Tenang. Aku update-nya gak satu tahun kemudian lagi kok WKWKWK. Enjoy!
.
.
.
Yunho mengganti-ganti channel TV dengan tatapan kosong. Ibu jarinya terus-terusan menekan remote namun pikirannya sama sekali tidak di sana. Di pelukannya, Changmin baru saja tertidur setelah diberikan susu.
Yang tersisa saat ini hanyalah dirinya dan Changmin serta rumah yang begitu sepi. Biasanya Jaejoong akan lalu lalang entah karena bosan atau karena ingin makan sesuatu.
"Jae..."
Yunho bergumam tanpa sadar. Jika memang ia tidak mencintai Jaejoong, mengapa rasa sakitnya seperti ini?
TES.
Setetes air mata jatuh dari pelupuk matanya. Hatinya ngilu menerima kenyataan bahwa ada kekosongan di hatinya. Kekosongan yang tak pernah ia duga akan ia rasakan ketika Jaejoong pergi dari sisinya.
"Jae..." kembali bergumam kali ini sambil menatap Changmin yang tertidur begitu damai.
Ia mencintai Jaejoong dan ia terlambat untuk mengakui itu. Andai saja ia berani menahan Jaejoong untuk bertahan bersamanya lebih lama lagi, andai saja ia tidak pengecut untuk meminta Jaejoong tetap berada di sisinya, dan andai saja ia mengatakan kata-kata cinta itu sejak lama...
Mungkin tidak akan seperih ini.
Hanya bisa terpejam; berharap ketika ia membuka matanya, ini semua hanyalah sebuah mimpi belaka.
Katakan padanya bahwa Jaejoong masih berada di sisinya, dan ia akan baik-baik saja...
.
.
.
"Ku titip Changmin dulu, Nyonya Park. Maafkan aku."
Yunho membungkuk memberikan ucapan terima kasih kepada ibu Yoochun.
"Jangan begitu, aku sangat senang bisa menggendong dan merawat bayi lagi." Wanita paruh baya itu mencoba tersenyum dan menepuk pundak Yunho.
Sudah tiga bulan belakangan ini Yunho bagaikan mayat hidup. Kepergian Jaejoong masih sangat membuatnya terpukul. Dan sialnya namja itu tidak bisa ditemukan di manapun menyebabkan seluruh pekerjaan kantornya berantakan. Makan tidur pun sudah tidak teratur. Kesedihan telah memakan kehidupannya bulat-bulat.
Ia telah mencoba menghubungi Hyunjoong namun seluruh kontaknya tidak bisa dihubungi. Mengunjungi club dimana ia bertemu Hyunjoong pun masih tidak memberikan titik terang di mana keberadaan namja itu. Bahkan orang suruhannya pun tidak berhasil mendapatkan informasi tentang mereka seperti hilang dari permukaan bumi.
Yoochun sebagai sahabat Yunho, merasa prihatin dengan kondisinya dan menyarankan Changmin untuk dirawat oleh Ibunya sementara. Yunho tidak dalam kondisi baik-baik saja untuk merawat bayi kecil itu.
"Besok aku akan kembali lagi untuk menjemput Changmin. Maaf sudah merepotkan anda." Kembali membungkuk dan sontak membuat Nyonya Park menahan tubuh Yunho.
"Sudah ku bilang tak apa, Yunho-ya. Kau jaga kesehatanmu, arra? Apa hari ini kau ada jadwal berkunjung lagi?"
"Ya, sebentar sore aku akan kembali berkonsultasi."
Nyonya Park tersenyum miring. Sudah sebulan lebih Yunho rutin konsultasi dengan psikiater mengenai kesehatan mentalnya. Lagi-lagi Yoochun yang menyarankan Yunho untuk mendapatkan professional help.
Kesedihan yang berlarut.
Itu diagnosis awal yang Yunho dapatkan.
Ia lebih sering merenung dan tatapannya kosong bagai manusia tanpa gairah hidup. Yoochun miris melihat itu dan hal itu juga yang membuat Yoochun ngeri untuk meninggalkan Changmin dengannya. Bukannya ia ingin memisahkan Changmin dengan Yunho, hanya saja ia takut Yunho 'lalai' menjaga bayinya yang membutuhkan perhatian lebih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hourglass
Fanfiction"Tugasmu hanyalah melahirkan anak itu dan memberikannya kepadaku. Tidak lebih. Setelah anak itu lahir, kita berpisah." Di saat dirimu pergi, baru lah hati ini menyadari. YUNJAE. MPREG. NC 21.