Laki-laki itu mengatur napas, melewati kerumunan kantin yang selalu sesak seperti biasanya. Namun sesak di dadanya hari ini berbeda, bukan karena riuh kantin yang selalu mengganggunya, tapi karena variabel asing yang belakangan suka bercanda dengan detak jantungnya.
Oke, Kamal, hari ini! Hari ini atau tidak sama sekali!
Kamal akan mengaku dan memberikan hadiah pada gadis itu tanpa anonim. Ia tidak akan kalah pada rasa tidak percaya dirinya, ia tidak akan membiarkan kecemasan mencundangi kesempatan di depan matanya, tidak sekarang, tidak hari ini!
Gadis itu semakin tampak, Kamal menciut, memegangi dadanya, jantungnya berdebar sangat kencang, gendang telinganya nyaris pecah, genggamannya pada gantungan kunci beruang coklat di tangannya makin erat.
Tuhan! Gadis itu benar-benar berdiri di depannya sekarang dan ia ingin menghilang dari muka bumi, jantungnya berdebar tidak keruan. Get yourself together, Kamal, please! Kamal memohon pada dirinya.
"Kamal!" Seseorang memanggilnya. Kamal berbalik dan menengok ke arah Ajis yang mengepalkan tangannya dari sebuah meja di dekat lapangan basket terbuka, "Semangat!" teriaknya. Teman-teman Kamal, Ajis dan Adam duduk di sudut kantin, memberikan dukungan dengan mengangkat gelas es teh mereka ke udara.
Kamal mengangguk, bersiap sambil menelan ludahnya, lalu ia berbalik dan Duk! Wajah Yuna terantuk dada Kamal. "Aduh!" keluh gadis itu. "Eh, sori, sori, sori." ujar Kamal.
"Nggak apa-apa, permisi." Yuna berjalan melewati Kamal tanpa melihat wajahnya.
"Em, Yu..." Kamal baru saja akan memanggil Yuna saat ketiga temannya menyusul di belakangnya, "Misi, Kak..." "Misi... "Permisi...," Ujar ketiganya bersahut-sahutan.
Ia pergi? Mereka pergi begitu saja...?
Gadis-gadis itu menghampiri sebuah meja yang barusan kosong di selatan kantin dan sudah berisik lagi dengan canda sekaligus gosip terbaru sekolah. Mereka tertawa keras, tak peduli berapa banyak perhatian yang mereka curi, mereka tampak larut dalam pesta mereka sendiri, begitu tersedot pada dunia yang hanya milik mereka berempat, yang orang lain tidak punya tempat.
Kamal masih menyesal soal kesempatannya yang hilang begitu saja dan terpaku pada Yuna yang duduk selurus dengan arah pandangnya. Gadis itu seperti kembang api tahun baru. Caranya tertawa menghias langit malam Januari dengan warna-warni, caranya bercerita seperti formasi warna yang silih berganti, penuh kejutan.
Kamal menggigit bibirnya, tidak ingat sudah berapa lama ia berdiri di sana sampai Yuna berhasil menangkap perhatiannya di antara keramaian kantin yang kian penuh.
Mampus!
Kamal ingin segera bersembunyi. Ia tidak mungkin baru saja mengekspos dirinya semudah itu. Tapi Kamal terlanjur terjebak sorot mata memikat Yuna. Bego, bego, bego... dopamin di kepala Kamal merusuh, memaksa Kamal untuk melempar senyum.
"Ha-hai..." ujar Kamal lirih, ia yakin gadis itu tidak akan mendengarnya.
Namun Yuna bisa membaca gerakan mulutnya dan gestur canggung lambaian tangan laki-laki itu. Ia sedikit terkejut dengan sikap Kamal, ia tidak tahu kakak OSIS super disiplin bin populer itu bisa canggung, ia pikir cowok itu selalu keren. Yuna pun membalas senyum Kamal, namun laki-laki itu justru kabur, melesat memasuki kerumunan.
Eh?
Yuna mengernyit tidak paham dan hendak memberitahu Juni apa yang barusan ia alami saat seorang laki-laki yang tampak asing menghampiri mejanya. "Hai!" Laki-laki itu menyapa dengan percaya diri.
Yuna, Juni, Lana, dan Hani bebarengan menengok ke arahnya.
"Ya, ada apa ya—" Juni berhenti sejenak untuk membaca nama yang tersemat pada kemeja seragam laki-laki itu, "Samuel?"
Samuel tersenyum dan menoleh pada Yuna. "Kita ketemu beberapa hari yang lalu di gerbang sekolah, gue Sam, gue boleh tahu nama lo nggak?" []
thought ya'll wanna know why awkward cute guys is the cutest...
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] innocent crush || kai, yuna #1
Fiksi Remajakaiden kamal thought the best way to love someone is to love as it is. In his best, kaiden kamal shihab (huening kai) is the charismatic coordinator of the student body's disciplinary division, known for his good looks and robotic demeanor. In his w...