14. Pembalasan

18 3 6
                                    

"Eh kok lo pencet itu sih!"

"Karin bego kaki lu ngehalangi gue kampret!"

"Muter muter rolling woy itu bagian punya gue!"

"Kelamaan lo, eh woy miss woy konsen!"

Suasana rumah megah yang biasanya hening, sekarang berubah menjadi ricuh sejak kedatangan mesin pump it up tiga hari yang lalu, dua sibling itu sibuk beradu kaki dan mulut setiap malam. Untung saja ruangan ini kedap suara, jika tidak sudah bisa di pastikan bahwa mereka berdua akan kena amuk para tetangga setiap harinya.

Padahal, bisa di bilang mereka sudah lama sekali tidak memainkan permainan ini, tapi skill mereka soal permainan ini masih tetap sama. Dulu sekali saat Alya masih duduk di bangku SMA, mereka bertiga kerap mendatangi mall sekitar untuk sekedar memainkan permainan ini. Saking kerapnya mereka pergi ke mall tersebut, penjaga stan kasir di sana sampai mengenali nama mereka bertiga.

"Nah kan gagal gue dapet S gara gara lo," ucap Alya sambil menatap tajam ke arah Karina.

"Lah kok gue? Lo itu yang terlalu noob! Gausah nyalahin gue ya," balas Karina tak kalah sengit.

"Udah sono gue mau main solo, jangan ganggu hush."

"Durhaka lo ngusir gue! Lagian ini mesin di beli pake duit gue juga!"

"Oh ... Jadi sekarang mulai perhitungan sama saudara sendiri?"

"Iya! Soalnya modelan saudara kayak lo gini gak pantes di kasihani."

"Bacot gue doain encok lo kambuh setelah ini, amin."

"Kurang aj-"

Cklek

Pintu ruangan itu tiba-tiba terbuka dengan sendirinya, hal itu sontak membuat kedua sibling itu menoleh ke sumber suara.

"Siapa?"

Karina menggeleng dan mencegah tangan Alya yang hendak berjalan ke arah pintu.

"Siapa?"

Kedua kalinya Alya berteriak. Namun, tak kunjung ada balasan apapun dari luar sana.

Brugh

Alya menghempaskan cengkraman tangan Karina dan segera berlari menuju sumber suara -tepatnya suara tersebut berasal dari arah tangga-

"Kena lo sekarang!"

Alya mencengkram kuat sepatu putih milik seseorang yang memakai hoodie hitam.

"Gue tau lo-"

Jdug

"Ahh shit!"

Seseorang itu segera berlari keluar meninggalkan Alya yang tampak menutupi mata kirinya. Orang itu dengan sengaja menendang bagian mata Alya secara kasar, meninggalkan lebam kebiruan yang mungkin butuh waktu lama untuk menyembuhkannya.

"Al!"

Karina berlari membantu Alya berdiri, "Goblok, gue bilang juga apa!"

"Rin, gue yakin dia orang yang terus nerror kita berdua."

"Udah gak usah di pikirin, ayo kita ke ugd, mata lo lebam."

"Gausah alay, ambilin gue baskom sama air dingin aja," ucap Alya sambil berjalan pelan ke arah kamarnya.

"Gak, kita harus ke ugd."

"Ada hal yang harus gue urus, gue gak mau buang buang waktu lagi."

Alya meninggalkan Karina, memasuki kamarnya lalu menutup pintu. Beberapa detik kemudian pintu itu terbuka kembali.

My wishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang