Capter 1- Permulaan Takdir

7.4K 573 2
                                    

Siang itu Christian  diberi tahu oleh  pelayan  kepercayaan  dari  ayahnya  untuk  segera menemui ayahnya  di  ruang kerjanya. Dengan  hati  yang  gelisah  Christian melangkahkan kakinya melewati lorong  rumahnya yang  saat itu  tampak begitu  gelap, tidak seperti biasanya. Ia melangkahkan kakinya  menuju  ruang  kerja ayahnya dan  sesampainya di depan pintu ruangan  tersebut  ia  berhenti dan mengetuk pintu. Tok.. Tokk..

"Ayah, ini Christian. Boleh  aku  masuk. " ujarnya  sembari mengetuk pintu.

"Masuk  saja. " ujar seorang pria dari  dalam. Cristian  menarik  knop pintu ruang  kerja ayahnya  dan  masuk kedalamnya. Disana  tampak ayahnya  yang sedang duduk di  kursi kerjanya  sambil memegangi  kepalanya. Wajahnya yang  tampak  begitu  lelah dengan  rambut  yang  sudah mulai memutih. Kerutan-kerutan halus yang  tampak  pada wajahnya  menambah kesan tua  pria  itu. Dari wajahnya  tampak pria itu merupakan  seorang  pekerja keras.

"Saya menghadap ayahanda. " ujarnya  dengan  penuh hormat sambil membungkukkan badannya.

"Duduklah! " ujar pria tua  itu.

Christian pun duduk di sebuah  kursi tamu yang ada  di  ruangan  itu  sambil memandang  ayahnya  yang  beranjak  dari posisinya menuju kearahnya.

"Christi." ujar  pria itu dan  bergegas memposisikan dirinya  duduk  di  samping putranya itu.

"Aku yakin kau  pasti  sudah  mendengar kabar mengenai keluarga kita." ujarnya  memandang  putra  satu-satunya itu.

"Maksud ayah, mengenai bisnis keluarga kita? " tanyanya.

"Benar  sekali nak. Keluarga kita  sekarang  sedang menghadapi  krisis  dan bisnis kita  terancam  bangrut. Ayah  takut  dengan begini kita  akan  jatuh  miskin dan akan kehilangan gelar kebangsawanan kita. " jawab pria tua itu menerangkan.

"Ayah  tidak ingin keluarga kita kehilangan gelar kebangsawanan yang  telah  di jaga  turun temurun oleh  kakek  moyang kita." jelasnya  lagi.

"Lalu,  apa yang bisa Christ  lakukan  ayah? Jika  ada  Christ  akan  berusaha untuk membantu." ujarnya. Ia  sangat menghormati  ayahnya  yang telah bekerja keras  dan berjuang  demi  keluarganya. Ia  telah  membesarkan Christian  dengan  susah payah  sendiri  semenjak  kematian ibunya ketika berusaha melahirkannya. Meski demikian ia begitu sayang dengan putra  satu-satunya  itu dan  tidak  pernah berniat untuk menikah lagi.

"Ayah sudah meminta  bantuan kepada keluarga  Lord Preston untuk hal ini nak. "

"Keluarga  preston?!  Keluarga  bangsawan  besar yang  merupakan sepupu raja itu ayah? " tanya  Christian pada  ayahnya.

"Ya nak,  dan  mereka bersedia membantu..  Asalkan.. "

"Asalkan apa  ayah??  Katakan saja. " ujar Christian. Jantungnya kini berdetak kencang. Ia tidak memiliki perasaan baik  dengan  kata  yang  akan  dilanjukan  ayahnya  itu.

"Meraka memintamu untuk  tinggal  disana dan menjadi  bagian  dari  keluarga mereka. " ujarnya.

"Bagaimana mungkin mereka bisa bisa meminta  hal seperti itu  yah. Apa sebenarnya maksud meraka? " ujarnya. Perasaannya tidak  baik akan hal ini. Ia merasa ada yang janggal dengan  permintaan  keluarga  preston itu.

"Ayah  juga  tidak  tahu,  tapi  yang  penting  sekarang  dalah  menyelamatkan  nama keluarga kita. Dan  ayah  sudah menyetujuinya. Ayah  tahu  ayah tidak sepantasnya  menyetujui hal ini tanpa mendiskusikannya  denganmu  dulu. " ujar  ayahnya. Wajahnya  tampak  sedih  dengan peluh di keningnya. Tampak garis hitam yang menghisi matanya menandakan bahwa ia sudah  beberapa hari ini tidak  tidur.

"Ayah.. Jangan seperti ini. Jangan bersedih ayah. Jika  memang demikian, Christian akan mematuhi  keputusan ayah. " ujarnya.

"Benarkah!? Jika demikian ayah akan mempersiapkan  kepergianmu. Meraka memintamu  datang malam ini. " ujar  ayahnya. Sinar matanya  yang  sebelumnya hilang  kini muncul kembali. Ia  melihat  ayahnya telah bersemangat kembali. Ia dan  ayahnya beranjak  dari  ruang  itu.

***
Malam pun tiba, Christian  telah bersiap-siap untuk pergi menuju  kediaman keluarga  Preston. Ia melihat  raut wajah  ayahnya  yang mengantarnya  sampai di  depan pintu  rumah. Sebenarnya ia berat hati  meninggalkan rumah tempat ia dibesarkan,  namun  demi ayahnya  ia  rela mengorbankan  apapun. Baginya  sudah  saatnya  membalas kebaikan  ayahnya. Semua  barang-barangnya  sudah  berada  di  bagasi dan dengan berat hati ia melangkah menuju mobil sedan milik keluarganya. Ia melihat ayahnya  dan  para  pelayan yang mengantarnya  di pintu menangis. Tidak disadari  setetes  air  mata  lolos dari kelopak matanya. Dipalingkannya  wajahnya  kearah supirnya dan  berkata, " ke kediaman  keluarga  Preston, Robert. "

"Baik  tuan muda."ujar  supir tersebut.
Sepanjang perjalanan Christian hanya memandangi  pemandangan  yang  dilewatinya. Suasana  malam  hari mengurangi jarak pandangnya. Suasana  yang  begitu  gelap  ditemani dengan dinginnya  ac  mobil dan  kesunyian  menemani perjalanannya.  Ia  tidak  tahu apa  yang menunggunya.

[BL] My  Bloody Partner [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang