Devon dan Trev, Kay, dan Rai

41 0 0
                                    

#Rai

Setelah Kay membaca mantra konyol yang kupikir nggak akan berhasil, aku.. Aku melihat diriku sendiri dan teman-teman. Aku melihat semuanya. Rasanya, yah, kau nggak bisa kemana-mana. Kau mengikuti dirimu sendiri tanpa menggerakannya. Bibirmu terkunci. Kau tidak bisa menggerakkan apapun. Bahkan kakimu berjalan sendiri.

Sial, tolol, gila, konyol, semua kata kutukan. Terry sialan itu menuju ruangan serbaguna. Ini memang gedung serbaguna. Misalnya di lantai 1 ruang rapat untuk sewaan, lantai 2 adalah ruangan drama. Dia menuju lemari kostum. Gila, walaupun dia tidak menyakiti tubuhku, dia meng apa-apakan tubuhku. Dia mengganti sepatu bot ku dengan selop hitam mengkilap, sepertinya hendak meng -ngapain- kakiku yang mulus.

Dia. Berjalan. Di. Reruntuhan. Yang. Tajam!!!! Whoa!!!

Sukses membuatku meringis ngeri gara-gara darah mengalir deras. Pretty damn. Pretty scary.

Kalau bisa, sudah ku amuk Terry Zee. Sounds pretty good to make her feels the second death.

GAK JADI DEH!!! MALAH AKU YANG BONYOK!!!

#Trev

Aku dan Dave (Devon, tentunya) berlari menuju balik meja kecil. Nah, I found something right there. Lubang kecil.

"Masuk duluan, Kay. Ayo!" perintahku.

"Iya," ucapnya. Tampak jelas dia menangis, menyesal. Dave memeluknya.

"Ssshh.. Sshhh... Kay, semua ini bukan salahmu. Kau tenanglah dulu. Kenapa tadi tidak menyiramnya langsung saja?" tanya Dave lembut.

"Kupikir.., hiks! Bukan waktu yang tepat. Aku takut meleset karena ketika itu Sessa, eh, Terry sedang sangat marah," keluhnya.

"Pintar. Pintar sekali. Kau punya sudut pandang yang bagus. Nanti ya, kita akan mencari cara," suara Dave, aduhay, meneduhkan.

"Iya, Kay. Masuk, ya," ujarku.

Setelah kami masuk, didalam ada sebuah tangga. Kami pun naik, bersembunyi.

One AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang