BAB V

26 6 0
                                    

"Dira?"

Perlahan-lahan kedua mata Dira terbuka. Silau. Satu kata itulah yang mendefinisikan yang tengah Ia rasakan selain rasa sakit yang menyerang kepalanya saat ia berusaha untuk membuka lebih lebar matanya.

"Dira?" Samar-samar Dira mendengar seseorang memanggil namanya, namun tubuhnya sangatlah lemah.

"Are You Okay? This is me. Anna." kali ini suara Anna terdengar lebih jelas di telinga Dira.

Anna merasa cemas saat ia menatap wajah temannya yang pucat pasi. Ia teringat bagaimana saat ia mendengar kabar bahwa temannya ini pingsan.

"Dia sudah sadar?" Tanya seorang cowok dari belakang Anna. Anna membalikkan tubuhnya.

"Sudah, namun tubuhnya masih lemah." Jawab Anna sembari menatap tubuh temannya yang terbaring lemah di hadapannya. Hening. Anna dan cowok itu hanya diam sambil memperhatikan Dirayang ada dihadapan mereka.

"Gue cabut dulu, An." Ucap Cowok itu memecahkan keheningan yang ada.

Anna mengganguk sebelum berkata, "Makasih, Han. Lo udah bantuin Dira." Cowok yang bernama Farhan itu hanya mengangguk sebelum pergi.

suasana kembali hening. Perlahan sebutir air bening keluar dari mata Dira. Dira menangis. Anna yang melihat itu tercekat. Ditatapnya Dira dengan pandangan cemas.

"Dir?" panggil Anna sambil menahan tangis.

"Mama?"

"No. ini Gue, Dir. Anna."

"Maafkan aku, Ma." Anna termenung, kenapa Dira meminta maaf? Batin Anna.

­BRAKKK

Suara pintu terbuka dengan keras, membuat Anna bangkit. Orang tua Dira. Tante lilly bersama kakak perempuan Dira Mbak Wiwin menghampiri Dira dengan cemas.

"Dira? Kamu tidak apa-apa sayang." Ucap Tante Lilly dengan cemas. Mata Dira perlahan terbuka, dan kemudian tersenyum lemah saat pandangannya bertemu dengan pandangan Mama-nya.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya mbak Janira yang ada disamping Anna. Anna menoleh sebelum menjawab.

"Tubuhnya lemah. Jadi Dira blm bisa menggerakkan tubuhnya."

"Mbak benar-benar terkejut saat kamu bilang Dira masuk rumah sakit."

"Mbak, aku boleh nanya?" Mbak Janira menatap Anna dengan heran saat ia melihat ada keraguan dalam mata Anna.

"Boleh." kata Mbak Janira. Anna diam sejenak sebelum berkata, "Dira... Dira emangnya sakit apa Mbak." Mbak Janira menghela napas saat mendengar pertanyaan Anna. Ia menatap Anna kemudian memberi tanda kepada Anna untuk mengikutinya.

********

Farhan kembali lagi ke sekolah setelah mengantar Dira kerumah sakit, untuk mengambil barang-baranganya. Sebenarnya, ia bisa meminta salah satu temannya untuk mengantar barangnya ke rumahnya. Namun, ia punya alasan yang cukup kuat untuk kembali ke Sekolah.

"Han, Lo darimana?" Tanya Brian saat dilihatnya Farhan memasuki kelas. Farhan menoleh kea rah Brian yang duduk di bangku depan.

"Gue dengar Lo dari rumah sakit. Siapa yang sakit?" sambung Mario disamping Brian. Belum sempaat Farhan menjawab pertanyaan dari temannya, seseorang memotongnya.

"Lo habi ngantar Dira ke Rumah sakit. Gimana keadaannya?" potong Leon, ketua kelas X IPA 3. Farhan menatap Brian dan Mario dengan satu alisnya yang terangkat. Sebagai jawaban atas pertanyaan keduanya.

"Baik." Pendek Farhan sebelum meninggalkan kelas dengan membawa tasnya.

Di koridor, tanpa sengaja ekor mata Farhan menangkap dua sosok yang familiar. Sial, umpat Farhan. Rahangnya mengeras saat dilihatnya kedua sosok itu tampak mesra. Gue, gak bakalan kalah dari Lo.

******

maaf Late Post, soalnya author lagi sibuk sama kegiatan sekolah..

tetap setia ya sama 'REALLY'......

dont Forget vote and comment....

REALLY-Kala Takdir Mengikat Kita-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang