4. Pulang Kampung

1.5K 89 3
                                        


Warning, chapter ini khusus dewasa.

Halo guys, kembali lagi nih. .

Pengumuman yaaa, chapter ini adalah chapter terakhir yang nggak di private. Tapi, untuk chapter 5 keatas, akan di private.

Jangan lupa untuk komen dan vote ya. .Vote itu gratis dan nambah pahala karena authornya seneng. Masa kalah sama A-team nya Atta :( (edisi author iri sama A-team nya Atta).

Salam manis, istri Daesung yang menanti oppa pulang wamil.

Check this out. .

***

Hari ini Senna sudah menyelesaikan penerbangan Amsterdam menuju Singapura untuk transit. Senna merenggangkan badan sejenak karena pegal-pegal. Tadi, penumpang disebelahnya merupakan perempuan paruh baya dengan bayi usia 23 bulan yang sangat rewel. Senna tidak bisa tidur karena bayi itu terus rewel. Mungkin karena perjalanan pesawat yang sangat membosankan. Perempuan paruh baya itu hanya bisa meminta maaf kepadanya dan terus menenangkan anak bayi itu dengan bermain sticker agar tidak bosan.

Untunglah, dalam perjalanan Singapura menuju Jakarta Senna menemukan kedamaian dan bisa segera terlelap. Tetapi, perjalanan Singapura ke Jakarta sangatlah sebentar. Tidak sampai 2 jam. Saat pesawat akan Landing, jantung Senna berdebar. Sudah 6 tahun dirinya tidak menyentuh negara ini. Dirinya benar-benar terharu. Senna tidak sabar untuk segera bertemu ibunya.

Ketika kakinya menyentuh Terminal 3 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Senna dikejutkan oleh sesosok laki-laki yang mati-matian ingin ia lupakan. Senna benci mendapati laki-laki itu yang menjemputnya. Senna benci karena hatinya bekhianat dan berdebar kembali mendapati sosok itu kian mendekat kearahnya. Laki-laki jangkung itu sedikit berubah karena kian dewasa. Setelah berdiri dihadapan Senna, Laki-laki itu membuka mulutnya.

"Senna, aku hanya jemput kamu. Jam 2 siang nanti aku balik ke Surabaya. Aku nggak pernah cocok sama Jakarta. Kamu kelihatan sehat" Ucap laki-laki itu dengan kalimat terpanjang dibanding kalimat yang tiap hari ia katakan.

Ugh, Senna benar-benar ingin memeluknya sekarang.

"Langit, aku capek. Aku boleh peluk kamu?" Damn, Senna menyadari ucapannya dan mengetuk bodoh kepalanya. Sementara wajah laki-laki itu berubah keras.

Senna benar-benar merasa tolol. Harusnya dia benci Langit, harusnya dia bisa melupakan Langit. Harusnya daftar kontak Langit yang sudah dia hapus cukup untuk menandakan bahwa Langit sudah hilang. Tetapi kenyataan berkata lain.

"Senna, ini bukan Eropa. Aku tidak memeluk orang lain di keramaian" ucap Langit singkat.

"Aku bukan orang lain Langit. Kita dari TK sampai SMA sama-sama terus loh. Mbok Ijah juga ngurus aku dari kecil" Sahut Senna percaya diri. Padahal hatinya sudah malu setengah mampus karena ditolak oleh Langit.

"Kamu nggak nanya kenapa ibumu nggak jadi jemput kamu?" tanya Langit mengalihkan topik. Tangan kokohnya bergerak mengambil alih trolley bandara yang berisi 3 koper besar Senna.

"Paling juga ibuk males macet. Terus kebetulan ada kamu yang mungkin lagi ada urusan kantor di Jakarta dan kamu bisa disuruh-suruh"

"Ayo kuantar ke hotel. Ibumu sudah menunggu" Langit berjalan cepat didepan Senna.

"Langit, sebelum ke hotel mampir KFC ya. . kangen KFC Indo nih" kata Senna sambil tersenyum manja.

"Take away ya. ."

"Nggak ah. Makan disana aja" Jawab Senna.

Langit tidak menjawab lagi. Tangannya sibuk memindahkan koper Senna kedalam mobil.

I'm into youWhere stories live. Discover now