11. Takjub

26 11 0
                                    

Saat ini Alya sedang menikmati es puter yang baru saja Zevan belikan untuknya. Alya memakan es puternya dengan lahap. Pasalnya, dia sangat menyukai berbagai macam makanan yang dingin di lidahnya. Sampai sampai kebiasaan uniknya adalah memakan es batu.

"Kalau kamu capek, kamu boleh tidur di sini," ucap Zevan membangunkan lamunan Alya.

Saat ini mereka sedang berada di sebuah gubuk tua dengan gravitasi di berbagai sudutnya. Karya anak bangsa itu cukup bagus, namun sayang mereka salah menempatkannya.

"Enggak," balas Alya yang masih melamun menatap ladang hijau yang sangat subur itu.

Terjadi keheningan di antara mereka berdua, sampai pada akhirnya Zevan melompat dari gubuk tua itu meninggalkan Alya sendirian di sana.

"Zevan lo mau kemana lagi?"

Pertanyaan Alya seolah hanya menjadi angin lewat di telinga Zevan. Pria itu terus berjalan, sampai di ujung sana dia memetik sebuah bunga kecil berwarna putih.

"Nih buat kamu," ucap Zevan seraya memberikan Alya sebuah bunga kecil.

"Nama bunga itu baby breath populasinya sudah jarang di temukan, tapi bunga itu masih cukup banyak di ladang ini," jelas Zevan panjang kepada Alya yang hanya di balas dengan anggukan kepala.

"Kalau es puternya sudah habis, ayo ikut aku. Aku akan menunjukkan beberapa bunga yang  mungkin belum pernah kamu temui sebelumnya." Zevan memicingkan matanya, karena matahari sudah mulai naik sekarang.

Alya tersenyum lalu mengangguk dengan antusias, "mau," ucapnya sambil menuruni gubuk itu.

Zevan mengulurkan tangannya guna membantu gadis itu turun. Dengan senang hati Alya menerima uluran tangan Zevan.

"Konon katanya, baby breath itu bunga yang memiliki simbol tentang cinta sejati juga loh Van," ucap Alya sembari berjalan mengekori Zevan.

Karena terlalu fokus pada bunga kecil di tangannya, Alya menabrak tubuh Zevan yang berhenti tepat di depannya.

"Kenapa berhenti Van?"

Bukannya menjawab, pria itu malah menundukkan badannya agar tingginya sama seperti Alya.

Zevan menutup mata Alya dengan kedua tangannya. Pria itu tersenyum menatap Alya.

"Sebentar, satu ... Dua ... Tiga," ucap Zevan sembari membuka kedua tangannya.

Di saat itu pula Alya di buat takjub oleh alam semesta. Pemandangan yang tidak pernah dia temui sebelumnya berhasil membuat dirinya terpesona. Puluhan kupu-kupu serta capung yang cantik sedang menari di depan matanya. Berbagai macam bunga yang indah juga menarik perhatiannya. Bulu dandelion yang berterbangan ke arahnya, membuat Alya tidak bisa menghilangkan senyumannya.

Gadis itu berlari dengan riang, mencoba menangkap seekor capung yang tadi hinggap di kepalanya. Saat ini Alya tidak bisa menyadari berapa usianya, dua puluh tiga seolah berubah menjadi delapan tahun.

"Stop it please!"

Alya berteriak kegirangan saat beberapa capung mulai mengerubunginya.

"Zevan, help me."

Alya berlari semakin jauh dari jangkauan Zevan, gadis itu berlari memutari ladang dandelion dengan penuh kegirangan. Tawa dan senyumnya tidak pernah terlepas dari bibir mungil gadis itu. Zevan yang sedari tadi hanya memperhatikan tingkah Alya, perlahan ikut tersenyum juga.

Deg!

Tepat saat Alya tertawa dan menghadap ke arahnya, jantung pria itu berdetak sangat kencang. Rasanya berbeda, entah mengapa dia sangat bingung dengan perasaannya sendiri sekarang. Di satu sisi dia menyukai hal ini, namun di sisi lain ada rasa khawatir yang datang menyelimuti hatinya.

My wishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang