Lima

50 11 0
                                    


Aya masuk ke cafe tersebut dan mengedarkan pandangannya mencari teman-temannya.

"nah itu dia" gumam Aya sambil berjalan menuju mereka.

"halo gue lama ga?" tanya Aya

"lama gue ampe lumutan." jawab Rara

"alay aja lo" ucap Aya

"kita nungguin lo setengah jam padahal si rara jemput gue dulu seharusnya kita yang lama." ucap Nayka

"ya maaf abang gue baru dateng soalnya jadi gue buat keluar rumahnya susah deh"

"hah abang lo dateng ya?" tanya Rara

"iya kenapa emang?"

"kita kangen kali ya sama bang dandi dendi kan 2 tahun ga ketemu" ucap Nayka

"maen aja kerumah kalo kangen mah"

"besok deh"

"iya kalo ga balik sekolah aja"

"siap"

"kalian ga pesenin gue minuman?" tanya Aya

"udah dong tenang aja. Nih" jawab Rara sambil menyodorkan minuman

"tau aja kesukaan gue"

"always" ucap Nayka

....

Aya pulang jam 5 sore dan ketika sampai di rumah dia tidak menemukan keluarganya hanya ada Dendi sedang bermain psnya.

"assalamualaikum."

"waalaikumsalam."

"bang yang lain mana?"

"gatau"

"bang aya mau nanya nih!"

"kenapa?"

"abang kenapa sih kok dari dulu sama aya cuek banget emangnya aya bukan ade abang ya?" tanya Aya yang sudah tidak kuat dengan sikap abangnya.

Deg

Dendi seketika bingung harus jawab apa.

"abang jawab aya kenapa sih!" Aya mulai geram

"gaperlu tau!"

"tapi aya pengan tau bang kenapa sikap abang begini sama aya beda sama bang dandi yang biasa aja." ucap Aya yang sudah berkaca-kaca

"aya kekamar abang aja gaboleh padahal cuma mau ngasih sarapan doang tapi kalo bang dandi biasa aja kenapa sih bang aya salah apa sama abang sampe abang kaya gini?" setetes air mata mulai megalir membasahi pipi Aya.

Dendi yang sudah kesal dengan Aya pun tidak bisa menahan emosinya lagi.

"karna lo bukan ade gue! Gue sama dandi cuma anak angkat dan lo mau tau gue bersikap begini karna apa? Karna gua cinta sama lo Aya. Gue berusaha buat ga cinta sama lo tapi lo selalu hadir di hidup gue dan itu sebabnya gue bersikap begini ke lo." ucap Dendi dadanya naik turun menahan emosi yang sudah tidak terkontrol.

Deg seperti tersambar petir di siang hari hati Aya kini hancur mendengar perkataan Dendi barusan. Aya menangis sejadi-jadinya. Hanya mereka berdua yang ada dirumah ini.

AYARA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang