13. Bantu gue

14 4 0
                                    

"Keylie!"

Zevan berlari kencang dan mendobrak pintu rumah Mr. Alex.

Detik itu juga, semua pasang mata menatap Zevan dengan tatapan penuh tanda tanya. Bagaimana tidak, di dalam rumah Mr. Alex hanya terdapat satu keluarga besar tengah berbincang, bukan pengeroyokan yang seperti Zevan pikirkan.

"Saya minta maaf Mr. Alex, tapi dimana Keylie?"

"Zevan? Rupanya kamu sudah tau Kalau kami di Indonesia?"

Zevan tersenyum kemudian menghampiri Mr. Alex yang sedang terduduk di salah satu sofa.

"Iya saya baru mengerti, dimana Keylie om? Saya tidak melihatnya disini," ucapnya sambil mengedarkan pandangannya ke segala sudut ruang bercat biru tosca itu.

"Mari sini duduk dulu, Keylie sedang menyiapkan minuman di dapur, mungkin sebentar lagi dia datang."

Pria berusia setengah abad itu mempersilahkan Zevan duduk di sampingnya. Belum sempat Zevan menjawab, seorang gadis dengan nampan di tangannya tersenyum ke arah Zevan.

Syukurlah -Zevan

"Hei, kamu disini? Curang aku bahkan ingin memberi kamu kejutan!"

Gadis berkulit putih cerah khas Eropa, berbadan langsing dan berambut blonde itu muncul dengan nampan berisikan minuman dingin berwarna oranye. Walaupun dia bukan murni keturunan bangsa Eropa, namun dilihat dari postur tubuh gadis itu, darah Eropa miliknya terlihat lebih kental daripada darah Asia-nya. Warna bola mata yang berwarna biru kehijauan serta tinggi badan sekitar 65 inci atau setara dengan 165cm, membuat tubuh gadis itu terlihat sangat ideal.

"Bisakah kita bicara berdua sebentar?"

Semua pasang mata menatap Zevan yang sedang berbicara menggunakan bahasa Indonesia, meskipun beberapa dari mereka ada yang mengerti. Namun, hal itu masih terdengar asing di telinga mereka.

"Oke tunggu sebentar," ucap Keylie fasih menggunakan bahasa Indonesia sambil menaruh nampan yang ia bawa di meja, "Ayah aku izin bicara sama Zevan ya?"

Gadis itu mencium pipi Ayahnya sambil berlari kecil mengikuti Zevan yang sudah keluar dari rumahnya. Senyum gadis itu tidak pernah hilang dari kedua sudut bibirnya, selama hampir setengah tahun ia harus tertidur di atas ranjang rumah sakit, kini ia bisa kembali menemui Zevan sang pujaan hatinya.

"Kenapa Van?"

Tak ada jawaban dari lawan bicaranya, pria itu justru berjongkok sambil memegangi kepalanya.

"Are you okay? Ada masalah apa?"

"Aku di jebak Key," ucap Zevan sambil menenggelamkan wajahnya pada kedua telapak tangannya.

"Di jebak? Maksud kamu?"

"Aku pikir dia datang ke sini, aku terlalu kalut sampai aku lupa kalau dia orang yang licik."

"Aku gak paham kamu ngomong apa."

"Maksud ku, aku pikir-"

"Bukan itu Zevan, aku ngerti kamu ngomong apa, tapi aku gak paham kamu ngomong apa," ucap Keylie berbelit.

"Hmm, lupakan saja."

Zevan berdiri lalu mengelus pipi Keylie lembut, "Apa kabar?"

---


"Lo aneh tau gak."

Alya berdiri dari kursinya, ia segera keluar dari cafe setelah menyadari bahwa atmosfir di dalam ruangan itu sangat tidak enak. Dia merasa bahwa ada seseorang yang sedang mengawasinya, namun saat dia menoleh semua orang bersikap biasa layaknya pembeli pada umumnya.

My wishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang