Earthrise (2)

2.5K 345 133
                                    


Italic untuk percakapan menggunakan bahasa Indonesia ya, or english in English, ehe.

[]
.
.
.
________________
["In this game, i own the rule."]
_______________
.
.
.
[]



"Gue denger ada anak baru." Haechan duduk di samping Jaemin. Membawa nampan yang penuh sama menu makan siangnya. "Orang Indonesia juga?"

Saat lagi bareng sama Haechan, Jaemin berusaha buat bicara menggunakan bahasa mereka. Keuntungannya adalah karena jarang ada yang mengerti apa yang mereka sedang bahas, jadi mereka bisa gosip apa saja sesuka hati; bahkan terkadang juga gosip mengenai Direktur mereka yang menurut kabar simpang-siur akan melaksanakan pernikahan keduanya di bulan depan. Kerugiannya adalah suara Haechan sangat berisik. Pemuda itu tidak bisa menahan luapan emosinya saat bicara; apalagi jika bahasa asalnya sudah keluar, semua orang hampir menatap mereka dengan tatapan terusik.

"Denger dari mana?" Jaemin nanya pelan. Dia sibuk mengunyah tumpukan sayuran di nampannya yang hampir tandas.

"Ah elah, Haechan dilawan." Haechan nepuk dadanya sendiri. "Lo ga bisa nyimpan rahasia dari Haechan, ga bisa."

Haechan, salah satu teknisi elektronika jenius yang saat ini dimiliki NASA. Lulusan Harvard tahun 2017, seketika dilirik NASA ketika mengemukakan tentang penggunaan oksigen cair dan roket-grade propelan minyak tanah sebagai bahan bakar Falcon milik NASA dan rancangan Vertical Take-Off and Landing yang ia yakini mampu ia terapkan pada roket milik NASA di masa depan dalam salah satu seminar. Presentasinya menjanjikan, mata cemerlang cerdasnya menghakimi, penuh dengan kepercayaan diri. Itu juga yang membuatnya menjadi Kepala Divisi Teknisi Eletronika, lima bulan setelah ia bergabung bersama NASA dan bertanggung jawab atas pembuatan Falcon 9 di tahun 2018. Menggubah Falcon menjadi roket paling dinantikan di seluruh dunia dengan beragam fitur dan kemampuan mempuni yang tak kalah dengan Soyuz milik Rusia. Berkata dengan sepenuh hati jika mulai tahun 2020, NASA tak perlu lagi menyewa Soyuz untuk menerbangkan antariksawan mereka ke angkasa, roketnya akan mengalahkan segalanya.

"Ngomongin si anak baru ya?" Entah dari mana, Renjun datang dari belakang Jaemin. Sambil membawa nampan makanannya yang setengah terisi; Renjun memiliki selera makan yang minim sekali, terlihat dari postur tubuhnya yang mungil, lebih mungil dari Haechan yang walaupun memiliki rubuh kurus, pemuda itu mampu menggasak makanan dua kali lipat dari Jaemin

"Kok kamu tau juga, Ren?" Jaemin bertanya, kunyah pisangnya. Hari ini Jaemin malas makan, di piringnya cuma ada seporsi oatmeal campuran buah beri, dua roti tawar dengan selai kacang, satu pisang, dan satu apel. Tidak ada makanan berat, berbeda sekali dengan piring Haechan yang penuh lauk pauk, Haechan berkata perutnya masih berjiwa nasional; pantang kenyang sebelum memakan nasi.

"Ga ada yang bisa dirahasian dari sini, Na. Telinga ada di mana-mana." Renjun duduk di samping Jaemin.

"Anaknya gimana, Na?" Haechan bertanya kepo.

"Ya ... Begitu." Jaemin menjawab ragu. Mengunyah pisangnya lambat.

"Begitu gimana?" Renjun meminta kejelasan lebih.

"Ya, gimana sih. Orang Indonesia. Ya gitu." Masih tidak membuat Haechan dan Renjun puas dengan jawabannya.

"Opo to, Na." Haechan mulai sebal. Jawaban Jaemin tidak informatif. Dia padahal berharap Jaemin akan cerita banyak hal. "Ya jelasin gitu, loh. Orang mana; daerah mana gitu. Anak mana. Angkatan apa. Biasanya juga lu cerdas masalah begini. Kok ini jadi goblok gini?"

RingkasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang