Chapter 4

10.5K 1K 42
                                    

drrrt drrrt

Yunho mengambil ponselnya dan membuang nafas kasar setelah menatap layar ponsel itu.

'Abeoji is calling'

"Yeoboseyo?"

"Yun? Eodiga?"

"Kantor."

"Datang lah ke rumah. Ada yang ingin Abeoji sampaikan."

"Kenapa tidak bilang disini saja?"

"Tidak bisa, Yun. Datang lah. Abeoji mohon."

Namja bermata musang terlihat berpikir, lalu memutuskan panggilan itu tanpa peringatan.

Sudah lama sekali ia tidak pulang ke rumah orang tuanya. Rumah itu menyimpan banyak memori akan mendiang Ibunya. Kenangan masa kecilnya selalu membayanginya disana, dan ketika mengingat kejadian menyangkut Ayahnya, ia selalu merasa marah.

Apa kah ia harus pergi kesana?

Entahlah.

Kepalanya mengatakan tidak, namun jauh di lubuk hatinya mengatakan ya.

.

.

.

Mobil mewah itu terparkir di pekarangan rumah nuansa elegan yang sudah sekian lama ia tinggalkan.

Ya. Yunho akhirnya datang.

Masih lengkap dengan setelan jasnya, Yunho masuk ke dalam rumah dengan perasaan berdebar-debar.

"Tuan muda Yunho!"

Seorang perempuan paruh baya berteriak dengan wajah berbinar-binar.

"Tuan muda? Apakah itu benar-benar anda?"

"Bibi Jang,"

Perempuan paruh baya itu masih menatap Yunho dengan tatapan tidak percaya. Namja yang dulu ia rawat sejak kecil akhirnya kembali ke rumah. Ia sudah tidak pernah bertemu lagi dengan Yunho semenjak Nyonya Jung meninggal.

"Tuan muda Yunho, anda kembali!"

Seorang remaja berwajah tampan ikut menyambut Yunho di pintu masuk. Namja itu adalah Jang Jiseok, anak dari bibi Jang yang juga membantu di keluarga Jung.

Setahu Yunho, namja tampan itu dulu masih lah sangat bocah dan bahkan sangat cengeng. Namun lihat lah sekarang. Namja itu telah bertumbuh dewasa dan tampan.

"Jiseok-ah! Kau sudah besar, eoh?"

Jiseok mengangguk dengan cepat. Astaga, ternyata kelakuan namja itu masih layaknya seorang bocah.

"Mari masuk ke dalam Tuan Muda, Tuan Jung sudah menunggu."

Yunho meng-iya-kan dan melangkahkan kakinya ke dalam rumah. Saat memasuki ruangan, Yunho melihat semua potret dirinya dan alm. Ibunya masih terpajang di tempat yang sama. Tidak ada yang berubah.

Ketika matanya melihat ke arah ruangan keluarga, ia mendapati sosok Ayahnya bersama seorang namja manis. Yunho menebak bahwa namja itu adalah keturunan cina.

"Yunho-ya."

Kembali memasang wajah dingin, Yunho menatap lekat Ayahnya.

"Duduk lah."

Yunho duduk berhadapan dengan Ayahnya dan di sebelah kanannya namja itu menunduk.

"Abeoji ingin mengenalkannya padamu, Yunho."

Yunho menatap sekilas namja itu yang masih menundukkan kepalanya.

"Namanya Chen Xiao."

"Aku tahu."

HourglassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang