Bab 11 Entah Kenapa Harus Berbohong Kali Ini,

184 15 0
                                    

Ide jalan jalan bersama keluarga tiba tiba muncul dalam fikirannya Minggu pagi ini, isi fikirannya sudah penuh, banyak hal yang mengganggunya, bersliweran, tentang proyek kerjasama dengan pemkot, tentang konflik kecil di tempat kerja dan tentang rumah tangganya, semua membutuhkan pemikiran ekstra. Tidak boleh sampai keputusannya menjadi penyesalan di kemudian hari. Dan ini saat yang tepat untuk melepas penat. Membugarkan pikirannya agar jernih kembali.

Anak anak begitu girang mendengar akan jalan jalan ke simpang lima, kemanapun sebenarnya bukan keutamaan, kebersamaanlah yang menjadi tujuan dari jalan jalan ini, bahagia kumpul bersama orangtua dan anak, bahagia bersama. Dengan persiapan serba mendadak kami berlima berangkat ke SLG, jaraknya tidak begitu jauh, sehingga kami bisa datang lebih awal.

Masuk SLG kami langsung menuju ke gedung berbentuk persegi empat itu, anak anak berlarian dengan gembira, keluar masuk dari berbagai arah, yang pada akhirnya tetap kembali di bundarannya terhampar rerumputan hijau yang dijaga kehijauan dan tingginya. Selesai lelah, jam 08.00 kami beralih ke "Gumul Paradise Island", dengan tiket seharga 55.000 kami menikmati kolam renang anak, Izza sudah antusias mencebur bersamaku, sedang Nayya dan Nabila mengikuti disampingku.

Berempat kami bermain air bersama, perang perangan, kata Nayya dan Nabila, sedang Izza kulindungi dari cipratan air kedua kakaknya. Jeritan, tawa berbaur menjadi satu, menyenangkan sekali bersama mereka. Sayang sekali Maya tidak pernah ingin bergabung, dengan alasan takut basah. Oh iya, apa kabarnya Dinda, sudah beberapa hari sejak kejadian kemaren itu dirinya belum mengirimkan kabar apapun padanya, tiba-tiba rindu menyeruak di dadanya. Seandainya Dinda bisa muncul disini, mungkin fikirannya tak resah begini. Sedang apa dia hari ini?

"Huaa...Ayaah!! Mbak Nabila nakal!" aku terkesiap, kulihat Izza mengucek kedua matanya. Gadis mungil itu menangis sesenggukan.

"Waduh, kena mata ya? Perih ya?" ku usap mata dan hidungnya yang memerah.

"Mbak Nabila ituuu yang nyemprotin air." Sedunya tersedan.

"Udah gak papa, mbak Nabila tidak sengaja itu. Udah? Masih perih?"

Pertanyaanku dijawab dengan anggukan kepala. Wajahnya terlihat sembab. Kulirik jam yang melingkar di pergelangan tanganku, sudah hamper dua jam berlalu, Izza juga sudah mulai rewel saja. Apapun yang dilakukan kedua kakaknya terlihat salah dimata Izza. Jadinya tidak seru lagi, malah berantem.

Ku ajak ketiga anak gadis ini berhenti bermain dan membersihkan diri, di kamar mandi bergantian kami mandi dan berganti pakaian kering yang di bawa dari rumah.

"Kita nggak jalan jalan di dalam sini Yah?"

"Ada apa aja sih emangnya?" Ku tatap Nayya sekilas, rambutku yang basah kukeringkan dengan handuk yang disediakan Maya untukku.

"Ada jungle adventure, rumah hantu, rumah dimensi, rumah selfie." Nayya sibuk membacakan brosur yang diterima dari pintu tiket tadi. Izza terus merajuk, tidak mau turun dari gendongan Maya.

"Adek udah rewel saja ini Nay." Keluh Maya dengan ekspresi lelah. Dengan berat hati, Nayya langsung pasang wajah manyun, Nabila ikutan manyun. "Ih gara gara adik nihh."

"Udah, jangan nyalahin adik dong Mbak. Lagian sudah panas ini, ayo kita cari makan, udah laper pake banget ini." Kumasukkan baju baju basah hasil karya kami ke dalam kantong plastik.

Kulirik Maya diam saja dari tadi sibuk memasukkan pearalatan mandi ke dalam kantong travel bag. Sambil menggendong Izza yang terus merengek dari tadi, semua serba nggak bener, selalu salah.

Bersama kuajak keluarga kecilku kembali ke tempat parker dan masuk ke dalam mobil keluar dari area Paradise Island, meski ketika masuk ke dalam mobil tadi semua manyun, detik berikutnya melihat aku masih memutar mobil keliling simpang lima, senyum mereka kembali merekah. Dan kami berhenti di sebuah warung yang berjajar di dalam area SLG, Rawon kesukaanku, makan rawon jadi ingat Ibu di rumah Surabaya.

DIANTARA KITA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang