7.

266 30 12
                                    

     "Kau seharusnya mengantarkan hyung mu ke rumah sakit taehyung"

     "Aku sudah berkali kali membujuk seokjin hyung kerumah sakit tapi tetap saja dia menolak"

      Aku menghela nafas pelan atas jawabannya barusan keadaannya cukup mengkhawatirkan tapi kenapa menolah tawaran taehyung

     "Kau lulus ?" tanya taehyung memecahkan keheningan

      "Ya, lalu bagaimana dengan mu ?"

       "Semester tambahan" ada nada kekesalan dalam kalimatnya barusan "jadi apa kau mau melanjutkan pendidikanmu"

      Aku menggeleng pelan "Orang tuaku berniat mendaftarkanku menjadi dokter residens di rumah sakit yeonjong Medical Center tapi entahlah jujur aku sendiri bingung pada diriku"

     Taehyung menbuat kerut pada keningnya "Residens ?"

     "Sebagai pemula" jawabku enteng

       "Tapi nilai kelulusanmu bagus jadi kenapa harus jadi seorang residens" terdengar argumennya yang nampak menolak

        "Tapi Appa dan eomma ku meminta agar aku menjadi dokter residens dulu"

     Malam ini aku tidak pulang karena seokjin tidak mau kerumah sakit jadi aku harus tetap di sini untuk merawatnya, lagi pula di luar sedang hujan deras jadi tidak mungkin aku pulang. Sebenarnya aku bisa meminta taehyung untuk mengantarku tapi rasanya tidak mungkin aku meninggalkan seokjin pada taehyung di keadaan seperti ini

       Aku membawa makan malam seokjin yang ada di kamarnya dengan nampan

      "Permisi" kataku di balik pintu

Tak ada jawaban dari dalam jadi aku mengulangi kalimatku barusan "Permisi "

       "Masuk" Aku masuk dan kembali menutup pintu secara perlahan "Tuan makanlah dulu"

     Dia mengangguk dan aku pun segera meletakkan nampan yang ku bawa tadi di atas nakas

     Beberapa kali suapan seokjin kembali meletakkan piring nasi itu kembali di atas nakas kemudian aku memberikannya obat yang di beli taehyung tadi di apotik

      "Di mana bibi kim?"

      "Eomma tidak datang"

       "Kenapa"

       "Aku yang melarang eomma untuk datang karena aku yang akan menggantikan posisinya"

       Dia hanya mengangguk memjawab respon dari pernyataan ku barusan

        "Ini akhir semester kuliah mu bukan ?"

Aku mengangguk dan tersenyum "Ya"

        "Lalu bagaimana dengan nilai mu?"

        "Aku di nyatakan lulus dengan nilai terbaik pada bidangku"

          "Benarkah ? Kalau begitu selamat atas kesuksesan mu"

           "Terima kasih tuan" aku membungkukkan sedikit tubuhku

            "Jujur aku heran dengan adikku yang harus menjalani semester tambahan" seokjin menggelengka kepalanya––—Mengingat tingkah taehyung. "Entah kapan dia akan berubah"

         "Tuan jangan salah paham, fakultas ADM itu lebih sulit dari fakultas kedokteran" aku sedikit membela taehyung

         "Benarkah? Tapi aku bisa lulus di fakultas ADM dengan nilai baik hanya dalam waktu beberapa semester lalu kenapa dia tidak bisa"

         Aku hanya diam dan menunduk karena merasa tidak nyaman. Harusnya aku tidak mengatakan hal itu tadi "m-mung. Ah kalau begitu kau jenius tuan" aku sedikit terbata bata

      "Dasar anak itu" kata seokjin terkekeh pelan. "Lalu apa kau ingin melanjutkan pendidikanmu?"

Aku terdiam memikir kan perkataan ayah ku tadi siang dan menggeleng pelan

    "Kenapa?"

    "Aku hanya tidak ingin tuan"

Sudut bibir namja di hadapanku ini mengembang "wah benarkah ? Sayang sekali kau hanya setengah di pendidikanmu"

    "Ya tuan"

    "Sejak tadi kau hanya memanggilku tuan? Ayolah aku belum menikah dan memiliki anak. Panggil saja aku oppa, mau kan?"

Aku menatapnya terkejut "Tidak mungkin tuan. Kalau nyonya kim tau pasti akan marah" aku menggeleng cepat

     "Hmmm jadi kau hanya takut pada ibuku dan tidak padaku huh?"

      "Bukan tuan bukan begitu"

Dia tak menanggapinya lagi, dan aku merasa canggung kalau begini terlebih lagi matanya yang tak berpindah arah dari ku jujur aku benci kalau begini

Aku berdiri dan membawa nampan yang ada di atas nakas "Tuan aku keluar dulu, kalau perlu apa apa panggil saja aku atau taehyung" Dia tak merespon apa pun dan matanya tetap mengikuti arah gerakku

.
.
.
.
.
'Kepada seluruh penumpang harap segera memasang sabuk pengaman karena sebentar lagi kita akan mendarat'

Sesuai dengan instruksi dari pramugari maka seluruh penumpang pesawat pun memakai sabuk pengaman masing- masing

Pukul 20:21 kst pesawat sudah mendarat di bandara incheon, seorang wanita dengan masker yang menutupi hidung hingga dagu berjalan dengan menggeret koper hitam di tangannya

Wanita itu menurunkan maskernya dan tersenyum lebar ke arah sepasang suami istri paruh baya "Ayah ibu!"

    "Putri ku ibu rindu padamu" kata wanita paruh baya itu dan memeluk putri tunggalnya itu

    "Ayolah ibu aku hanya beberapa minggu di sana"

Setelah saling melepas rindu keluarga itu masuk kedalam mobil van hitam dan melanjutkan perjalanan untuk pulang

     "Sojungie ayah senang kau pulang dengan cepat"

     "Itu permintaan kalian jadi mana mungkin aku akan memperlambat jadwal kepulanganku ayah" sojung yang setengah tidur mendengarkan semua perkataan orang tuanya

    "Kau anak yang baik sojungie ibu sayang pada mu" nyonya kim(ibu sojung) memeluk putrinya dari samping dan meninggalkan kecupan manis pada kening sojung

     "Keluarga tuan kim berniat mengatukan keluarga kita dan keluarganya jadi ayah harap kau tidak menolak permintaan ini"

     "Ayah besok saja bahas itu aku benar benar mengantuk, perjalanan tadi membuatku lelah" karena tidak mau membuat mood putrinya itu hancur saat pertama sampai di korea tuan kim akhirnya memilih untuk diam.

Tbc.

Maaf pendek ya reader ! Maaf juga lama up

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang