Biasanya, Juni, Yuna, dan dua kamerad sejak zaman SMP dari kelas IPA, Lana dan Hani, duduk di meja lingkar di sisi selatan kantin. Namun untuk suatu alasan, Hani lagi-lagi tidak kelihatan batang hidungnya.
Yuna dan Lana sama-sama sibuk menatap layar ponsel saat Juni tiba-tiba terdiam, menatap ke satu objek seperti sedang menahan beol, "Surgawi banget, anjir," gumamnya dengan mata yang tak berhenti mengikuti seorang laki-laki jangkung berwajah asia-kaukasian.
"Siapa sih?" tanya Yuna dan Lana bersamaan seraya mengikuti arah pandang Juni. Rahang Lana jatuh sedang Yuna membuang mukanya saat tahu yang dimaksud Juni adalah wajah yang familiar.
"Udah, udah..." Yuna menepuk pelan bahu Juni. "Nggak teraih dia, Kunti, dia aja lebih cantik dari lo."
"Dia literally out-visualed semua populasi orang di sekolah ini, gila!" Lana menegaskan pernyataan Juni.
"Pada alay lo ah," cibir Yuna, menarik tangannya dari bahu Juni, lalu menyesap es susu kocok rasa vanila biru di atas meja. "Cuma keturunan bule aja suka heboh, dasar lokal..." ejek Yuna dengan sok.
"What? Mon maap, ibu, selera kita mah kagak om-om kayak lo," kata Juni, membuat Yuna tersinggung.
"Iya nih, sirik aja sih lo, Yun, yang dendam sama cowok ganteng kan elo, jangan bawa-bawa kita dong." Lana menimpali.
Yuna memutar bola matanya dan melirik ke arah Lana, "Gue nggak pinter bahasa inggris tapi gue cukup tahu kalo all men are trash..."
"Barusan Kak Kamal ngeliat ke sini, anjir," potong Lana, membuang mukanya dari Kamal, takut ketahuan menjadikannya objek gosip.
"Nggak semua cowok kayak klasifikasi lo, Yun." Juni merespon kalimat Yuna. "Masih banyak cowok baek di dunia ini, sayangnya aja bukan mantan lo."
Ouch!
Yuna mengerjap-ngerjapkan matanya, terdiam, lalu Juni berpandangan dengan Lana, "Gue salah ngomong ya?" tanya Juni khawatir.
Tepat dengan suasana hatinya Yuna yang mulai keruh, telepon dari Bu Jessi masuk ke ponselnya.
"Halo, Bu, ada yang bisa Yuna bantu?" tanya Yuna.
Yuna ingin berterimakasih pada Bu Jessi karena menyelamatkannya dari suasana itu.
"Siap, Bu, tunggu sebentar ya, Bu"
"Kerjaan lagi, Yun?" tanya Lana
Yuna berdiri dari kursinya dan mengangguk sekali, "Gue cabut," katanya.
Namun Juni segera menarik tangan sahabatnya itu. "Lo nggak marah kan?"
Yuna menggeleng, "Nggak, lo bener, selera gue jelek dan mantan gue emang asu."
¤•¤•¤•¤
Sebagai hukuman khusus dari Bu Jessi, Yuna terpaksa mengerjakan pekerjaan kotor Bu Jessi seperti fotokopi, mengantar surat ke bagian administrasi sekolah, dan mengantar surat pengumuman ke kelas-kelas. Selain itu, ia juga punya pekerjaan khusus memberikan Bu Jessi informasi seputar gosip yang beredar di antara para siswa-siswi untuk 'pengawasan' ceunah, tapi Yuna tahu guru-guru juga butuh gosip.
Hukuman Yuna harusnya selesai kemarin Rabu, lalu hari ini dan seterusnya Bu Jessi tidak punya hak lagi untuk memanggilnya seenak jidat, tapi Yuna sadar, posisinya sekarang bukan lagi 'tersangka' ia sudah naik kasta jadi orang kepercayaan Bu Jessi.
Dari kantin, Yuna pergi ke koperasi guru, tempat ia biasa menemukan Bu Jessi berbincang dengan Mbak Penjaga Koperasi sambil makan gorengan. Bu Jessi memberikannya setumpuk berkas untuk difotokopi lalu meminta Yuna melapor kalau-kalau ada yang membolos dari kelasnya atau kelas-kelas sebelahnya. Setelah memberikan laporannya Yuna lekas pergi ke tempat fotokopian.
Ada dua fotokopian di sekolah, fotokopian yang di koperasi guru dan di sisi barat kantin. Fotokopian di koperasi guru sedang rusak, sudah hampir dua minggu ini, jadi ia terpaksa pergi ke barat kantin yang lembab dan banyak lumut, tempat anak-anak nakal biasa bolos dengan melompat pagar sekolah lewat pohon rambutan.
Yuna bisa saja memotret dan melaporkan beberapa anak kelas sebelas yang barusan lompat keluar pagar di belakang punggungnya, tapi ia mengabaikan saja mereka karena ia tahu betapa menyebalkannya dihukum. Usai fotokopi, ia kembali pada Bu Jessi dan memberitahu Bu Jessi kalau lebih baik pohon rambutan di dekat kantin di potong saja supaya tidak ada yang bolos.
¤•¤•¤•¤
Sore sepulang sekolah, Bu Jessi membuatnya merapikan berkas-berkas lama di kantor BK bersamanya, tapi tetap saja, ia menghabiskan sore itu sendirian karena Bu Jessi harus pulang lebih awal untuk menjemput anaknya, "Saya percayakan ke kamu ya, Yuna, nanti kalau mau pulang titipkan saja kunci kantornya ke Pak Rudi satpam," kata Bu Jessi sambil buru-buru keluar membawa tas jinjing kulitnya karena sudah terlambat.
"Oke, Bu, Siap!" Ia sedikit takut sendirian di ruang BK sejujurnya.
Yuna selesai pukul empat lewat empat puluh menit. Sekolah masih ramai oleh kelas intensif UN anak-anak kelas dua belas dan ekstrakulikuler anggar di gedung olahraga sekolah, tapi di tempatnya berdiri, ia hanya sendiri. Yuna melepas napas lelah, keluar dari ruang BK, ia tidak sengaja menendang kaleng minuman soda warna biru dengan post-it kuning tertempel di atasnya.
Kaleng itu tidak berkelontangan, hanya menggelinding karena sepertinya masih ada isinya. Jatuh dari kaleng itu, sebuah post-it warna kuning yang menarik perhatian Yuna.
Yuna bergerak mengambil kaleng soda itu dan catatan kecil yang jatuh, lalu ia pun berjongkok dan membaca catatan itu.
Ini soda biru yang cuma ada di mini market di dekat sekolah. Saya carikan khusus buat kamu karena saya lihat kamu suka minuman biru. Saya harap suasana hati kamu hari ini lebih baik.
NB: Kamu manis pakai pantofel ^^
Yuna tersenyum, melipat dan memasukkan catatan kecil itu ke dalam saku kemejanya.
Sambil berjalan ke depan sekolah, Yuna berpikir, kalau-kalau saja ia menengok dan memperhatikan baik-baik siapa yang melompat dari pagar sekolah tadi siang, ia bisa saja tahu siapapun pengirim catatan kecil di dalam saku kemejanya. Sayang sekali. []
i need to finish this story before saturday so... ilya'll i guess
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] innocent crush || kai, yuna #1
Fiksi Remajakaiden kamal thought the best way to love someone is to love as it is. In his best, kaiden kamal shihab (huening kai) is the charismatic coordinator of the student body's disciplinary division, known for his good looks and robotic demeanor. In his w...