14

7 7 0
                                    

Saat aku sedang tidur tiba-tiba saja aku merasakan seperti ada yang membelai kepalaku. Aku pun mengerjap-ngerjapkan mataku.

"Loh, Reyhan?!" spontan aku langsung duduk dengan wajah bantal.

'Iya.. Ini aku, tadi aku kesini eh, kamunya gak ada. Yaudah aku pergi aja.'

"Oh.. Itu aku lagi dibawah sama Bunda. Biasah quality time kalau ada waktu senggang."

'Iya, tadi aku juga liat kok. Oh ya, tadi di kamar kamu ada 3 anak kecil loh cowok semua. Mereka darimana? Terakhir aku kesini gak ada deh anak kecil yang ada malah temen kamu itu si Sharla.'

"Oh.. Kalau darimananya sih aku gak tau, gak sempet nanya. Tapi mereka cuma main sebentar aja kok terus pergi lagi." jelasku.

Dia hanya menganggukan kepalanya tanda mengerti lalu tersenyum simpul, aku pun tersenyum ke arahnya.

'Cantik.'

Deg..

1 kata yang membuat jantungku berdetak tak karuan. Apa benar aku telah jatuh cinta padanya? Gak, ini gak boleh terjadi.

Aku pun hanya berdehem kikuk saat kata itu terucap dibibir Reyhan.

"Mmm.. Rey, aku mau kebawah dulu ya bantuin Bunda nyiapin makanan."

'Iya, aku pergi dulu nanti aku kesini lagi. Bye!'

Syukurlah.. Akhirnya dia pergi juga, bisa jantungan lama-lama liat senyumannya. Apa lagi saat ini mungkin aku benar-benar telah jatuh cinta padanya. Sebisa mungkin aku harus menghilangkan perasaan ini.

Aku pun turun ke bawah. Bunda dan Mbok Nah sedang menyiapkan makan malam. Seperti biasah walaupun dirumah ini hanya ada aku, Bunda, Mbok Nah dan Pak Tho tapi dirumah ini sangatlah ramai.

Bagaimana tidak ramai? Banyak makhluk yang tak kasat mata sedang melakukan kegiatan mereka masing-masing. Ntahlah mereka sedang berbuat apa. Hanya saja aku sangat terganggu karena kehadiran mereka, ada yang berlarian tak tentu arah, tertawa, bercanda, ada juga yang hanya berdiam diri di pojok jendela sedang mengamati semuanya.

Tiba-tiba saja aku nelihat Andi, dia sedang berjalan santai ke arah dapur. Aku tau maksudnya, dia ingin mengganggu lagi.

"Hei!! Berhenti disitu!!" tegurku. Aku tidak berbicara seperti biasah, aku tak ingin Bunda dan Mbok Nah ketakutan karena ulahku.

'Hihiii~kenapa?' dia hanya melirikku sekilas lalu melanjutkan langkahnya ke arah dapur.

"Aku bilang berhenti Andi!!" aku sudah tidak bisa menahan emosiku lagi. Aku tak ingin Bunda ketakutan lagi karena ulahnya.

Dia tak menggubris omonganku, terpaksa aku menghampirinya.

"Aku sudah bilang berhenti. Sudah cukup kamu ganggu Bundaku tadi siang, aku harap kali ini peringatan terakhirmu. Jika kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu pergi dari tempat ini." geramku.

Dia pun menoleh ke arahku dengan tatapan kesal. Aku tak peduli dengan tatapannya, karena aku tak mau ambil resiko kalau terjadi apa-apa pada Bunda.

Akhirnya dia pun menghilang menembus tembok. Lega. Dan tanpa aku sadari ternyata Bunda dan Mbok Nah sedang menatapku dengan tatapan yang memang sulit aku artikan.

"Jihan~" panggil Bunda.

"I-iya Bun.. Kenapa?" semoga saja Bunda gak liat apa sudah aku lakukan tadi.

"Apa kamu berinteraksi sama mereka?" memangnya apa yang tadi aku lakukan itu sangat kentara kah? Sampai-sampai Bunda dan Mbok Nah menatapku seperti itu.

"Maksud Bunda apa sih?" aku pun berdehem kikuk karena pertanyaan Bunda.

"Dari tadi kamu liatnya kesitu terus Han, muka kamu juga seperti orang marah. Apa kamu marah sama mereka? Soalnya Bunda dulu juga liat kamu pernah seperti itu Han. Bener kan Han?" jelas Bunda.

Sepertinya aku sudah tidak bisa mengelak lagi. Toh, Bunda juga udah tau. Semoga saja Bunda tidak ketakutan lagi.

"Iya Bund. Maaf Jihan nakutin Bunda sama Mbok Nah."

"Gak apa-apa sayang, Bunda paham. Sebenarnya, Bunda takut kamu kenapa-napa apalagi jika kamu sudah berurusan sama hal-hal seperti itu." ucap Bunda dengan raut wajah khawatir.

"Iya Non, Non harus hati-hati ya jangan sampai deh berurusan sama mereka." sebenarnya Mbok Nah udah tau tentang kemampuanku ini dari kecil. Jadi Mbok Nah tidak kaget dan ketakutan karena tingkahku ini.

"Iya.. Jihan gak bakalan kenapa-napa kok Bun, Mbok." ucapku.

"Yaudah ayo makan Bun, Mbok. Jihan udah laper nih, hehee.." sambungku sambil tertawa kecil.

"Kamu ini.. Yasudah ayo makan. Ayo bik." ucap Bunda.

"Mm.. Saya makan dibelakang aja Nyonya, Non." jawab Mbok Nah.

"Gak apa-apa Mbok. Sini duduk bareng Jihan, gak usah sungkan-sungkan." aku pun menarik tangan Mbok Nah untuk duduk disampingku. Keluargaku sudah menganggap Mbok Nah dan Pak Tho seperti keluarga sendiri, karena memang mereka sudah bekerja disini sebelum aku lahir.

"Oh iya! Bun.. Pak Tho dimana? Biar sekalian makan bareng kita aja Bun." tanyaku.

"Biar Mbok aja Non yang panggilin."

"Eh.. Gak usah Mbok biar Jihan aja, udah Mbok Nah disini aja ya." aku pun bergegas ke arah depan untuk memanggil Pak Tho.

Saat sudah sampai didepan aku bingung, kenapa Pak Tho hanya diam sambil berdiri? Perasaanku tidak enak. Aku pun berusaha memanggilnya namun beliau tidak menjawab. Aku pun mencoba untuk mendekatinya. Perlahan aku tepuk pundaknya.

"Pak Tho! Makan sama-sama yuk." namun Pak Tho masih saja diam, posisinya pun membelakangiku sehingga aku tak bisa melihat wajahnya.

"Pak Tho.." aku masih berusaha memanggilnya sambil menepuk pundaknya. Dingin. Itu yang aku rasakan.

Dan saat beliau berbalik menghadap ke arahku betapa terkejutnya aku. Dia bukan Pak Tho.

Wajahnya yang seram, matanya yang melotot serta warnanya yang merah. Seringainnya yang membawa kesan menakutkan, giginya pun mengeluarkan darah. Bau yang menyengat hingga aku ingin muntah seketika.

Lidahku kelu, hingga aku sulit untuk berteriak. Bagaimana tidak? Tepat didepan wajah kalian sesosok yang sangat menyeramkan tiba-tiba muncul. Ingin aku berteriak sekeras mungkin namun aku tak bisa. Aku hanya mematung didepannya.

Dilain tempat..

"Jihan kok lama ya bik." ucap Bunda dengan nada khawatir.

"Apa perlu saya susul Nyonya?"

"Yasudah ayo bik, perasaan saya tiba-tiba gak enak."

Akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke depan. Dan mereka juga melihat kalau Jihan diam mematung didepan pos depan.

"Jihan! Kamu kenapa nak?!" ucap Bunda sambil menepuk pundak Jihan.

"Jihan!!"

"Non Jihan!"

Mereka terus memanggil-manggil nama Jihan, hingga Jihan pun tersadar.

"Bunda.." Jihan langsung saja memeluk Bundanya.

"Ini ada apa Nyonya? Kok pada diluar?" tanya Pak Tho.

"Ini loh Pak saya sama Nyonya lagi nyusul Non Jihan keluar soalnya tadi Non Jihan mau manggil Pak Tho buat makan malam bersama. Eh.. Malah Non Jihan diem disini sambil melamun." jelas Mbok Nah.

"Loh.. Dari tadi saya digarasi kok Mbok, Nya, Non. Saya tidak disini." ucap Pak Tho.

"Loh.. Terus kamu ngapain melamun disini sayang hmm?" tanya Bunda.

"Lebih baik kita masuk dulu Nyonya." ajak Mbok Nah.

Akhirnya mereka pun kedalam agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan seperti sekarang ini.

~~~~~~~~~~~~~~~
panjang ya sis.. Kyk anu.. Ups!! Gak deh gk pakek anuan lagi.. Heheee...
Bantu Votement donk kawan..

I'M INDIGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang