semua berawal dari sini

25 1 0
                                    

Ia berlari dengan napas yang tersengal-sengal karena kehabisan oksigen. Rambutnya sudah tak tertata dengan rapi, tak sama lagi tatanannya saat ia merias dirinya di hadapan cermin kamarnya.

Namun paras cantiknya masih terlihat, wajahnya yang terkesan ayu seperti bunga desa -  Sasya. Tujuan utamanya adalah ke papan pengumuman.

Hari ini, banyak do'a yang ia panjatkan. Semoga saja ia disatu kelas yang sama dengan sahabatnya - Nadine.

"Nad !" dengan mengangkat tangannya ke atas berharap Nadine segera melihatnya. Dikarenakan papan pengumuman sangat penuh oleh orang-orang yang sedang melihat kelas barunya pula. Bahkan Sasya melihat saja sudah bergidik ngeri, tak terbayang seperti apa sesaknya berdesak-desakan seperti itu.

Nadine tersenyum melihat sahabatnya sudah tiba, ia segera menghampiri Sasya.
"Kita ga sekelas" ucap Nadine to the point.

"Yah, kamu kelas apa ?" tanya Sasya sembari mengibas-ibaskan tangannya. Kegerahan - ya itu yang Sasya rasakan saat ini.

"XII IPA 2" Tak ada ucapan bertele-tele dari Nadine, karna Nadine memang seperti itu.

"Keren lah. Susah tuh masuk IPA 2. Aku liat kelas aku dulu deh ya" baru saja Sasya hendak melangkahkan kakinya ke papan pengumuman, namun Nadine mencekal lengannya.

"Kamu IPA 1 Sya" ucap Nadine sambil tersenyum manis.

"Demi apa ? Serius ? Ko aku bisa di IPA 1 ? Aku gamau, masa aku disatuin sama anak-anak ambis si ?" mulutnya tak henti-henti berkomat-kamit tak terima dengan kelasnya yang baru.

Nadine tertawa melihat sahabatnya yang seperti tertekan disatukan dengan siswa-siswa yang tergila-gila akan nilai.

"Jangan gitu ah, kamu pasti bisa Sya. Semangat ! Kelas kita kan sebelahan, gausah kesel gitu ah hehe. Kalau mau main mah kamu ke kelas aku aja" Nadine langsung merangkul pundak Sasya yang masih menundukan kepalanya.

Sesampainya di depan kelas XII IPA 1, hening yang terasa. Semua hanya diam, dengan buku yang sedang mereka baca. Entah itu buku apa.

Sasya segera menolehkan kepalanya ke Nadine, seolah memberitahu bahwa ia tak suka dengan kelas yang seperti ini - menjenuhkan.

"Simpen dulu gih tasnya, baru ke kelas aku" ucap Nadine dan segera masuk kelasnya XII IPA 2.

Sasya Masuk dengan langkah malas. Mencari tempat duduk yang sekiranya nyaman.

Dikarenakan setiap siswa diperbolehkan duduk secara bebas, artinya siswa laki-laki boleh sebangku dengan perempuan.

"Aku duduk sini ya" ucap Sasya tanpa mau mendengar respon seseorang yang ada di sebelahnya.

Hanya manaruh tas seperti perintah Nadine, Sasya segera melangkahkan kakinya ke kelas XII IPA 2.

Setelah sampai di depan kelas XII IPA 2, Sasya segera mencari dimana Nadine berada.

"Sya !" Nadine mengintrupsi

Bibirnya semakin mengerucut mengetahui suasana kelas Nadine yang ramai. Tidak semua. Hanya saja kelas ini tak sesepi kelasnya.

"Duduk sama siapa ?" tanya Nadine sambil memberikan Sasya cemilan yang ia bawa dari rumah

"Gatau cuma naro tas aja, dan langsung kesini" ucap Sasya kesal

"Cewek apa cowok ?" tanya Nadine lagi, sambil mengunyah kripik singkong rasa balado kesukaannya.

"Cowok" jawab Sasya sekenanya.

"Eh  by the way ini tempat duduk siapa yang aku dudukin ?" tanya Sasya yang menyadari ada tas di atas meja yang ia duduki.

"Temen sebangku" jawab Nadine sambil mengambil air minumnya - haus.

"Iya aku tau ish, maksudnya namanya siapa ?" mood memang perusak segalanya. Saat ini Sasya berbicara mudah kesal.

Nadine memberi aba-aba dengan tangannya (✋) , memberitahu bahwa ia sedang minum.

Sasya hanya terkekeh melihat itu.

Setelah selesai minum, Nadine meberitahu bahwa itu mejanya Bagas.

"Orangnya kemana ?" dikarenakan tak ada topik untuk dibahas, akhirnya teman sebangku Nadine yang menjadi bahan pembicaraan.

"Kurang tau, belum terlalu deket soalnya" masih asyik dengan memakan kripiknya

"Nad aku kelas ya. Bentar lagi bel" Nadine hanya mengangguk dan mengacungkan ibu jarinya pertanda iya meng'iya'kan ucapan Sasya.

By. R
Maret 2019

Belenggu AsmaralokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang