Bab 25 Kami Terlalu Terburu buru Menikah

299 17 0
                                    

Dinda menggeliatkan tubuhnya yang terasa sakit semua, salah posisi tidur membuatnya sulit beranjak dari ranjangnya pagi ini. Alin masuk ke kamar Dinda dan memeluk tubuh Mamanya ikut tidur kembali. Dinda membuka matanya berat, semalaman dia menangis hingga matanya membengkak. Diambil smartphone di atas ranjangnya, di buka layarnya, tak ada chat baru dari Hendra di layarnya.

"Ugh, Alin, tolong geser sedikit, leher mama sakit." Masih dengan memejamkan mata Alin menggeser tubuhnya agak menjauh dari Dinda. "Di kecup ujung kepala anak gadisnya ini lembut. "Bangun yuk mandi trus sarapan."

"Masih ngantuk Ma."

"Anak ini, sudah sholat belum tadi?"

"Lagi libur."

"Alin pengen tidur lagi, sebentarrr aja."

"Ayoo, bantu mama nyiapain sarapan, yuk"

"Ahhh Mamaaa."

Smartphone Dinda berbunyi, bergegas Dinda mengambilnya di atas nakas.

"Assalaamu'alaikum, Wulan, pagi pagi udah ngajak nggosip kamu." Suara diseberang sana terdengar mencak mencak.

"Oh ya? Kapan?"

"Insya Alloh bisa."

"Buat nanti malam?"

"Iya, Herlin dan Ida kebagian bawa apa?"

"Iya, Siap."

"Siapa yang pilek?"

"Habis mandi ini, hidung kemasukan air."

"ok, bye Wassalaamu'alaikum."

"Sapa sih Ma?" Alin ternyata sudah terbangun.

"Tante Wulan, ngumpulin kue buat pengajian entar malem. Nanti Alin ikut yah?"

"Ogah ah, isinya tante tante rumpi semua, entar Alin digosipin lagi."

"Hush, kayak gitu namanya fitnah Alin."

"Iya.. iyaa," Alin buru buru keluar dari kamar Dinda, mandi dan bersiap siap berangkat sekolah, sebelum nanti harus mendengarkan kultujam Kuliah Tujuh Jam.

****

Maya menjemur semua pakaian yang keluar dari pengering, ini jemuran yang terakhir , setelah itu menyiapkan snack untuk pengajian nanti malam di rumah Wulan, yang rumahnya dekat dengan mini market sebelah Masjid. Seluruh anggota pengajian di wajibkan bawa snack, pemberitahuannya mendadak, karena ternyata Pak Kyai Zakki memajukan jadwal pengajiannya.

Selesai menjemur Maya menyiapkan jajanan basah buatan sendiri, kebetulan Maya memiliki bahan bahannya, Nagasari roti tawar, gampang dan jadinya pasti enak, Pisang kapok yag di bawa Ibu dari kebun rumah masih ada dan sudah sangatmatang, tadi juga sudah beli daun pisang. Dengan dibantu Izza memporakporandakan dapur, satu jam Nagasari roti tawar itu selesai di buat dan di rapikan di dalam satu kotak.

Seseorang mengetuk pintu rumah, Maya bergegas membukakan pintu, seorang wanita berkerudung pink, gamis hitam berdiri sambil tersenyum. Senyuman itu sangat di ingatnya. "Assalaamu'alaikum." Sapa Fitri renyah.

"Fitri..."

"Hai Maya... Iam coming! Do you remember me?"

"Tentu saja aku ingat Fit." Fitri tertawa, masih sama tawa itu. Masih di ingat saat awal pertemanan mereka yang akrab, Fitri selalu bercerita betapa dia bahagia bisa ngobrol sama Hendra, Fitri selalu menceritakan betapa gugupnya dia ketika mendapatkan senyuman Hendra.. sekarang wanita itu hadir di depan rumahnya.

"Aku boleh masuk ke dalam?" Fitri membuyarkan lamunan Maya yang singkat,

"Oh iya, iya, silahkan masuk. Aku sampai terbengong melihat kamu tiba tiba nongol di depan rumah."

DIANTARA KITA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang