SELEBGRAM•6•

37 9 20
                                        

Lertio akan menjadi seorang lelaki paling lemah jika sudah menyangkut dengan hatinya. Ia tidak suka, benci, sebal dan apalah itu kepada rasa cinta yang selalu menjadikannya tak berdaya.

Braaakk...

Semua meja dan kursi yang ada di rooftop sudah hancur. Rooftop kini pun sudah seperti kapal pecah. Kara yang berada di ambang pintu hanya terdiam dan bingung melihat kelakuan Lertio yang semakin menggila.

Gue kok takut anjir.. Lertio kalo ngambek nakutin... Hihs, kaki gue kenapa gemeteran gini??

Kara berbicara dalam hati sambil memegang lututnya. Ia pun memutuskan untuk pergi dari sana untuk meminta bantuan pada yang lainya.

"Zik!! Lertio ngamuk!!" Kara segera berteriak ketika telah sampai di Gudang, tempat persembunyian saat mereka merokok ataupun menghindari pelajaran. Ziko, Arkan, dan Rezza yang sedang menghisap rokoknya sontak menoleh kaget.

"Dia dimana?" Ziko berdiri sambil membuang puntung rokoknya dan menginjaknya.

"Rooftop," dengan segera Ziko beranjak pergi tanpa berkata apapun. Arkan dan Rezza hanya melangkah santai mendekati Kara sambil sesekali menghisap kembali rokoknya.

"Lertio kenapa?" Arkan bertanya santai. Diantara mereka hanya Ziko-lah yang cepat bertindak ketika ada sesuatu masalah yang menimpa soibnya itu. Sedangkan yang lain hanya terdiam sambil menunggu Ziko lemah dan meminta pertolongan. Walaupun cara meminta pertolonganya tak pernah tersurat.

"Potek kali," Kara menjawab sama santainya dengan Arkan dan Rezza.

"Rizu lagi?" tanya Arkan usai kembali duduk di bangku. Kara mengangguk dan kemudian duduk di atas meja, sedangkan Rezza menjejeri Kara sambil menawarkan sebuah rokok yang sudah tersulut api.

"Lo lo pada udah denger beritanya?" tanya Kara sambil sesekali mengeluarkan asap rokok dari mulutnya.

"Udah, videonya aja udah gue tonton," Rezza menjawab pertanyaan yang dilontarkan Kara.

"Guntur nyari mati ma kita!!" Arkan menggeram kesal.

"Bukan!!! Bukan ma kita tapi ma Ziko, liat aja!" perkataan yang seakan meremehkan itu keluar pedas dari bibir Rezza.

💙💙💙

Bel pulang telah berbunyi beberapa menit lalu. Bahkan hanya beberapa orang yang tersisa di SMA itu. Termasuk Rizu, ia sebenarnya sudah sampai di gerbang hingga akhirnya ia teringat bahwa ada sesuatu yang tertinggal di lokernya.

Dengan langkah cepat Rizu berjalan menuju lorong yang terdapat berpuluh-puluh loker. Dan dengan segera Rizu mencari-cari barang yang ia cari.
Rizu tersentak ketika ada seorang lelaki menarik tanganya dan menutup pintu loker dengan keras.

"Apa-apaan sih lo!!" Rizu menyingkirkan genggaman dari tangannya dan berusaha membuka kembali pintu loker. Tapi naas belum juga terbuka, lelaki itu kembali menarik tangan Rizu dan mendorong Rizu keras hingga punggungnya terbentur loker yang ada dibelakngnya.

"Sakit bego!! Mau lo apa??" Rizu berteriak menantang. Lelaki itu menguatkan doronganya dan perlahan mendekatkan wajahnya. Sangat dekat... Hingga kemudian...

"Gue gak suka kalo lu deket sama Guntur!" ia berbisik. Karena risih Rizu pun mendorong lelaki itu agar menjauh.

"Masalahnya apa buat lo?"

🎧🎧🎧

Sudah dua jam Ziko dan ketiga soibnya itu mencari keberadaan Lertio yang menghilang tiba-tiba. Entah kemana perginya Lertio hingga tak bisa di temukan oleh mereka. Padahal mereka sudah mencari hingga ke sudut-sudut sekolah.

"Mungkin lagi di basecamp." tanpa berfikir dan menjawab perkataan Arkan, Ziko segera beranjak dari sana dan diikuti oleh yang lainya.

Motor mereka sudah memasuki halaman basecamp. Terlihat jelas tulisan 'Bitchcity' di depan basecamp berdesain vintage itu. Mereka segera turun dari motor dan melangkah cepat memasuki basecamp.

Tiga puluh menit mereka mencari ke seluruh penjuru basecamp dan hasilnya nihil. Tak ada tanda-tanda Lertio di dalamnya. Ziko terduduk lemas di atas sofa. Memejamkan matanya dan sesekali menikmati desir darahnya. Ia sedang berfikir, kemana sekiranya Lertio pergi? Sebuah tempat akhirnya terbesit dalam otaknya setelah sekian jam berfikir keras.

"Gue tau Lertio di mana!" Ziko berseru sambil memandang bergantian para soibnya itu. Yang dipandang hanya memasang wajah penasaran seakan bertanya 'Di mana?'. Ziko beranjak dari duduknya dan pergi mengendarai motornya tak ketinggalan juga ketiga soibnya itu.

Keempat lelaki itu pergi membelah jalan dan angin malam. Dan kemudian berakhir di sebuah tempat yang terlihat sunyi dari luar tetapi tidak dengan keadaan dalamnya. Clubbing. Arkan mulai ragu untuk melangkah memasuki tempat terkutuk itu.

"Lo yakin Lertio ada di dalem?" Arkan bertanya meragukan Ziko. Yang diragukkan hanya menghela nafas tanda jengah atas sifat Arkan. Diantara kelima orang itu memang hanya Arkan-lah yang tak pernah memasuki clubbing. Bukan berarti karena tidak pernah memasuki tempat itu, artinya ia juga tidak pernah meminum minuman keras seperti bir ataupun vodka dan yang lainya.

"Yakin banget!" Ziko menekankan perkataannya dan kemudian melangkah masuk. Arkan bergeming dan memutuskan untuk tetap diluar dan dijawab anggukan oleh Rezza dan Kara.

👑👑👑

Lertio menengguk habis botol vodkanya yang ke delapan dan mengambil satu botol lagi di bar. Ia terus meneguknya dan hanya berfikir tentang satu nama yaitu 'Rizu'. Wanita bernama Rizu itu sudah membuat Lertio berada di ujung kehancuranya.

Karena wanita itulah Lertio tak mengingat akan segalanya kecuali 'Rizu'. Karena wanita itulah Lertio menjadi seperti itu, berubah. Bahkan warna rambutnya. Lertio telah mewarnai rambutnya yang tadinya berwarna pirang menjadi biru muda. Bahkan hatinya kini telah berubah haluan. Dan itu semua karena Rizu.

Flashback on

Seakan amarahku bertambah meledak ketika melihat Rizu. Ia sedang di depan lokernya. Entah setan apa yang berhasil menarikku menuju di mana Rizu berada. Aku menariknya dan membanting pintu loker hingga Rizu tersentak.

"Apa-apan sih lo?!" Mungkin karena kesal ia pun melepaskan genggamanku dari tanganya dan berusaha membuka pintu loker. Tapi entah kenapa diriku kembali menariknya dan mendorongnya keras hingga membentur loker-loker yang ada dibelakangnya.

Aku mendekatkan wajahku merasahan helaian nafasnya semakin mendekat. Dan akhirnya aku tersadar. Hampir saja aku khilaf.

"Gue gak suka kalo lu deket sama Guntur!" aku berbisik untuk mengalihkan pikiran khilafku itu.

"Masalahnya apa buat lo?!" ia bertanya. Membentak.

Aku kembali tersadar. Memang, iya memang apa maaalahnya buat diriku di mata Rizu? Dia tidak tahu menahu tentang hatiku padanya.

"Masalahnya buat gue?" aku melontarkan pertanyaannya kembali. Ia menaikan alisnya. "BANYAK!!"

Aku berbalik usai menekankan kata 'banyak' sebagai jawaban. Terdengar ia menghentakan kakinya dan berteriak.

"DASAR COWO GAJE!! HOBINYA BIKIN MOOD GUE NURUN AJA!! SAMPAI KAPAN PUN GUE BENCI MA LU!! INGET ITU!! BENCI SAMPAI KAPAN PUN!!" ia berteriak tanpa ku hiraukan. Diriku tetap berjalan sambil menahan rasa sakit ini.

Flashback off

Braaaakk... Pyaaarr...

👑TBC

A/n: agak aneh ketika Arkan gak mau masuk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Selebgram •√•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang