Sixth.

139 7 0
                                    

Sudah hampir seminggu Ara merasa lebih dekat dengan Devano. Hampir setiap hari mereka bersama. Bahkan ara sudah merasakan hal yg beda pada dirinya.

Dimana hari ini adalah hari libur. Niat Ara yang sudah di rencanakan beberapa hari yg lalu, ia berniat lari pagi. Kini Ara sudah lari mengelilingi kompleks rumahnya kurang lebih tiga putaran. Ara yang merasa energinya sudah terkuras habis habisam, memutuskan untuk beristirahat sejenak. Setidaknya bisa mengumpulkan kembali energinya, untuk beranjak membeli minuman dingin, Dan kebetulan tidak jauh dari tempat peristirahatan Ara terdapat mini market langganannya. Yaa, bisa di bilang seluruh pekerja mini market tersebut sudah hafal dengan Ara. Karena hampir setiap hari Ara mendatangi tempat itu.

Tidak sengaja di tempat dimana Ara sangat suka dengan tempat ini. Karena baginya tempat ini Ada sumber hidupnya yg ke tiga selain dari keluarga Dan rumahnya. Di tempat ini Ara melihat kejadian, dimana kejadian ini mengingatkan Ara dengan masa lakunya. Ara sangat tidak ingin kejadian dimana dari kejadian itu Ara sudah tidak percaya dengan kata sayang. Tapi apa daya Tuhan merencanakan lain untuk Ara.

Sosok tinggi, tampan bahkan bisa di bilang cukup terkenal. Siapa lagi kalau bukan Devano. Namun parahnya lagi kini sosok tampan itu tidak sendiri, melainkan dengan sosok wanita yg menggandeng Devano penuh kehangatan. Sesekali mereka sedang memilih cemilan. Di sisi lain Ara merasa sesak di dadanya. Mata Ara mulai berkaca kaca menahan tangis, alhasilnya air mata itu lolos terjun di pipi Ara. Sesegera mungkin Ara mengusap kasar air mata itu. Entah mengapa Ara merasa sakit. Dengan ragu ragu Ara mengumpulkan keberanianya mendekati keberadaan Devano. Dengan pelan Ara menepuk pundak Devano. Tampa aba aba Devano menoleh ke arah dimana tepukan itu berasal. Kini Ara menampilkan sikap biasa di depan Devano.

"Hai." sapa Ara
"Ehh, elu raa. Ngapain disini? Sendirian nihh?" Sahut Devano
"Lah elu ngapain disini?" Ara kembali tanya tanpa menjawab pertanyaan dari Devano
"Ada yang mau gue beli."
"Dia siapa?" Sambil menunjukan wanita yg di sebelah Devano dengan dagunya yg menatapnya bingung
"Hmm, dia.." belum sempat selesai menjawab ponsel Devono tiba tiba berdering memecahkan suasana yg tegang. Tanpa mengecek apapun Devono segera mengangkat.

"Hallo."
^....^
"10 menit sampai."

Sambungan telepon pun terputus. Mengembalikan suasan penuh tanya.

"Gue balik dulu. Takut ganggu." Ucap Ara sambil pergi meninggalkan mereka berdua yg matung di tempat. Kini air mata Ara deras mengalir di pipi Ara. Menjadikan pusat perhatian pengunjung mini market yg terlihat bertanya tanya. Ara merasa sesak dan penuh emosi. Rasanya ingin menendang cowok itu ke lautan. Biar tau rasa.
Sesekali Devano teriak memanggil nama Ara. Namun Ara mengabaikan panggilan itu. Ingin sekali Devono mengejar Ara, tapi sungkan dengan seseorang di samping nya. Devano paham bahwa Ara cemburu. Devano sengaja membiarkan Ara berlalu. Mungkin besok ia akan jelaskan masalah ini dengan Ara. Dan sekarang menurutnya Ara lebih baik sendiri.

🤖🤖🤖

Kini Ara berada di tempat ternyaman nya. Di mana lagi kalau tidak di Lamar Ara. Disini lahh Ara meluapkan amarah, sakit, sesak, bahkan tangis pecahnya ia luapkan di tempat ternyaman nya.

"Hiks..hiks."
"Non, ada apa? Suara apa itu?" Panggilan Bi inah khawatir dengan sikap nyonya mudanya
Ara yg mendengar panggilan dari bi inah sesegera menghapus air matanya.
"Ga pa pa bi, tadi suara musik aja." Sahut Ara dengan nada seraknya
"Beneran ga pa pa non." Ucap Mila meyakinkan keadaan putri semata wayangnya
"Iya bi." Sahut Ara dari Dalam balkon kamar
"Baiklah non, makan siangnya saya antar ke kamar, atau..." belum selesai dengan pekataanya, dipotong begitu saja dengan Ara
"Biar nanti Ara yang turun bi."
"Baik non."

Dengan posisi Ara yg betekuk lutut sambil menahan tangis. Bi inah yg sudah meninggalkan kamar Ara. Kini Ara berusaha beranjak ke kamar mandi membersihkan diri yg penuh dengan keringat. Selesai nya Ara keluar sudah mengenakan pakain rapi, dengan celana jeans Dan baju tak berlengan berwarna putih. Dan segera turun untuk makan siang yg sudah di siapkan oleh bi inah satu jam yg lalu.

💔💔💔

________________

Sedih ya gaess ngeliat begituan langsung
Aduhhh bang vano jahad dehhh:(

Jangan lupa vote_voment:)
Ini nih bang vano nya💞

Jangan lupa vote_voment:)Ini nih bang vano nya💞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sosok Ara yg di nantikan. Tidak salah lagi gue sendiri:)

 Tidak salah lagi gue sendiri:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love In The CloudsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang