Serendipity - Bab VIII

181 83 66
                                    

"Kamu bukannnya yang kemarin di kafe?" tanya Dewa heran.

Perempuan tersebut tidak menjawab pertanyaan Dewa. Nampaknya ia masih sangat terkejut dengan kehadiran Dewa di depan rumahnya. Setelah menyadari apa yang terjadi, tanpa aba-aba perempuan tersebut langsung berlari melesat meninggalkan Dewa.

Dewa yang menyaksikan tingkah aneh perempuan tersebut hanya menatap heran. Tak ada selera untuk mengejar perempuan tersebut seperti di sinetron atau di drama-drama korea.

"Mas Dewa."

Dewa menoleh ke arah sumber suara, rupanya Pak Beni yang memanggilnya. Dewa pun menghembuskan nafas pelan, kemudian bertanya "Kenapa pak?"

"Itu perempuan yang bernama Arca?" jawab Pak Beni sambil bertanya.

"Belum bisa di pastikan." jawab Dewa.

"Terus, kenapa Mas Dewa tidak mengejarnya?"

"Capek. Paling sebentar lagi dia balik."

"Maksudnya mas?" tanya Pak Beni tak mengerti.

"Nanti bapak bakalan tahu." Dewa menjawab pertanyaan Pak Beni sambil menatap pagar rumah Arca.

Setelah itu Pak Beni memutuskan untuk tidak bertanya lagi. Ia memilih untuk menemani Dewa menunggu perempuan tadi kembali. Sekaligus untuk mendapatkan jawaban atas rasa penasarannya. Dewa dan Pak Beni memilih menunggu di depan rumah Arca.

Tak lama Dewa dan Pak Beni menunggu. Sepuluh menit kemudian, perempuan tersebut muncul di depan rumah Arca dengan nafas terengah-engah. Namun, ia nampak terkejut begitu melihat wajah Dewa. Ia pun membalikkan tubuhnya bersiap untuk kabur kembali, namun suara Dewa menghentikan langkahnya.

"Percuma kamu mau berlari. Karena aku akan terus menunggumu di sini. Dan kamu pasti akan kembali ke tempat ini."

Perempuan tersebut pun membalikkan tubuhnya. Berusaha bersikap norma, kemudian berkata "Kamu mau apa sih?" seru perempuan tersebut.

Dewa tak menghiraukan ucapan perempuan tersebut, Ia berjalan menuju pagar rumah Arca. Mengambil sebuah gembok dan kunci yang masih menggantung di gembok tersebut dari pagar rumah. Kemudian menarik kunci yang menggantung di gembok tersebut. Dewa lantas menatap Arca sambil mengangkat kunci yang dipegangnya dan berkata "Aku tidak akan mengembalikan benda ini sebelum kamu menjawab rasa penasaranku."

'Oh, ternyata alasan perempuan ini kembali karena kuncinya yang tertinggal.' batin Pak Beni dalam hati.

"Itu namanya pencurian. Aku bisa melaporkanmu ke polisi." ucap perempuan tersebut.

"Kamu perempuan yang di kafe kan?" tanya Dewa tanpa menanggapi perkataan perempuan tadi.

"K..K..Ka..Kafe? Ka..Kamu salah orang pasti." jawab Perempuan tersebut gagap.

"Dari nada bicaramu saja sudah kelihatan kamu berbohog." ucap Dewa.

Perempuan tersebut menarik nafasnya dalam-dalam, "Oke, aku memang perempuan di kafe yang kamu temui kemarin. Aku tahu aku mungkin mirip dengan temanmu. Tapi, kamu tidak mempunyai hak untuk menguntitku. Apalagi sampai mengetahui dimana rumahku." ucap perempuan tersebut tanpa kegugupan.

"Mengungtit?" Dewa bertanya heran.

"Iya. Kamu menguntitku kan?"

"Hey, Arca!" panggil Dewa.

"Apa?" ucap perempuan tersebut sambil menyeka keringatnya.

"Aku benci mengakui ini. Tapi, kamu pasti tahu kan aku jenius? Aku sudah membaca ratusan buku mengenai orang yang berbohong. Dan gerak-gerikmu dari tadi menyiratkan bahwa kamu sedang berbohong. Dan sangat berusaha untuk bersikap normal." ucap Dewa kesal.

SERENDIPITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang