6

28 19 4
                                    

Aku masih memikirkan perkataan Sharla tadi. Ada masalah apa coba? Perasaan aku gak pernah buat aneh-aneh. Bikin puising aja deh, ini nih yang gak aku suka jika berurusan sama yang namanya hantu.

Aku masih belum bisa tidur hingga jam sudah menunjukan waktu tengah malam. Saat aku ingin memejamkan mata, aku mendengar suara dari arah tangga.

Hi.. Hi.. Hiii.. ~

Ha.. Ha.. Haa~

Aku mencoba untuk keluar. Dan pada saat pintu sudah aku buka, aku melihat wanita itu lagi. Ya dia adalah wanita aku jumpai tadi siang saat aku ingin ke lantai atas, dia masih sama, berdiri ditengah tangga sambil tertawa dan sesekali dia bernyanyi, ntah dia bernyanyi apa.

Namun, aku tak ambil pusing karena ini sudah tengah malam takutnya besok aku telat. Aku pun memutuskan untuk tidur saja.

SKIP

Don't mess up my tempo
Deureubwa igeon chungbunhi
I said don't mess up my tempo
Geunyeoui mameul humchil beat
Eodie-
Piip


Bunyi alarm itu membangunkanku. Rasanya aku belum lama tidur sudah pagi saja. Aku pun membangunkan Ica yang masih tertidur.

"Ca! Ica.. Bangun Ca!" ucapku sambil mengguncangkan tubuh Ica.
"Hmm.. Apaan sih Han, ini masih malem. Udah ah jangan berisik." ucapnya sambil menarik selimutnya lagi.
"Ini udah pagi Ca.. Buruan ah! Aku mau mandi dulu, nanti giliran kamu. Ca bangun!!! Astaga!!" ucapku menghela nafas, pasalnya Ica memang termasuk golongan orang pelor ( nempel langsung molor ).

Nihil.. Hasilnya tetap sama. Dia masih enggan untuk bangun. Alhasil aku memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.

Setelah selesai mandi dan berganti pakaian aku masih melihat Ica tetap dalam kondisi tadi. Aku sempat bingung harus bagaimana. Akhirnya aku memutuskan untuk mengambil air saja, siapa tau bangun kan?

BYUR!!

"Aaaaa!!! Ujannn!!! Banjir!!!! Jihan ya amsyong.. Ini rumah segede gini kok banjir sih" ucap Ica gelagapan karena dia belum sepenuhnya sadar.
"Hahahahaa!!!!" aku pun tertawa dengan keras, karena Ica sangatlah lucu jika kaget.
"Kok ketawa sih? Ehh bentar bentar.. Kok ini basah? Tapi.. Jihaaannn!!!!! Ishh.. Apaansih ngebanguninnya jangan gitu juga kalik" ujarnya kesal.
"Hahaa.. Aduhh sakit perutku. Icaku sayang.. Dari tadi aku udah bangunin tapi kamu bilang 'apaan sih Han, ini masih malem. Jangan berisik'." ucapku dengan menirukan gaya bicara Ica.
"Hehee.. Maaf tadi aku mimpi suamiku."ujarnya sambil cengengesan.
"Suami?!" ucapku kaget.
"Ho'oh suami. Namanya Park ChanYeol Han.." ucap Ica dengan pede.
"Astaga..! No! Chan-ie is mine! " ucapku penuh penekanan.
"Ah.. Udah ah aku mau mandi dulu kalau bahas mereka ntar malah telat."ucapnya sambil berlari ke kamar mandi.

Saat aku ingin menuju pintu, tiba-tiba saja ada sekelebat bayangan hitam. Aku tak tau siapa dia, karena dia berjalan sangat cepat.

Saat aku menengok ke kanan kiri, aku tak melihat apa pun. Hanya ada Bunda dan Mbok Nah sedang di dapur menyiapkan sarapan.

Saat aku sudah keluar kamar sosok itu pun muncul kembali, dia berlari ke dapur. Aku pun bergegas ke sana. Tapi, tetap saja tidak ada.

"Jihan.. Kamu cari apa? Dari tadi celingak celinguk." ucap Bunda.
"Mm.. Gak ada kok Bun, bukan apa-apa." ujarku.
"Ohh.. Ya sudah. Oh iya, dimana Ica? Katanya dia nginep disini ya?" tanya Bunda.
"Iya Bun, Ica masih siap-siap." ucapku.
"Ohh.. Yasudah Bunda siapin sarapan dulu ya." Ucap Bunda.
"Aku bantuin ya Bun, aku siapin piring-piringnya. " tawarku.
"Iya sayang." ucap Bunda.

Tak lama setelah aku menyiapkan piring-piring, Ica datang.

"Halooo.. Bunda~ uhhh.. Caca kangen.." ucap Ica sambil memeluk Bunda.
"Sama sayang.. Kamu kemana saja? Hmm? Kok jarang mampir ke rumah?" ucap Bunda.

Bunda dengan Ica memang sudah akrab, karena dari kecil aku sudah bersahabat dengan Ica. Orang tua kami pun ternyata sahabatan. Dan Caca itu panggilan buat Ica sewaktu kecil.

"Hehee.. Banyak tugas Bunda. Tapi, nanti Caca usahain buat main lagi kok." ucap Ica.
"Hmm.. Iya deh.. Yaudah yuk sarapan dulu, nanti telat loh." ucap Bunda.
"Iya Bun." ucapku dan Ica bersamaan.

Saat aku sedang menikmati sarapanku tiba-tiba bayangan itu muncul lagi. Dia berdiri di atas, di depan pintu kamarku. Dia menoleh ke arahku, wajahnya sangat pucat, tapi tidak seram dia memakai jubah hitam yang menutupi tubuhnya. Aku tau siapa orang itu ternyata dia adalah penunggu pohon sawo dibelakang rumahku ( itu nyata loh ya.. No tipu² club ). Namanya Mbah Paridi. Dia tidak mengganggu hanya saja selalu muncul setiap harinya. Mungkin dia hanya ingin memberitahuku kalau dia ada disini. Aku tak masalah.

Fyi gaes.. Mbah Paridi itu nama asli loh ya, kecuali Sharla aku samarkan...

Setelah selesai sarapan aku dan Ica pergi ke sekolah, namun sebelum itu kami berpamitan dulu pada Bunda.

"Bunda... Jihan sama Caca berangkat dulu ya." ucapku sambil mencium pipi Bunda.
"Iya sayang.. Hati-hati ya bawa mobilnya." ucap Bunda.
"Bunda~ Caca berangkat dulu ya.. Bye bye Bunda." ucap Ica sambil mencium pipi Bunda juga.
"Iya Ca.. Yaudah sana buruan nanti telat." ucap Bunda.

Dan kami pun pergi ke sekolah bersama, namun kami membawa mobil sendiri-sendiri.

~~~~~~~~
Segitu dulu ya teteh.. Aa'..
Panjang yaa.. Kyk anu 🌚
Vote + komen donk.. Ya amsyong.. Gampang caranya sis.. Yah yahhh..
Dapet salam dari 9 suami saia..

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I'M INDIGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang