13

9 7 0
                                    

~~~
Taman
~~~

Aku dan Bunda sedang duduk santai sambil menikmati waktu sore hari. Angin yang sepoi-sepoi membuat kami betah disini.

"Andai... Ayah masih ada ya Bun, pasti seru deh. Jihan jadi kangen Ayah." ucapku tak terasa jika aku sedang menangis.

"Hei.. Jangan nangis sayang, nanti Ayah ikutan sedih juga disana." ucap Bunda menenangkanku.

"Hiks.. Hiks.. Jih-an kang-en hiks.. Ayah.. Hiks.. Hiks." ucapku sesegukan.

"Udah udah.. Cup cup.. Mendingan kita nyiram tanaman aja yuk, Bunda lupa belum nyiram." ujarnya.

Aku hanya menjawab dengan menganggukan kepala. Saat aku sedang berjalan sambil melihat-lihat kanan-kiri aku tak sengaja menendang sesuatu. Dan saat aku tengok ke bawah ternyata ada kepala manusia yang wajahnya sangatlah hancur, mata yang hampir keluar, separuh dari wajahnya itu sudah mengelupas sehingga bagian dalamnya terlihat.

'Hei.. Kenapa kau menendang kepalaku..!!'

"Aarghhhhhh!!!!!" teriakku histeris.

"Jihan!! Sayang.. Kamu kenapa nak? Hmm.. Kamu kenapa?!" tanya Bunda sambil memelukku.

Aku sudah tak bisa berbicara lagi, karena aku masih syok. Bagaiamana tidak? Jika kalian tidak sengaja menendang kepala manusia, kepala manusia. Bagaimana reaksi kalian? Sungguh itu adalah pengalaman pertamaku.

Dan akhirnya Bunda mengajakku masuk karena langit sudah hampir gelap. Bunda memberikanku segelas air putih agar tenang.

"Kamu kenapa nak? Cerita sama Bunda." aku tak tau apa aku harus menceritakannya pada Bunda? Tadi saja waktu piringnya jatuh sendiri Bunda sampai ketakutan begitu. Aku tak tega jika harus menceritakannya.

"Mmm.. Anu.. J-jihan, gak p-papa kok."

"Jangan bohong Jihan, kamu tidak pandai berbohong." Bunda sepertinya sangat ingin tau, tapi sebisa mungkin aku harus menutupinya. Walaupun Bunda tidak melihat tapi setiap aku menceritakan pengalaman-pengalamanku pasti Bunda akan ketakutan lagi. Yaa.. Walaupun sebisa mungkin Bunda menutupi ketakutannya, tapi aku masih bisa merasakan bagaimana ketakutan Bunda itu.

"Maaf Bunda, tapi Jihan mau mandi dulu. Gerah Bun.." ucapku.

"Hmm.. Yasudahlah kalau kamu memang tidak bisa cerita sama Bunda, gak apa-apa." ujarnya sambil tersenyum.

Aku hanya menganggukan kepala dan tersenyum.
'Maaf Bunda bukannya Jihan gak mau cerita. Hanya saja Jihan tidak ingin Bunda ketakutan karena cerita Jihan. Maaf Bun..' batinku.

Saat aku tiba di kamar ternyata ada beberapa anak kecil yang sedang bercanda, berlarian kesana kemari. Aku pun bingung, dari mana mereka?

"Hei.. Kalian ini siapa? Kenapa bisa sampai ke sini?" tanyaku.

'Kami hanya mampir sebentar kak, hihiii.. Perkenalkan aku Esa' kira-kira umurnya 5 tahunan. Dia sangat imut dengan pipi chubynya, baunya juga tidak terlalu menyengat, namun ada pisau yang masih tertancap didadanya, darahnya pun masih mengalir hingga ke lantai. Kemungkinan dia meninggal karena dibunuh.

I'M INDIGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang