"Kina, tolong antarkan kopi ini ke meja nomor dua." ucap Safrina kepada Kina.
Kina yang sedang mengelap meja tempat bartender, sontak tersenyum dan mengangguk ke arah Safrina, teman sekaligus pemilik kedai kopi ini.
"Oke."
Kina pun dengan cepat mengambil penampan untuk membawa kopi pesanan tersebut ke meja pelanggan nomor dua.
"Ini kopi pesananmu adik tampan." ucap Kina seraya tersenyum kepada laki-laki yang memakai seragam putih abu-abu itu, dengan laptop yang ada diatas meja.
Kina pun berpikir kalau laki-laki abg ini sedang mengerjakan tugas sekolah. Tapi, saat laki-laki abg itu menoleh kesampingnya dan melihat Kina dengan mata tajamnya, senyuman Kina langsung menghilang. Ada satu hal yang Kina lihat dari laki-laki abg ini, dia tidak seperti abg pada umumnya.
"Maaf mengganggu, silahkan lanjutkan. Permisi." ucap Kina gugup seraya berbalik badan dengan menutupi bagian dadanya dengan penampan dan pergi kembali ke tempat dimana Safrina berada.
"Ada apa? Mukamu pucat gitu, kayak di kejar anjing aja." Safrina bertanya seraya meracik kopi untuk dirinya sendiri.
Kina menggeleng pelan dan meletakan penampan ke meja dekat etalase kue-kue. "Gak papa, cuma itu." Kina menunjuk laki-laki dengan gerakan kepalanya, sehingga membuat Safrina mengikuti gerakan kepala Kina. "Dia aneh." lanjutnya.
Kening Safrina mengerut dalam, saat Kina mengatakan begitu barusan. Sehingga Safrina pun terkekeh pelan dan menutup mulutnya, menahan tawanya, takut orang yang dibicarakan mendengar.
"Aneh kenapa?" tanya Safrina.
Kina mengangkat bahunya acuh tak acuh seraya bibirnya ia manyunkan. "Dia anak SMA. Tapi, badannya seperti bukan anak abg pada umumnya, dia aneh. Matanya juga sangat dingin, serem gitu." ucapnya apa adanya.
Safrina tertawa pelan mendengar ucapan Kina barusan. Sontak membuat Kina mengerutkan keningnya bingung dengan reaksi temannya itu. "Kenapa kamu ketawa, Rin? Apa ada yang lucu."
"Tidak ada. Cuma aku heran aja sama kamu, Kin. Laki-laki itu sangat tampan sekali. Tapi, kamu bilang dia aneh? Matamu ditaro dimana? Dia itu masih keturunan bule, jadi wajar kalau badan dia besar dan tinggi." Safrina bersidekap menatap wajah Kina seraya menghela napas panjangnya, "Lagian, kamu kemana aja, sih? Dia itu pelanggan setia kita. Masa gak tau, sih? Yang aneh itu kamu, Kina."
Kina pun menoleh menatap punggung kokoh laki-laki SMA itu. "Masa, sih? Kok aku baru tau ya?"
Safrina menoel kepala temannya itu, sehingga membuat Kina cemberut tidak suka. "Aw, kenapa, sih?" ucapnya kesal.
"Kamu nyebelin banget, sih. Kedai kopi ini sangat sepi pengunjungnya. Tapi, kamu tidak tau kalau dia itu pelanggan setia kedai kita? Kamu benar-benar orang aneh, Kina. Sudahlah kembali bekerja. Ngomong sama kamu lama-lama bikin otak mumet."
Kina menghela napasnya lelah dan mengangguk mengiyakan. Setelah itu wanita dua puluh tiga tahun itu kembali bersih-bersih kaca kedai.
Laki-laki abg yang sejak tadi dibicarakan tanpa sengaja mendengar obrolan kedua wanita tersebut, karena earphone yang ia pakai tidak berfungsi hanya sebagai aksesoris saja.
Bibirnya tersenyum tipis dengan melirik Kina yang sedang mengelap kaca luar. "Menarik." gumamnya pelan.
□■□■□
Seperti biasa, kedai akan tutup pukul delapan malam, karena setiap hari bisa dihitung berapa orang saja yang membelinya, hanya sekadar nongkrong, menyendiri dan mengerjakan tugas sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Younger Brother In Law ✅
General FictionWARNING!!! 21+🚫 ⛔Sebagian Part Diihapus!!!⛔ Tersedia di Playstore & Play Books!! [Bijaklah dalam membaca] Banyak Adegan Yang Tidak Sepantasnya Dibaca dibawah umur! Jadi Bijaklah dalam membaca!! PLAGIAT DILARANG MENDEKAT!! ⛔ ...