"Sakit bun. Tapi, Ar gak mau disini. Ar mau pulang!"
Seorang anak perempuan merengek kepada ibunya. Meminta memulangkannya dari rumah sakit. Bukan karena tak ingin sembuh, tapi ia membenci fakta mengapa ia bisa berada di sana.
"Nggak bisa Ar. Kata, dokter Ar sudah harus dirawat di rumah sakit. Tak bisa rawat jalan seperti dulu lagi," ucap seorang wanita paruh baya yang berdiri di samping ranjang anak perempuan tersebut.
"Pokoknya Ar mau pulang!" teriak sang anak.
Srett..
Tirai disamping ranjang terbuka dengan kasar. Menampakkan seorang anak laki-laki yang tengah terduduk di atas ranjang dan memandangnya dengan kesal. Baiklah, lupakan khayalan seperti yang ada pada drama atau sinetron. Ini bukanlah ruang rawat inap VIP. Anak perempuan tersebut hampir melupakan fakta bahwa ruangan ini diisi oleh dua orang pasien.
"Berisik!" ucap sang anak laki-laki dengan kesal.
Oke, sepertinya anak laki-laki tersebut merasa terganggu dengan perdebatan ibu dan sang anak.
"Oh, Nak maaf mengganggumu," ucap sang ibu meminta maaf pada anak laki-laki tersebut.
"Kalian mengganggu tidur siangku."
Kali ini anak tersebut melipatkan tangan di atas dada. Menatap kesal pada dua manusia dihadapannya. Sang ibu pun meminta maaf sekali lagi kepada anak laki-laki tersebut, kemudian ia pamit kepada anak perempuannya untuk menemui dokter.
Keheningan di mulai saat sang ibu menutup pintu kamar. Meninggalkan dua orang anak yang kini saling tatap. Sang anak perempuan memandang anak laki-laki dihadapannya dengan wajah datar. Sedangkan sang anak laki-laki menatap sebal kepada anak perempuan dihadapannya.
"Apa liat-liat?" ucap sang anak laki-laki yang mulai risih dengan tatapan manusia dihadapannya.
Alih-alih menjawab, sang anak perempuan malah melukiskan sebuah senyum diwajahnya, seraya memperkenalkan diri.
"Namaku Arca. Siapa namamu?"
"Atas dasar apa aku harus menajwab pertanyaanmu?" jawab sang anak laki-laki.
"Atas dasar pertanyaanku. Maka kamu mempunyai kewajiban untuk menjawab."
Sang anak perempuan menjawab dengan percaya diri, masih juga dengan senyum yang terlukis indah diwajahnya. Lama kedua manusia ini saling tatap. Hingga pada akhirnya, sang anak laki-laki menjawab pertanyaan anak perempuan tersebut.
"Aku Dewa"
Sedetik kemudian, dapat terlihat dengan jelas perubahan air muka gadis tersebut. Kini ia tak lagi memamerkan senyum di wajahnya. Melainkan sebuah ekspresi keterkejutan kini terlukis jelas diwajahnya.
"Kau sungguhan dewa?" ucap sang anak perempuan kemudian, masih dengan ekspresi keterkejutannya.
Anak laki-laki tersebut, menatapnya dengan bingung. Kemudian ia mengalihkan atensinya pada pemandangan di luar jendela. Membiarkan gadis itu menggangtung dengan pertanyaannya.
"Baiklah, kalau kau tak mau menjawab. Akan aku anggap itu sebagai jawaban iya. Bisakah kau membantuku dewa?" tanya gadis itu kembali.
Anak laki-laki itu menghembuskan nafas kasar. Kemudian ia lekas menarik selimut dan merubah posisi duduknya menjadi posisi tidur. Ia kembali mengacuhkan pertanyaan sang gadis.
Srett.. Bukk... Srettt... Srettt...
Anak perempuan itu turun dari ranjangnya, menarik pelan tiang infus yang lebih tinggi darinya. Ia berjalan menuju ranjang disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY
Teen Fiction[Hiatus] Ini bukan cerita klise. Bukan hanya mengisahkan tentang cinta segitiga anak SMA. Percayalah kisah ini lebih rumit dari apa yang kalian bayangkan. "Kamu datang ke dalam kehidupanku Dengan cara yang menyebalkan. Tapi, aku suka. Cause you're m...