Chapter 8

9.8K 899 59
                                    

Yunho merenggut kesal setelah pertemuannya dengan Ayahnya. Raut wajahnya masih mengeras dan nafas yang terengah.

Semuanya berantakan.

Dari kehamilan Jaejoong hingga tuntutan menikah dengan Chen Xiao.

Semuanya membuatnya gila.

Sepertinya takdir tidak akan pernah membuatnya merasakan hidup dalam ketenangan. Ada saja hal yang mengusik hidupnya. Mata musangnya melirik arloji mahalnya kemudian mendecak, "Shit!"

Ia bahkan tidak sadar bahwa jam makan siang telah usai. Dan ia harus menemui Chen Xiao siang ini juga. Biasanya ia akan kembali ke rumah saat jam makan siang untuk memastikan ibu dari calon anaknya baik-baik saja.

Eh?

Kenapa ia jadi seperti ini?

Rencana awalnya hanya untuk memberikan Ayah-nya cucu sama seperti yang ia selalu katakan.

Hanya menginginkan sosok bayi itu di dunia ini.

Tidak lebih bukan?

**

Chen Xiao menyeruput milkshake strawberry yang dipesannya. Sesuai arahan Ayahnya, ia akan bertemu Yunho siang ini. Ia sengaja datang 10 menit lebih awal sebelum Yunho tiba.

Beberapa menit terlewati, ia melihat sosok Yunho berjalan masuk ke dalam café. Namja itu terlihat bosan dan tidak antusias untuk bertemunya.

"Oh, hai Yunho." Sapa Chen Xiao ketika Yunho langsung menarik kursi untuk duduk.

Tanpa membalas sapaan namja itu, Yunho langsug bersuara: "Kau tahu ini tidak benar, aku tahu akhir dari semua ini. Ayahmu dan Ayahku sudah merencanakannya kan?"

"Ah?" Chen Xiao kebingungan saat Yunho langsung menodongnya dengan pernyataan dan pertanyaan yang tidak jelas.

"Kedua Ayah kita. Mereka ingin kita menikah, bukan?"

"Yunho, tunggu dulu." Namja itu memainkan ujung meja dengan gugup.

"Aku minta maaf, aku tidak bisa menikah denganmu."

"Kenapa?" tanya Chen Xiao lirih.

"Kita berdua tidak saling mencintai. Ini semua tidak akan berhasil. Kau paham?"

"Tapi..."

Yunho tidak mendengarkannya lagi. Ia langsung berdiri dan meninggalkan Chen Xiao begitu saja.

"...tapi kita akan tetap menikah, Yunho..." gumam Chen Xiao sedih.

**

Jaejoong menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang. Kehamilannya membuat daya tahan tubuhnya menjadi sangat lemah. Kegiatan yang ia lakukan hanyalah sebatas makan dan tidur.

Jaejoong sempat beberapa kali meringis tiap bayinya menendang. Ia bisa pastikan bahwa bayinya kelak akan menjadi seorang pemain sepak bola yang hebat. Terlihat dari tendangan-tendangannya yang selalu membuat Jaejoong kaget.

Biasanya Yunho akan pulang ke rumah saat jam makan siang untuk memastikan keadaan namja cantik itu. Tapi jam makan siang sudah berlalu dan lelaki bermata musang itu tidak menunjukan batang hidungnya.

Bosan menunggu, Jaejoong turun dari ranjang dan menuju ke dapur. Tangan kanannya ia letakan di pinggangnya untuk menopang perutnya yang sudah semakin besar.

"Tuan Jaejoong?"

Seorang pelayan menyapa Jaejoong ketika melihat namja cantik itu membuka-buka laci.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan tersebut dengan senyuman ramah.

"Aku ingin telur setengah matang."

HourglassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang