6. Langkah Besar

41.3K 3.1K 263
                                    

Ini sudah dua Minggu sejak Ragil mengetahui kalau dirinya sedang hamil. Dan hingga saat ini dia belum bisa mengaku ke orang tuanya.

Tepat hari ini adalah hari pengambilan Surat keterangan Lulus di sekolahnya. Dengan menahan rasa mual yang sesekali datang Ragil menuju ke sekolahnya di jemput oleh Cantika.

"Pelan-pelan PakMil, gw ga mau ponakan gw kenapa-kenapa" kata Cantika ketika Ragil ingin naik ke Motor.

"Yeeee,,, pea" jawab Ragil dan menyuruh Cantika untuk segera Jalan.

**

"Gil, jadi lu ga bakal lanjut kuliah dong ?" tanya Cantika ketika mereka sedang di Kantin sekolah.

"Lah iyalah pea, masa gw kuliah tapi perut gw gede gimana si lu ?!" Balas Ragil sambil sesekali menyantap Bakso Ummi kesukaannya.

"Dih, lu hamil jadi sering marah-marah ya gil"

"Bawaan anak!!,, eh Can gw pengen eskrim anterin gw nyari ya" Kata Ragil yang tiba-tiba ingin es krim.

"Boleh, lu mau eskrim rasa apaan?, abis ini kita cari ya?" Balas Cantika.

"Mmmmmmm,,, gw pengen es krim rasaaaa Baksoo, ada ga yaa"

"Pea,, lu mau nyari di manaaa Ragilll, es krim rasa Bakso????" Balas Cantika Frustasi karna harus menyanggupi kemauan sahabatnya.

"Ga tau,, cari di mana ke entar juga ketemu kalii,, ayo sekarang aja!!" Balas Ragil dan bangun dari duduknya lalu menarik Cantika yang hendak menyuap Bakso ke mulutnya.

"Ishhhh,, orang hamil ribet banget siii!! " Balas Cantika dengan kesal.

**

"Gil,, lu mau nyari ke mana lagi ha,, udah 10 warung es krim Kita tanyaanin tapi kaga ada tuh es krim rasa Bakso!!" Tanya Cantika kesal karna ia tak kunjung menemui kedai es krim yang menjual es krim rasa Bakso.

"Ga tau,," Kata Ragil yang kini sedang menjilat permen lolipop di tangannya.

",,ehh Can kayanya kita balik ke kedai yang pertama aja ya, yang jual rasa tempee, gw pengen nyobain !!" sambung Ragil.

"Hah,,, ??? Balik ke yang pertamaaa ?? Kan ituu jauhhh gill, ah elu mah gila banget si ngidam nyaa!!" Kesal Cantika.

"Yaelah, Can sekalian balik" kata Ragil memelas.

"Yaudah Gc,, gw ga mau ponakan gw ileran nantinya."

Akhirnya mereka berdua tancap gas ke kedai es krim yang pertama kali mereka lewati untuk membeli es krim ke inginan Ragil. Dan setelah mendapatkan apa yang Ragil inginkan mereka pun pulang ke rumah mereka masing-masing.

**

Keesokan Harinya setelah Ragil memikirkan dengan matang ia rasa ia harus berbicara ke Orang tuanya tentang kehamilannya saat ini, dan ia sudah bisa menerima semua resiko yang akan ia hadapi kedepannya.

Kini kedua Orang tuanya sedang santai di taman belakang, dengan langkah yang setengah ragu Ragil menuju ke orang tuanya.

"Mmm,, mah pah, Ragil mau ngomong" kata Ragil pertama.

"Mau ngomong apa sayang ??" balas sang Ibu dengan lembut.

"Tapi di dalem mah ngomongnya ga di sini " Balas Ragil.

"Ada apa si Ragil, kenapa harus bicara di dalam rumah segala ?" tanya sang Ayah.

"Penting pah,," balasnya.

Dan pada akhirnya kedua orang tua Ragil mengikuti Ragil yang kini menuju ruang keluarga.

"Nah, sekarang kamu mau ngomong apa ?" Tanya bu Sintia Pradipta (mamah Ragil) setelah mereka sudah duduk di ruang keluarga.

"Maaf sebelumnya,, Ragil pasti tau kalau Mamah sama Papah kecewa dengan apa yang bakal Ragil omongin sekarang,," kata Ragil memulai perkataannya.

"Maaf untuk apa nak,, kau tidak habis menghamili seorang gadis bukan?" tanya pak Mario pradipta (ayah Ragil).

"Kabar baiknya Ragil engga ngehamilin anak orang ko pah, mah,, tapii Ragil yang Hamil" lanjut Ragil dengan wajah yang tertunduk takut.

Kedua orang tuanya saling pandang karna tidak mengerti apa yang di maksud oleh putra semata wayangnya itu.

"Maksud kamu gimana sayang ?" tanya bu Sintia tidak mengerti.

"Tunggu sebentar mah, pah" kata Ragil dan pergi menuju kamarnya untuk mengambil sesuatu yang akan ia tunjukan ke kedua orang tuanya.

Tak berselang lama Ragil kembali dengan amplop yang ia bawa dan memberikanya kepada kedua orang tuanya.

Orang tua Ragil pun membuka amplop coklat itu dan melihat ada sebuah foto USG dan sebuah Tes pack kehamilan di dalamnya.

"Ragil, coba jelaskan ini semua !" Tegas sang Ayah meminta penjelasan.

Dengan mengambil nafas dalam-dalam Ragil pun menjelaskan semuanya.

"Ragil mohon maaf sebelumnya, Ragil seorang gay mah, pah. Dan sialnya Ragil sedang mengandung sekarang." kata Ragil masih dengan wajah yang tertunduk.

"KAMU JANGAN BERCANDA RAGIL!!!" bentak pak Mario sedangkan mamahnya hanya diam membisu seolah tidak percaya apa yang putranya katakan.

"Mah, pah maaf" hanya itu yang bisa keluar dari mulut Ragil.

"Anak kurang ajar, anak brengsek tidak tau diuntung kamu di sekolahin cape-cape malah bikin malu keluarga, sekarang kamu pilih gugurin anak sialan yang ada di perut mu itu dan pindah ke luar negri. Atau kamu keluar dari rumah ini dan tidak di anggap sebagai keluarga Pradipta untuk selamanya!!" Bentak sang Ayah memberi keputusan.

"Pah, walaupun ragil bandel dan brengsek kaya apa yang dibilang sama papah, tapi ragil bukan pembunuh pah, apalagi Ragil harus ngebunuh darah daging ragil sendiri, lebih baik Ragil tinggal di jalanan daripada harus ngebunuh anak ini!!" Tegas Ragil membalas perkataan sang Ayah.

Sementara Ibu Ragil kini sudah tak sanggup menahan semua air matanya, ia kecewa sungguh kecewa karna anak laki-laki satu-satunya kini sudah mengecewakan keluarga besarnya.

"Ya sudah kalau itu keputusan kamu, cepat kamu beresin barang-barang kamu,dan pergi dari rumah ini. Karna mulai detik ini, Anda bukan lagi bagian dari keluarga sayaaa." Balas sang Ayah yang masih emosi.

Ragil pun mulai beranjak dari duduknya dan menuju ke dalam kamar untuk mengemasi barang-barangnya.

"Sayaanggg, kamu tenang aja nanti mamah bakalan kirim uang untuk kamu dan anak kamu ya, dan kamu bakalan tinggal di Apartment yang udah mamah dan papah siapain buat kamu. Mamah kecewa sama kamu, tapi mamah juga bangga sama kamu karna kamu sudah menjadi anak yang bisa bertanggung jawab atas apa yang telah kamu perbuat." kata Ibunda Ragil, yang biar bagaimana pun ia tak tega jika harus melihat anaknya tinggal di jalanan

"Hanya sampai aku lahiran aja mah, selepas itu aku akan cari uang sendiri untuk aku dan anak ku nantinya." Balas Ragil yang kini tengah mengemasi barang-barang di kamarnya.

Akhirnya Ragil pergi dari rumah kedua orangnya tanpa tujuan yang jelas, dia tidak benci kepada bayi yang ada di dalam perutnya ini, tapi yang iya benci adalah orang yang telah membuat ia seperti ini, yaitu Max Orlando.

***

Tbc.

Next chapter tentang Max yoooooo

Gw Hamil ?! ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang