Felix menuruni tangga menuju lantai dasar dan sekilas melihat Licia yang berjalan ke arah dapur, dia kemudian duduk di sofa ruang tamu setelah sebelumnya melempar jaket nya terlebih dulu.
"Kakak udah mau berangkat?"
Licia yang baru saja kembali dari dapur bergumam sebagai jawaban, sama halnya dengan Felix yang sudah rapi, Licia juga sudah bersiap untuk pergi ke kantor.
"Perlu Felix anterin?" Tawar Felix yang meraih remot TV dan kemudian menyalakannya.
"Kakak berangkat sama kak Fahri."
Felix mengangguk ringan di saat mata dan pendengaran nya hanya terfokus pada siaran berita yang kemudian beralih ke FTV yang menceritakan tentang romansa remaja SMA.
"Gue tau kalo Lo tuh masih sayang sama Gue."
"Idih, kepedean banget Lo. Siapa juga yang suka sama cewek kayak Lo."
"Lo cuma cari alasan buat bisa putus sama Gue kan?, Gue tau papa Lo pasti yang ngelarang Lo buat deket sama Gue. Ngaku aja."
"Mana papa Gue perduli, ngasih duit aja ogah."
Licia menghentikan langkahnya tepat di belakang Felix, dia menatap si bungsu seperti tengah melihat orang aneh. Pasalnya, yang tengah di lakukan Felix kali ini adalah berdialog dengan tokoh si perempuan dalam FTV yang ia lihat.
Licia tersenyum tidak percaya, bahkan Felix sudah melakukan nya berkali kali dan tidak mau berhenti meski sudah di tegur sekalipun. Dia menggelengkan kepala nya, merasa ada yang tak beres dengan adik semata wayang nya."Dek."
"Apaan?"
"Masih waras?"
Felix mendongakkan kepalanya untuk melihat kakak nya dengan alis yang saling bertauatan. "Masih lah." Jawab Felix dan kemudian kembali mengarahkan pandangannya pada layar TV yang sudah berganti dengan jeda komersial.
Licia menghela napas pelan dan kemudian ikut duduk di samping Felix."Kamu pulang jam berapa?"
"Jam sembilan."
"Kamu masuk kelas jam berapa?"
"Sepuluh."
"Selesai nya jam berapa?"
"Tiga."
"Kalo gitu kenapa baru pulang jam sembilan?. Mau kelayapan lagi?"
Felix tiba tiba menggaruk telinga nya secara berlabih dan sedikit menghadap kakak nya sembari menyandarkan kepala nya pada tangan yang bertumpu pada sandaran sofa.
"Kakak tuh sebenernya mau ngomong apa sih?, Felix kan udah biasa pergi sama Steve."
Sebuah cengiran menghiasi wajah Licia, memang sejak awal ada hal yang ingin dia bicarakan dengan Felix, namun dia merasa ragu untuk mengatakan hal tersebut.
"Sebenernya.... Hari ini kak Fahri, ngajakin kita buat makan malem."
"Gitu aja?"
Licia mengangguk sebagai sebuah jawaban.
"Jam berapa?"
"Jam tujuh. Kamu bisa kan?"
Felix terdiam tampak tengah mempertimbangkan sesuatu sembari menggigiti kuku nya, sungguh kebiasaan yang sulit di hilangkan dari diri Felix dan jawaban akan pertanyaan Licia sebelumnya terlontar tepat setelah ia berhenti menggigiti kuku nya dan menurunkan tangan nya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINDU SUARA ADZAN
Teen FictionKetika suara Adzan menerpa pendengaran nya. Saat itu, kesepian menghampiri diri Felix. Mengusik jiwa nya. Mempertanyakan akan keberadaan diri nya. Membuat nya selalu merasakan kerinduan yang begitu dalam. Menciptakan sebuah tanya yang tak mampu ia j...