Rizu meraih ranselnya dan berjalan keluar kamar. Terlihat Alexandria dan Nehyoun duduk berkumpul di meja makan.
"Pagi Yah, pagi Mah!!" sapa Rizu sambil menempatkan bokongnya di bangku kosong.
"Pagi!!" seru mereka menjawab sapaan Rizu.
"Kak Ziko belum bangun, Mah??" Rizu bertanya setelah menyadari ada yang kurang. Nehyoun menghentikan sekejap acara makannya dan menjawab pertanyaan anaknya itu.
"Udah, malahan dia udah berangkat."
"Uhuuk uhukkk" Rizu terbatuk mendengar jawaban yang terlontar. "What!!! Rizu berangkat dulu ya, Mah, Yah!!" Ia segera menyalami Alexandria dan Nehyoun.
Ia berjalan tergesa-gesa menuju garasi. Tersisa satu mobil dan satu motor ninja yang terparkir rapih di sana.
"Sialan tuh abang!!! Mobil gue di bawa lagi. Huufftt!! Terpaksa naek angkotan nih, kalo gini." omel Rizu.
Detik demi detik berjalan membuat Rizu semakin cemas. Ia melirik jam tangannya yang menunjukan pukul 06.55 itu artinya lima menit lagi gerbang akan ditutup, walaupun guru akan mulai mengajar jam 07.30.
Ia berharap semoga ada seseorang yang dikirim untuk menyelamatkan dirinya. Miper pun boleh saja, yang penting ia harus sampai di sekolah sebelum jam tujuh.
Sebuah motor ninja berhenti di depan halte yang ditempati oleh Rizu. Penunggang motor melepas helmnya yang membuat Rizu melayang terpesona oleh ketampanannya.
"Butuh tumpangan, Nona??" tanya Guntur menggoda nafsu Rizu. Yang ditanya hanya tersenyum malu sambil menggaruk hidungnya.
"Ehh.. Ayoo!! Apakah kaki mu mendadak tak bisa digerakan??" goda Guntur.
"Ehh.. Engga kok, hehe!" Rizu tertawa kecil dan beranjak dari duduknya.
Guntur segera memakai helmnya dan menancap gas usai Rizu berhasil menaiki motornya.
"Pelanin dikit napa!!!" teriak Rizu di tengah perjalanan. Guntur tak mendengar teriakan Rizu karena ia menggunakan helm dan ditambah dengan hiruk pikuknya jalan raya. Karena geram Rizu pun akhirnya menepuk bahu bidang Guntur. Tetapi nihil, Guntur tetap saja bergeming tak memperdulikan Rizu. Dan alhasil, Rizu pun menyerah dan ia memutuskan untuk berpegangan pada Guntur dengan tangan yang dilingkarkan ke pinggang. Samar-samar Guntur menarik bibirnya. Ia tersenyum.
"Nyaman ya?" tanya Guntur sehabis tiba. Rizu hanya mendongak tanpa melepaskan pelukanya.
"Udah sampe," tutur Guntur membuat Rizu segera melepaskan pelukanya dan tersenyum malu. Rizu turun dari motor besar itu dan diikuti oleh Guntur.
"Pak Yusuf!!!" teriak Rizu di depan gerbang yang sudah tertutup rapat. Tak perlu menunggu lama muncullah seorang lelaki tengah baya keluar dari pos satpam.
"Lah, lah!! Jam berapa ini?? Dari mana saja? Jam segini baru berangkat," tanya Yusuf selaku satpam itu bertubi-tubi dengan logat jawa yang jelas.
"Maaf, Pak!! Cepetan bukain gerbangnya!" Rizu kembali berteriak tak sabaran.
"Nanti dulu, bapak telepon Pak Salim dulu."
"Ya Allah, Pak!! Jangan pak!! Gak ada orang lain apa selain guru killer itu??"
"Kan yang mengurusi keterlambatan cuma Pak Salim sama Bu Caca, sedangkan Bu Caca sedang cuti gara-gara kehamilannya yang semakin menua. Jadi, mau tidak mau harus lapor pada Pak Salim," jelas Yusuf panjang lebar sambil mengotak-ngatik teleponnya.
"Halo, Pak!" salam Yusuf mengawali pembicaraan dengan seseorang di seberang sana, tak terkecuali Pak Salim.
"....."

KAMU SEDANG MEMBACA
Selebgram •√•
Novela Juvenil[REVISI SETELAH TAMAT] Cover by Itssefi Rinai hujan yang kian menderas tak kunjung membuat Rizu beranjak dari sana. Hingga sebuah payung meneduhinya. Rizu mendongak melihat orang tersebut dan tanpa sadar ia segera memeluknya. ~Cinta itu apa adanya b...