Stephn Archelly Lamont

42 7 0
                                    

Vote dulu sebelum baca.
Italic: Flasback
_________________________

Sometimes being a brother is even better than being a superhero.
-Marc Brown-

Stephn mengendarai motornya, dengan lihai ia meliuk-liuk di padatnya jalanan kota Jakarta. Tak dipedulikannya udara malam yang masih terasa menusuk meski jaket kulit membalut tubuhnya.

Rumah keluarganya terlihat di depannya. Bangunan itu terlihat angkuh dan dingin juga berdiri sendiri.

Pagar terbuka secara otomatis, Stephn kembali melajukan motornya. Ia menekan klakson untuk menyapa satpam.

Setelah memarkirkan motornya di garasi, ia berjalan memasuki rumahnya. Sambil mengendap, ia melihat adik perempuannya sedang menata makanan di atas meja makan. Dengan pelan ia menghampiri Vale, lalu menutup mata Vale dengan tangannya. Membuat Vale terlonjak.

"Eh, siapa ni?" Vale bertanya pada entah siapa yang sedang menutup matanya. Hidungnya mengendus aroma familiar dari tubuh dibelakangnya.

"..."

"Kakak pasti kan?" Tebak Vale.

"..."

"Lepasin dong, Kak. Iseng banget sih!" Vale memukul lengan yang menutup matanya.

"Auw." Stephn melepaskan tangannya ketika Vale mencubit lengannya, lalu memutar cubitannya.

"Rasain lo. Dasar jail, nggak gue bagi nih masakan gue ya." Vale memutar tubuhnya, menghadap kakaknya.

"Dih, mentang bisa masak sombong banget lo." Cibir Stephn.

"Emang lo, ngakunya pengen mandiri. Di apartemen juga makan junk food doang, baju nge-laundry." Vale mendebat Stephn.

"Alah, bilang aja lo kangen gue." Stephn mencubit pipi Vale.

"Gak nyambung keleus. Melar nih pipi gue" Vale menampar lengan Stephn.

"Emang udah melar." Stephn mengangkat kedua tangannya, Vale buru-buru menghindar sebelum Stephn mencoba meraih pipi Vale lagi dan menempelkan kuman dari tangan Stephn ke pipinya yang thanks to god tidak ditumbuhi jerawat sampai saat ini.

Sesosok pria yang masih terlihat gagah dan tampan di usianya yang memasuki kepala lima itu memasuki ruang makan. Menjadikan punggungnya sebagai tempat bersembunyi putri bungsunya dari putranya.

"Pa, dia ganggu." Rajuk Vale yang merangkul manja lengan sang papa. Tangan kirinya menujuk Stephn.

Stephn melotot ke arahnya.

"Vale" Tegur papa.

"Manja." Cibir Stephn.

"Stephn." Tegur papa lagi.

"Duduk." Tegas papa yang langsung dipatuhi kedua anaknya.

"Tumben lagi pada akur." Mama melihat kedua anaknya hanya saling tatap, tidak bertekak seperti biasanya.

Sontak ketiga orang yang sudah duduk di meja makan menoleh pada mama yang baru memasuki ruang makan membawa pai apel yang baru dikeluarkan dari alat pemanggang

Mama duduk di sebelah papa, berhadapan dengan Vale dan Stephn. Menyisakan dua bangku kosong. Formasi lengkap keluarga mereka saat ini terasa sepi di hati mereka.

SEVILLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang