapi dia harus sadar diri, akan tidur dimana tengah malam ini jika Hoshi menendangnya pergi karena sakit hati dan sakit bibir?

Jadi iyain saja omelannya.

Anak-anak tangga itu begitu panjang saat ia melangkah dengan gontai. Yang ia pertanyakan bukanlah tentang betapa gelapnya jalan itu, tapi tentang kenapa ada Hoshi yang membuntutinya sambil terus mengomel? Yoongi bukan orang awam di tempat ini, ia tahu pijakan tangga dan tahu dimana pintu lantai atas berada. Dia bukan anak yang tersesat dengan tampang malang -emm mungkin tampang mengantuk.

Krek~
Bunyi pintu yang terdengar menyeramkan adalah hal biasa juga, tapi cahaya terang apa ini? Biasanya tidak-


































"Happy Birthday!!!"

Yoongi yang hanya membuka sebagian pintu sudah terkejut, tapi Hoshi yang ada di belakangnya malah membuka lebar pintu tersebut. Menampilkan pemandangan yang sangat menyilaukan.

Ada Wendy di sana.

Wendy-nya ada disana! Tersenyum cerah sambil membawa kue pelangi. Gadisnya ada di sana seakan tidak pernah ada masalah yang tengah menimpa.

Jangan lupa orang lainnya.

Ada si bodoh Jungkook yang ternyata benar tadi sudah berbohong di sambungan telepon entah sengaja atau tidak. Ada Jimin yang meniupi terompet. Seulgi memakai kacamata konyol bersama Yuta. Seungkwan dan Yeri yang masih bernyanyi selamat ulang tahun sambil bertepuk tangan.

Jennie dan Jaehwan pun bertepuk tangan bersama satu sama lain untuk mengiringi nyanyian. Irene duduk kalem, tenggelam di belakang mereka yang menyambut Yoongi tadi. Pacarnya -Taehyung, sedang asik berdiri di dekat Yoongi untuk mengabadikan momen dengan kameranya.

Wendy kaget melihat kekasihnya tiba-tiba terduduk di lantai, menunduk dengan dalam.

Menangis.

Yoongi sedikit terisak karena semua ini. Pada akhirnya dia tahu kenapa perayaan semacam ini ditunggu oleh si pemilik umur. Kenapa begitu mengharukan? Apa karena ini yang pertama kalinya semenjak yang terakhir kali? Karena ada Wendy? Karena mereka?

"Tahun ini spesial bang, karena ada yang sangat peduli. Kami, temen lo peduli dari dulu, tapi kami tahu kamu maunya biasa aja. Tapi dia beda- jangan sia-siain. Gue ke bawah ya, kasian pelanggannya." Hoshi pergi dengan sok gentlenya setelah menepuk punggung sepupunya itu. Semoga tidak tersandung kakinya sendiri saat melewati anak tangga.

Wendy yang melihat semua kerapuhan itu pun segera menyerahkan kue ke Seungkwan, berlari untuk memeluk si cengeng. "Hei~ kenapa kak?"

"Kukira kamu masih marah." Wendy mana tega melihat mata berkaca-kaca yang menatapnya tersebut? Ia menggeleng, "Aku akan marah pada diriku sendiri jika biarin kakak sendirian." dan bibir Wendy mendarat di pipi pucat Yoongi.

Lama dan lembut.

Seulgi sudah menangis bombay di pelukan Jimin, dan yang lainnya hampir ikut meneteskan air mata- akhirnya segera sadar saat suara Irene menggelegar, "Yoooo! Tiup lilinnya!"

Gadis dewasa itu memang bisa diandalkan.

Yoongi dan Wendy hanya bisa terkekeh melihat teman-temannya.

Fin

Created 05/03/19



Behind the scene

Jimin yang sedang sibuk memompa balon pun teringat hal yang penting. "Ini siapa yang ngehubungin bang Yoongi?" Irene yang sedang menghias kue di sampingnya tentu tak tahu dan masa bodoh. Irene pun meneruskan kalimat tadi ke Jennie.

"Siapa yang nelfon kak Yoongi?" Itu suara Jennie yang berbicara kepada Jaehwan yang asik menulis di sebuah kertas karton A3. "Sia-" "Gue aja yang nelpon! Astaga~"

Itu suara Jungkook yang menyambar seperti petir. Lelaki itu bosan dengan kalimat berisik berulang, mengganggunya dari aktivitas menggambarnya.

Wendy mendengar kebisingan antara teman-temannya itu masa bodoh sampai- "Kak, itu Jungkook yang nelpon." Yeri menggoyang lengannya. Wendy masih menghias box kadonya, belum mengerti maksud anak itu. "Kak~ kak Yoongi mana tau kalo Jungkook tau kalo dia udah di Seoul." "Ehiya ya, si kampret berhenti lo! Woi! Hoshi mana?"

*****

"Kayaknya harus pindah ke atas deh, baru dikabari bos ada yang nyewa." Hoshi menghampiri kumpulan orang-orang rempong itu dengan wajah menyesal.

Di kala semua berubah suram, hanya pikiran Yeri yang bersinar. "Eh nggak apa-apa, jebak aja kak Yoongi. Kita nggak tau apa pikiran orang savage itu."

Dan semua orang tertawa setelahnya.

Fin, beneran

Created 01/03/19

Vote ya yg penuh~ yg halaman sebelumnya lupa vote tp udah baca juga ditunggu votenya

Kalo ada bagian yg nggak baca dan sengaja dilewati ya, nggak vote nggak papa~ selowwww

LOVE SCENE (WenGa/SeulMin) (Under Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang