Saat kejadian waktu pagi. Gleo selalu saja memikirkannya, Gleo sangat terkejut saat Karel memeluknya.
Baru kali ini Gleo di peluk oleh seorang wanita dan diam saja. Biasanya dia selalu berontak namun tidak, entahlah Gleo saja bingung."Haduh, kenapah gue mikirin kek gituan sih! seharusnya gue pergi aja ngapain peduli sama tuh cewek," ujar Gleo dengan geram.
"Hai sayang Gleo, ko adek di selingkuhin sih? Babang Gleo jahat deh sungguh aku tersakiti," ungkap Revano meledek Gleo dengan menyentuh pundak Gleo.
"NAJIS WOI!" Gleo memukul punggung Revano.
"Babang sakit ih. Kenapa babang mukulin eneng, dengan kejam!" Revano pura-pura mengelus punggungnya.
"Brisik lu nyet. Kalau lu masih ngomong sumpah serapa elu, gue gak akan lagi berteman sama lu kamvret!" ujar Gleo teriak.
"Iya deh... maafin gue yang tampan ini kepala kaktus," jawab Revano dengan nada tenang.
Disamping berdebatan antara Gleo dan Revano. Melfi Hanya diam membisu. Layaknya Melfi menonton film sinetron, Orang ketiga.
"Bego di pelihara!" sela Melfi antara perdebatan Gleo dengan Revano.
"Tunggu deh. Kaya nya bentar lagi ada yang jadian si kepala kaktus," ucap Melfi.
Melfi melirik Gleo kemudian tersenyum ke arah Revano.
"Ngapain lu, liat-liat gue kek gitu!" tanya Gleo kepada Melfi.
"Jangan muna deh lu kaktus, gue tadi liat adegan drama korea elu sama anak kelas sebelah itu. Ahha! bentar lagi bakal ada yang ngasih kita jatah makan buanyak nih. Sumpah gue seneng banget si kaktus bakal suka sama cewek, gue kira lu suka sama gw babang Gleo," sahut Revano dengan tenang dengan menatap Gleo intens.
"KARELIA!" ujar Melfi dengan suara lantangnya membuat seisi kelas menoleh ke arahnya.
"Apa lu liat-liatin gue. Gue tampan ya? iya gue tau. Aduh nasib anak tampan banyak yang ngefans gile," Melfi menatap teman-teman sekelasnya dengan tersenyum dan melambai-lambaikan lengannya.
"Percaya diri amat lu cacing!" sahut Revano menimpuk Melfi dengan bungkusan kertas.
"Oh, nama dia Karelia. Gue sama si kacang goreng itu gak ada apa-apa anjay," jawab Gleo dengan nada tenang.
Dia tak ingin membuang-buang suaranya dengan berteriak-teriak tak jelas.
"Ngeles lu kaya bajay. Lu kira gue kaga tau sikap lu waktu jaman smp, bahkan lu di kasih berbagai kado sama fans-fans lu acuh. Lah ini dipeluk lu diam aja! Berarti lu ada rasa sama neng Karel," Revano menjawab dengan tersenyum penuh kemenangan.
"Si kaktus suka jaim. Padahal diam-diam suka," ujar Melfi.
Mereka bertiga selalu saja memanggil nama bukan nama asli . Melaikan nama samaran, seperti Gleo dengan julukan kaktus, Melfi si cacing dan Revano Buaya kutil. Sungguh absurd.
"BODOAMAT!" jawab Gleo teriak.
****
Disamping berdebatan Gleo, Melfi, dan Revano. Ada Karel yang sedang asik memikirkan kejadian diwaktu pagi.
"Ya Allah mimpi apa gue tadi malem! kayanya indah gitu sih. Mai, lu tau nggak?" tanya Karel kepada Maira.
"Nggak," jawab Maira ketus.
"Gue belum ngasih tau dodol! asal lu tau yah si tampan itu. Cowok yang Gue suka, pangeran masa depan gue. Dia meluk gue disaat gw terpuruk anjay!" cerita Karel lalu mengentak-entakan kaki nya tertawa layaknya orang gila.
"Siapa?" tanya Maira.
"Ntuh loh, anak Ipa yang paling tampan itu!" jawab Karel dengan semangat 45.
"OH." sahut Karel dengan tenang.
"Lah kok. Oh doang!" Karel memasang muka singa nya.
"Yaudah. Selamat ya Karelia!" jawab Meira teriak.
"GOBLOK! gue punya sahabat kek gini banget si sih kepala besi!" ujar Karel teriak kearah telinga Maira.
Maira menatap Karel dengan intens. Lalu memasang Heandset ke telinganya. Kemudian memutar lagu (Waktu yang salah fiersa besari feat Tantri).
"Ya Allah. Ampuni sahabat Karel yang budek ini semoga telinga nya berfungsi lagi, Aamiin," ungkap Karel memohon.
Disaat itu ada yang diam-diam memperhatikan Karel dari jarak lumayan jauh dari mejanya. Raka Filsyah dia menyukai Karel sejak masa most, namun Raka tak pernah menyatakan perasaan sebenarnya kepada Karel. Dia takut jika cinta nya ditolak oleh Karel.
"Gue gak mau. Ada seseorang mengatakan perasaan nya sebelum gue, gue suka dia dari awal most. Jadi gue harus cepat-cepat katakan ini pada Karel. Apapun jawabannya gue bakal terima!" ujar Raka dengan suara pelan yang tak terdengar oleh siapa pun.
Saat itu Raka melangkah ke arah Karel dengan langkah biasa. Dia ingin mengatak perasaan nya yang dari dulu dia pendam.
"Rel gue, pengen ngomong penting sama lu boleh?" tanya Raka pada Karel.
"Oh. Iya boleh mau ngomong apa?" tanya Karel dengan nada lembut.
"Gue gak bisa ngomong disini, bisa kah di tempat lain?" tanya Raka menaikan kedua alisnya.
Tanpa basa-basi Karel mengiya kan keinginan Raka teman sekelasnya itu.
Saat sudah ada di tempat layaknya lapangan sepak bola, kini Karel dan Raka sedang duduk di tepi Lapangan. Dengan angin yang berhembus menerpa wajah Karel, membuat rambutnya berantakan. Pada saat itu lengan Raka mengangkat rambut Karel ke telinganya, membuat Karel terkejut."Eh iya, maaf soalnya angin disini kencang," kata Karel dengan gugup.
"Iya. Gak papa Rel santai aja kali." jawab Raka
"Oh iya , Raka mau ngomong apa sama Karel ko ditempat sejauh ini dari kelas kita?" tanya Karel.
Karel menatap Raka heran. Raka yang sedang memikirkan apa yang harus dia ucapkan pada Karel.
"Khem. Gue mau ngomong sesuatu tentang perasaan gue," jawab Raka terbata-bata.
"Perasaan apa?" ucap Karel.
"Gue, gue suka lu Rel!" jawab Raka gugup lalu meremas-remas kedua lengannya.
"Apa? raka suka sama Karel dari kapan. Ko raka bisa suka sama Karel?" tanya Karel Saat ini ada banyak pertanyaan untuk Raka.
"Sejak gue liat lu waktu pertama most. Tapi gw belum siap mengatakan perasaan ini, sama lu Rel," jawab Raka Kemudian melanjutkan topik nya kembali,
"Gue bakal terima apapun yang elu jawab. Gue gak bakal maksa ko Rel, gw cuman pengen tau jawaban elu aja?" tanya Raka menatap Karel.
"Jawaban Gue. Maaf Raka gue gak bisa terima lu, gue udah jatuh cinta sama yang lain Rak. Maafin gue. Bukan bermaksud menyakiti Raka, tapi Karel benar nggak bisa Rak maafin Karel," ujar Karel dengan memegang kedua lengan Raka.
"Oh yaudah gak papa ko Rel, gue ngertiin ko. Gue cuman pengen nyatain perasaan gue aja yang dari dulu gue simpen. Lu tenang aja Rel gue gak papa, gue terima keputusan lu," balas Raka.
Raka tersenyum lalu mengacak-acak rambut Karel dengan gemas.
"Maafin gue Rak. Kita bisa temenan ko," kata Karel dengan nada lembut lalu memeluk Raka.
"Iya Karelia. Kita temenan," ucap Raka dengan semangat.
Cukup sampai disini, jari-jari saya mulai keriting wkwk, oh iya makasih banyak yang udah vote semoga kalian mengikuti alur cerita ini😊
()
()
()Jangan lupa Comment bagaimana cerita ini yah😁 dan follow juga akun saya makasih
KAMU SEDANG MEMBACA
KARELIA
Teen FictionKarelia Auren Alecia. Gadis sangat mempesona memilik kepribadian percaya diri apa saja yang dia lalukan. Gleo Fareza pria tampan berhati dingin, pendiam namun Gleo memiliki hati yang hangat sekali jatuh cinta. Dia tidak ingin melepaskannya. "G...