10

15 12 1
                                    

Saat kami sedang tertidur, Sharla datang.

'Jihan~sepertinya dia ( Reyhan ) menyukaimu'

"Hmm.. Aku tau itu. Tapi, aku berusaha untuk tidak menanggapinya. Sudahlah~ tak perlu dipikirkan, yang seharusnya kita pikirkan itu bagaimana caranya kita menolong Zana." jawabku.

'Iya benar, lalu kita harus mencari jasadnya dimana dulu?'

"Bagaimana jika dibelakang sekolah. Disitu kan jarang ada orang lewat karena banyak rumor kalau disana ada penunggunya jadi kebanyakan orang takut jika akan lewat situ. Aku juga penasaran, apa benar rumor itu." jelasku.

Dia pun mengangguk tanda mengerti. Kemudian dia pergi, ntah mau kemana.

👻👻👻👻👻

Malam pun tiba, aku dan Ica pergi ke dapur untuk memasak, karena saat ini pembantu dirumahku sedang izin. Kami pun memasak nasi goreng dengan sosis. Sangat mudah memang.

Saat kami memasak pun banyak sekali yang mengganggu. Lebih tepatnya padaku saja. Mereka berlarian kesana kemari, bernyanyi, teryawa. Itu membuatku geram.

"Hey..!! Bisa diam tidak aku sedang memasak jadi jangan menggangguku!" batinku. Jika aku bicara seperti biasa nanti Ica ketakutan lagi.

Mereka pun diam, namun tak lama setelah itu mereka kembali seperti tadi. Berbuat rusuh. Aku pun hanya bisa menghela nafas berat.

"Huuuhhh~"
"Kamu kenapa Han?" tanya Ica.
"Berisik, mereka selalu menggangguku. Aku kan jadi gak konsen." ucapku. Hingga aku tersadar apa yang aku ucapkan malah membuat Ica semakin takut. Aku pun menoleh kearahnya.
"J-jihan.. Ma-maksud-mu a-apa?" ucapnya ketakutan.
"Aduh~maaf Ca.. Aku gak sengaja,tadi keceplosan. Udah yaa.. Jangan takut." ucapku sambil menenangkannya.
"Apakah disini banyak penunggunya Han?" ucapnya sambil melirik ke kanan-kiri.
"Umm.. Tidak kok Ca. Udah yuk lanjut lagi, gak ada apa-apa kok tenang aja ya." ucapku.

Kami pun melanjutkan masak, namun tetap saja Ica masih menengok ke segala arah. Aku pun jadi merasa bersalah karena menakutinya.

Tak berapa lama kami pun selesai memasak dan menyajikan di piring-piring yang sudah tertata di meja makan. Kami pun makan dengan tenang.

Saat kami sedang makan tiba-tiba gelas yang disamping Ica terjatuh dengan sendirinya. Aku tau siapa yang menjatuhkan gelas itu dengan sengaja. Dia adalah anak lelaki yang suka mengganggu siapa pun dirumah ini. Namanya Adin.

Adin yang aku tatap dengan tajam pun hanya tertawa terbahak-bahak. Ntah apa yang lucu.
"Kamu jangan seperti itu dong." bathinku sambil aku berjalan mendekati Ica yang masih syok ditambah lagi rasa takutnya belum mereda. Dia ketakutan sekali, aku jadi kasihan padanya.

'Memangnya aku kenapa? Hihiiii~'

"Kamu itu udah gangguin temanku!" bathinku marah.

'Hihiiiii~'

Dia hanya tertawa lalu menghilang menembus tembok. Ica menangis dari tadi, mungkin ini pengalaman pertamanya yang dia lihat secara langsung. Aku masih berusaha menenangkannya, sembari aku menuntunnya menuju kamarku.

Aku merebahkan tubuhnya dikasur. Dia masih sesekali sesegukan. Tak selang lama Ica pun tertidur, mungkin dia lelah karena menangis dari tadi.

Aku pun memutuskan untuk tidur juga. Setelah merebahkan tubuhku, aku melihat penampakan dia sedang merangkak di atas dinding sambil menatapku tajam. Aku pun terkejut. Dia adalah Mbah Paridi. Ntahlah maksudnya apa. Aku pun memutuskan untuk tidur saja.

                  👻👻👻👻👻

Tengah malam aku terbangun karena mendengar suara keributan dari halaman rumahku. Ya mereka yang tak nampak sedang berlarian di halaman rumahku dan mengajaku bermain bersama.

'Jihan~ hihihiiii~ ayo bangun, bermainlah bersama kami hahaaa~'

'Iya Jihan hihiihii~'

"Jangan ganggu aku!! Aku mau tidur, jangan berisik!!" bathinku. Setelah aku bilang seperti itu pada mereka,mereka pun diam. Dan suasananya menjadi tenang kembali.

Tapi, tak selang lama aku merasakan ada yang membelai rambutku. Aku pun perlahan-lahan membuka mataku. Betapa terkejutnya aku. Ternyata yang sedang membelai rambutku adalah Reyhan. Ya Reyhan si penunggu anak tangga dekat kelasku.

"Reyhan!!" pekiku. Aku menggunkan barthinku saat mengobrol dengan mereka. Takutnya Ica akan bangun dan takut lagi.

'Hai jihan. Maaf aku mengganggu tidur nyenyakmu' ucapnya sambil tersenyum manis. Senyumannya masih sama.

"Iya.. Gak papa kok. Ada apa kamu kesini?" tanyaku.

'Aku.. A-aku, merindukanmu' ucapnya dengan cepat tetapi aku masih bisa mendengar ucapannya dengan jelas.

Aku pun hanya membalas dengan tersenyum, karena aku sendiri juga bingung ingin menjawab apa.

Dia pun sama, memandangku dengan senyuman yang sangat menawan. Siapa yang tidak jatuh hati pada pria seperti itu? Jika aku boleh jujur, aku menyukainya. Tapi aku sadar, aku dengannya berbeda. Dunia kita berbeda.

Setelah lama kami bertatap-tatapan aku pun langsung memalingkan wajahku. Aku takut nanti malah aku membuatnya semakin jatuh hati padaku. Atau malah sebaliknya. Aku tak ingin itu terjadi.

'Kamu cantik. Aku ingin selalu disisimu.'

Aku pun dibuat terkejut olehnya. Ternyata hantu juga bisa seperti itu.

"Terimakasih Rey." ucapku tersenyum sambil menahan rasa kantukku yang sangat berat.

"Hoaamm" aku pun menguap karena memang aku sangatlah mengantuk. Apalagi ini sudah tengah malam. Beruntung besok libur.

'Hahaa.. Kamu mengantuk ya? Kenapa tidak bilang dari tadi hmm? Ayo cepat tidur. Aku akan menemanimu.'

Aku menurut saja. Karena memang tak bisa ku pungkiri, aku sangatlah mengantuk. Ditambah lagi Reyhan yang masih mengelus rambutku membuat aku jadi semakin mengantuk.

.................................
Vote donk om.. Tante... Ayolahhhh hargai author.. Huhuhuuu😭😭
Salam Laila Park.. 😘😘 tuh aku kasih kecupan.. Kurang baik apa coba.. 😎

I'M INDIGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang