Setan Masuk II

55 1 0
                                    

#JasSy (JasonJessy)

Jason

Aku menarik Jessy. Jessy menangis, kontras dengan dandanan Cinderella nya yang manis. Aku menemukan tempat penyimpanan barang yang cukup besar, cukup untuk kita berdua bila saat masuk kita merayap. Tapi, tidak ada tangga, lalu kulihat ada sebuah gorden. Jadi, aku menarik nya dan.. Hup!!! Ternyata masih kuat. Aku segera memberitahukan Jessy.

"Jessy, Ayo naik," perintahku sambil memeluk sekilas dirinya.

"Aku.. Takut, Jason. A-a-a-aku.. Terlalu takut.. Huks! Aku.., aku, jangan tinggalkan aku, Huaaaaa!!!!!" yah, ampun.

"Jessy, dengarkan aku. Kau naik duluan dan jangan membuat Rai -eh, Terry tahu keberadaan kita. Aku menyusul supaya bisa menjagamu, permata," bujukku.

"Hiks! Baik lah," lalu dia memanjat gorden itu perlahan sambil setengah bergelantungan. Aku jadi ingat pesan Mama; 'Jagalah adikmu seperti menjaga pecahan permata, Jason! Kau pecahan lainnya dan sangat berharga bila kalian saling menyimpan. Siap?' Itu yang selalu dia katakan sebagai pengganti omelan bila aku menjahili Jessy dulu. Sampai aku baik pada Jessy kalimat itu selalu terucap.

"Jason! Naik!" teriak Jessy yang sangat pelan. Dia sudah sampai di ujung gorden yang tinggi itu.

"Masuk, Jess! Buruan!!!" balasku.

"Tidak, a-aku..-"

#Jessy

"Aku takut!" teriakku setengah terisak. Aku. Takut. Semuanya kacau.

Aku tidak mau menyalahkan Kay atas semua ini. Ini bukan kesalahan siapapun, tahu?

"Baik, aku naik!" pahlawanku, Jason Adrianne dengan nama tengah Heroes dan Diamond memanjat gorden dengan tergesa-gesa, lalu masuk perlahan.

"Disini bersih! Ayo, di dalam ada ruangan rahasia, menurutku. Karena, ada lorong yang cukup lah, bila menunduk dan agak merangkak. Ayo!" aku masuk perlahan. Gaunku yang seharga 5 koin emas (itu adalah alat pembayaran di Jamie's. Tukarkan dengan uang di counter manapun di mall itu) kini berdebu dan agak robek selutut. gulungan rambut dan bandoku tergerai, melorot, tetapi bandoku tetap kokoh menahan pony ku.

Aku berkata, "Jason, kita diam dulu disini. Pergi lah kesana bila Rai sudah lewat disini. Oke?" pintaku dengan masih berlumuran air mata. Tidak ada ingus, kok. Kan aku membawa satu saputangan..

"Oke."

Fiuh..

One AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang