Bab XX

15 3 1
                                    

Bel istirahat berbunyi, Anna bergegas menyusun bukunya. Sebenarnya, ia merasa bimbang untuk menepati ajakan Arkhan. Tidak, ia tidak boleh mengikar janjinya. Dengan hati yang masih dilanda dilema, Anna menuju kantin. Matanya menangkap punggung Arkhan. Anna tersenyum kecil. Dengan senyum yang masih terukir, Anna mendekati meja Arkhan. Tepat, Sebuah cekalan dilengannya membuat Anna terlonjak kaget. Anna berbalik menatap pelakunya. Sebuah sorot mata tajam menatapnya. Anna susah payah menelan salivanya.

Tanpa pikir panjang, orang itu menyeret Anna bahkan sebelum Anna tersadar. Saat kesadarannya kembali, Anna berusaha melepaskan cekalan di lengannya.

"Lepas!" Titah Anna. Ia benar-benar muak. Mau apa lagi Orang itu. Ia sunguh tak ingin berurusan dengannya.

"Lo ikut Gue!" Anna mendelik, ia tidak habis pikir akan akal cowok dihadapannya.

"Nggak!"

"Lo harus!"

"Lo siapa? Kalo Gue bilang Nggak, berarti Nggak!"

"Lo harus! Atau Lo bakal nyesal." Tukas Cowok itu. Anna mengerjap tak percaya.

"Lo ngancam Gue?" Cowok itu menatap tajam Anna. Tidak ada kata-kata yang diucapkannya.

"Lo HARUS ikut Gue." Ujar Cowok itu dengan penekanan kata harus dalam kalimatnya. Anna tertegun, ia terdiam tidak mampu memberontak bahkan saat cowok itumembawanya pergi. Anna tetap diam seribu bahasa.

******

Arkhan menatap jam yang melingkar ditangannya. Sudah lewat 15 menit dari janji mereka. Arkhan menatap gusar seluruh kantin, mencoba mencari sosok Anna. Matanya menangkap seorang cewek ang kerap bersama Anna namun, kali ini cewek itu hanya sendirian. Enggan untuk menghampiri, Arkhan hanya bisa menghela napas.

Helaan napas berat, terdengar mengisi kesunyian kantin. Suasana dikantin tidaklah seramai tadi, hanya ada satu atau dua orang yang masihbertahan. Jeritan bel beberapa saat ang lalu membuat banyak orang memlilih meninggalkan kantin. Saat sedang asik mengamati sekelilingnya, Arkhan tertegun mendapati adegan yang tidak pernah ia bayangkan. Darahnya sudah mendidih membayangkan kelnajutan adengan di depannya. Muak? Tentu saja, siapa yang tidak muak melihat adengan ala roman picisan yang bahkan terbilang kacangan. Arkhan menatap tajam ke arah seorang gadis tinggi semampai dengan tubuh langsingnya yang sedang duduk berhadapan dengan seorang yang Arkhan tidak suka.

Gadis itu menoleh dengan senyum yang mengembang penuh. Sialan, Umpat Arkhan.

Fanny, sosok yang sedang diamati Arkhan tampak tersenyum riang bersama seseorang. Seseorang yang entah kenapa Arkhan tidak suka, tidak ada alasan khusus.

Sambil menahan emosi, Arkhan mengamati dua makhluk yang tak jauh di deapannya. Keduanya asik bersanda gurau, bahkan sesekali tampak Rakhel mengacak pelan rambut Fanny. Tidak tahan melihat hal itu, Arkhan menyeret kakinya keluar kantin. Moodnya hancur. Entahlah, Arkhan sendiri tidak mengetahui alasan kenapa dirinya seperti ini. Harus ia akui, kadang kala ada semacam reaksi yang aneh dalam dirinya saat berinteraksi dengan Fanny. Apakah ia menyukai gadis itu? Tidak, tidak mungin itu. Oh, ayolah bukti seperti itu belumlah konkrit jadi bisa saja pada saat itu, hormon bekerja berlebihan.

Arkhan menyusuri koridor sekolah menuju kelasnnya. Saat di undakan terakhir anak tangga, Arkhan terdiam. Sekitar 500 meter dari tempatnya, Anna berjalan gontai. Raut wajahnya yang mendung dan tatapan kosong menghiasi wajah manis. Tidak ada senyum yang hangat. Beberapa kali, Anna berhenti untuk menghela napas bahkan beberapa kali pula ia nyaris menabrak orang.

Tanpa disadari Arkhan sudah berdiri di hadapan Anna, menepuk pelan pucuk kepala gadis itu. tepukkan yang ringan namun mampu membuat Anna terlonjak kaget. Mata sipit Anna membelak saat di dapatinya Arkhan yang sudah berdiri dihadapannya.

"Arkhan?" Yang dipanggil hanya tersenyum sembari mengacak pelan rambut Anna.

"Mendung lagi. Padahal hari lagi cerah, kenapa Lo terus mendung sih? Gue kangen dengan senyum hangat Lo." Gumam Arkhan.

Anna mengerutkan dahinya, tidak paham apa yang Arkhan bicarakan. Mungkin Arkhan hanya bergumam tidak jelas, pikir Anna.

"Gue nungguin Lo. Kurang lebih setengah jam." Tukas Arkhan yang berhasil membuat Anna teringat akan janji mereka.

"Maaf." Ucap Anna, ia benar-benar merasa bersalah.

"Hmm, udah gak usah pake minta maaf segala. Gue gakmarah kok. Ya walaupun sedikit kesal." Ujar Arkhan dengan gaya Cool. Anna menggigit bibir bawahnya dengan wajah yang diselimuti penyesalan dan keraguan.

"Hmm, Apa yang bisa Gue lakuin buat nebus kekesalan Lo?" Tanya Anna ragu. Ia ragu bagaimana harus menebus semua kesalahannya. Walau Bagaimanapun, ini adalah kesalahan dia. Ia sudah mengingkar janji.

"Serius?" Tanya Arkhan memastikan yang hanya dibalas anggukan dari Anna. Seperkian detiknya, sebuah senyum terbit di wajah tampan Arkhan.

"Kalau begitu, pulang sekolah nanti Lo ikut Gue." Seru Arkhan dengan sudut bibir yang masih terangkat.

Anna terdiam, ia mencerna kata-kata Arkhan. Dengan ekspresiyang bingung Anna menanyakan ke mana mereka akan pergi namun Arkhan hanya menjawab singkat.

"Nanti Lo bakalan tahu." Jawab Arkhan.


*********

-Happy Reading-

REALLY-Kala Takdir Mengikat Kita-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang