Chapter 4 - Maria Emerald Preston

6K 528 7
                                    

Pagi  yang  cerah,  matahari  bersinar  memancarkan  cahaya  kuning  keemasannya. Cahaya tersebut  masuk  dari  jendela  besar  di sebelah  kanan  kasur milik  Christian. Perlahan  dibukanya mata birunya  itu  dan  melihat  langit-langit kamarnya  yang  begitu  indah. Cahaya  matahari  yang  hangat  itu menyinari setiap sudut  kamar  miliknya. Perlahan  ia  bangkit  dari  tempat  tidurnya, berjalan menuju  kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Setelah itu  ia  segera  bersiap-siap. Tiba-tiba  terdengar  sura  pintu  diketuk.

"Sudah  waktunya  sarapan  tuan. " ujar  Michael  dari luar.

"Aah..  Iya. Aku  akan  segera turun. " jawab Christian. Ia membuka  pintu  kamarnya dan  diluar pelayan  tua bernama  Michael  itu  sudah  menunggunya.

"Mari  tuan. " ujar  pria  tua  itu. Christian  mengikuti  pria itu  dari belakang. Sesampainya  di  meja  makan  yang  begitu   luas  itu, sang pelayan menarik  kursi  dan  mempersilahkan Christian untuk  duduk. Di  meja makan  sudah menunggu  William dan  seorang  wanita  yang  cukup  cantik. Christian berusaha  memposisikan  tubuhnya  senyaman mungkin  meski  ia merasa sedikit gugup.

"Bagaimana  tidurmu, apakah  nyenyak?" tanya William.

" Tentu saja  tuan  William. " jawabnya. Ia melirik  wanita  di  depannya. Wanita  itu memiliki  rambut  keemasan bergelombang yang  cukup panjang dengan  kulit  putih  pucat  dan  mata  yang  berwarna merah menyala. Pandangan wanita  itu  begitu  tajam  dengan  bibir yang  tersenyum  sedikit  sinis.

"Christie,  perkenalkan. Ini ibuku,  Maria  Emerald  Preston.  Semalam  kita  tidak  dapat berjumpa  dengannya  karena  beliau  sudah  beristirahat. " ujar  William memperkenalkan wanita  di  sampingnya.

"Senang  bertemu  dengan  anda  Nyonya  Preston. " ujar  Christian menyapa  wanita  itu.

"Aiyah.. Jangan memanggilku begitu. Panggil aku mama Maria." balas wanita  itu. Kali ini  senyumnya  berubah  sedikit hangat.

"Baaik nyonya.. Maksudku,  mama  Maria. " jawab  Christian sedikit ragu-ragu.

"Good boy. Kamu manis sekali. " kata  wanita  itu sambil tertawa. Kali ini ia memandang  wajah Christian  begitu  dalam.

"Kenapa  jadi  diam. Mari kita makan." lanjut  William.

Mereka  yang  tengah  berada di meja  makan  pun  menyantap makanan  yang  dihidangkan. Menu kali  ini merupakan  sarapan  ala  pranciss  yang telah  disiapkan  para pelayan. Dengan ragu-ragu  ia mengambil  makanan  yang  sudah  tersedia di depannya, meletakkannya  ke  dalam  piring miliknya  dan mencicipi hidangan  tersebut.

"Enm, sangat  nikmat. " batinnya. Ia menyuapi  sesendok  makanan  lagi  ke mulutnya. Sepertinya  ia tidak bisa menghentikan dirinya  untuk berhenti menyuapi makanan tersebut seolah  ia ingin memakanannya  lagi  dan  lagi.

"Bagaimana  Cristie?  Apakah  sesuai  dengan  seleramu? " tanya  William sedikit  tersenyum. Christian  yang mendengar  suara  William  tiba-tiba menghentikan kegiatannya  dan dengan malu-malu  menatap  sang  tuan muda  tersebut.

"Tentu  saja  tuan William. Makanannya  sungguh  nikmat."  jawabnya. Tuan muda  rumah  tersebut  hanya bisa tersenyum  manis melihat kelakuan calon mempelainya  itu.

"Jika  demikian, makanlah  lebih  banyak. " ujar  William. Ia mengambil  beberapa  lauk  dan  menuangkannya  ke  piring milik  Christian.

"Aah.. Terima  kasih  tuan. " jawab  Christian.

"Mulai  sekarang  panggil  aku  William. Aku ingin  kita  lebih  akrab. Kau boleh  menghilangkan  formalitas diantara  kita." ujar  William  sambil meneruskan makannya.

"Tapi.. " belum  sempat  ia melanjutkan  kata-katanya  telah  di potong  oleh  William.

"Tidak  ada  kata  'tapi'. Lakukan  saja  apa yang kuminta. " kata  William dengan memberikan sedikit  penekanan.

"Baiklah.. William. " jawabnya  sambil melanjutkan makannya.

William yang melihat  reaksi mempelainya  itu merasa senang. Ia tidak  menyangka  bahwa  calon  istrinya  itu  akan begitu penurut. Ia mengambil gelas yang berisi  cairan merah  miliknya dan menyesapnya. Hatinya  sungguh  puas pagi ini.

William melihat  cairan merah  tersebut dan bertanya-tanya, "apakah itu  wine? " pikirnya. William menyadari  perubahan  ekspresi wajah pria  itu  dan  berkata, " Ada  apa Christie,  em?? ". Christian  yang  dari  tadi  berkutat  dalam  pikirannya terkejut.

"Aah..  tidak." jawabnya.

"Apakah itu  wine? " tambahnya. Ia begitu  penasaran  dengan minuman  tersebut.

William yang mendengar pertanyaan pria tersebut  tidak menyangka  bahwa ia akan menyadari  cairan  yang  diminumnya. Ia tidak  mungkin mengakui  kalau  cairan  tersebut  adalah  darah  yang  biasa  dikonsumsinya setiap  hari. Para pelayan biasanya  telah menyetok  darah  di penyimpanan  pribadi mereka untuk  digunakan setiap  hari. Terkadang William  suka  meminum  darah  langsung  dari manusia langsung, namun  ada  waktu-waktu tertentu ia tidak bisa  melakukannya. Ia paling  suka  darah perawan karena mereka akan menghasilkan  darah  dengan  rasa  yang  nikmat, namun  sekarang ini  sangat  sulit  untuk mencari darah  perawan yang  sesuai  dengan seleranya. Untuk itu keluarga  Preston  sangat  selektif dalam memilih  darah  bagi tuan muda tersebut.

"Ya, tentu saja. " jawab William berbohong.

"Aku  suka mengkonsumsi wine  di  pagi  hari. " ujarnya  lagi.

"Wine  tidak baik  dikonsumsi pagi  hari karena  akan  berdampak  buruk  bagi  kesehatanmu." balas  Christian menasihati.

"Baiklah. Akan  kuturuti  saranmu  Christie." jawab  William  sedikit manja. Ia  senang  karena  pasangannya  itu  begitu  perhatian. Ia merasa  harus berhati-hati  jika  ingin meminum  darah  tersebut. Ia harus pastikan  Christian  tidak  ada  di  sekitarnya  ketika  ia mengkonsumsi cairan  merah  tersebut.

Wanita  yang  dari  tadi menonton drama mereka  hanya  bisa  tertawa  di  dalam  hati. Baru  kali ini  ada  yang  begitu  berani kepada putranya tersebut  dan  lagi  sang  putra  juga  sangat menyayangi orang  tersebut.

"Ini akan menjadi pertunjukan yang menarik. " gumamnya.

Selesai  sarapan  William  mengajak  Christian  untuk berkeliling mansion  dan  melihat-lihat  pemandangan  disekitar. Ia juga memberi tahu  seluk beluk  mansion  agar  Christian  tidak  tersesat karena Mansion  keluarga  Preston  memang  sangat  luas, belum  lagi  taman mereka yang  ditata  begitu  rapi  dan  cantik  dengan  bunga-bunga yang  ditanam  untuk  menghiasi  taman.

"Sepertinya  keluargamu  begitu  menyukai  bunga, terutama  mawar merah. " ujar  Christian  terlebih  dahulu.

"Tentu  saja. Ibuku sangat menyukai mawar merah dan  mereka begitu  cantik bila  di lihat  di  malam purnama. " jawab  William.

"Sayang mereka begitu  rapuh,  namun  kerapuhan mereka  yang membuat orang-orang  ingin memiliki  mereka. Mereka begitu menawan. " ujar William  menambahi. Christian yang  mendengar perkataan  William  hanya  bisa  terdiam. Ia tidak mengerti apa yang  dikatakan  pria  itu. Ia mengira  satiap  keluarga  bangsawan  kelas atas  pasti  punya  nilai  seni  yang  tinggi yang  tidak  begitu  dimengertinya.

"Apakah  kau  sudah  puas  berkeliling? " tanya  William kepada pria di sampingnya itu. Ia memandang  pria  itu dengan  tatapan  dalam. Di  dalam  benaknya pria cantik itu  sama  halnya  dengan  mawar tadi. Ia  begitu  rapuh  hingga membuat dirinya ingin memilikinya seutuhnya. Namun ia sadar  bahwa mawar memiliki  duri,  ia harus  berhati-hati  agar  mawar  tersebut  tidak sampai melukainya dengan durinya tersebut.

"Enn.. Aku rasa kita bisa kembali. " jawab  Christian.

[BL] My  Bloody Partner [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang