37

158 5 0
                                    


Mereka berusaha menerobos lampu merah, namun apa daya, peraturan dibuat untuk di taati. Mobil polisi itu semakin hilang dimata mereka, apalagi bisingnya kedaraan membuat mereka sulit untuk konsentrasi.

Trutt..
Suara ponsel Alvisya berdering. Dengan cepat Alvisya mengangkat telponnya.

"Halo ?"

"Kamu ada dimana ?"

"Bu desi.. Saya sedang nyusul Rehan !"

"Tapi masih jam pelajaran sekolah !"

"Trus gimana bu ?"

"Balik ke sekolah. Pulang sekolah saja. !"

"Tapi bu..."

Tut.
Mati. Guru tersebut mematikan telponnya. Dengan terpaksa, Alvisya mengkerahkan pasukannya untuk berbalik ke sekolah karena guru tersebut, menyuruhnya untuk tidak keluar dari lingkungan sekolah sebelum bel pulang berdenting.

Akhirnya dengan sangat terpaksa, mereka berbalik arah menuju arah sekolah. Alvisya sedikit kecewa, mengapa dirinya tak memikirkan hal itu?.

Tak berapa lama, sampailah mereka di tempat tujuan. Gerbang sekolah terbuka lebar, telah berdiri bu Desi didekat gerbang tersebut. Guru itu memberhentikan motor yang ditunggangi oleh teman-temannya. Guru itu menyambut mereka dengan ocehan yang panjang lebar nan membosankan. Namun, tak lupa mereka menundukkan kepalanya menghormati sang pembicara. Mereka tahu, ini semua salahnya, jadi mereka akan menerima semua nasihat dari guru tersebut.

Setelah ceramah panjang lebar dari bu Desi berhenti, bu Desi menyuruh mereka membersihkan kamar mandi dan taman seusai bel pulang berbunyi. Awalnya mereka protes, namun akhirnya mereka yang mengaku salah itu menerima hukumannya dengan lapang dada walaupun ada salah satu dari mereka bergerutu dibelakang.

Mereka berjalan ke arah masing-masing kelasnya. Brayn hanya duduk dan sesekali melihat tas Rehan yang tak dibawanya.

Tak berapa lama, bel pulang pun berbunyi. Mereka yang dihukumpun berjalan kearah taman dan kamar mandi sekolah.

Mereka merapih dan membersihkan tempat itu  dengan berbagi tugas.

Setelah merapih dan membersihkan tempat itu, Alvisya dan yang lainnya bersiap-siap untuk pergi ke kantor polisi yang bersangkutan dengan ditangkapnya Rehan. Namun, Alvisya tiba-tiba saja berubah pikiran untuk menjenguk Rehan.

"Kenapa ?" Tanya Susi.

"Karena aku punya firasat buruk !"

"Gak itu cuma firasat.!"

"Baiklah..!"

Alvisya mengambil kunci motor yang ada ditas Rehan yang ditinggalkan dikelas. Namun, tas itu kini sudah ada dipundaknya karena Brayn mengambilnya untuk Alvisya.

"Yuk!"

"Yuk !"

Mereka akhirnya capcus kearah polsek yang dituju.

Saat mereka tiba, mereka disambut hangat oleh polisi. Polisi itu melontarkan beberapa pertanyaan tentang tujuan mereka ke polsek. Dan merekapun menjawabnya dengan sigap.

"Jadi kalian mau bertemu saudara Rehan ?"

"Iya pak !" Ucap mereka kompak.

"Mohon maaf sekali de, untuk saat ini tahanan yang bernama Rehan sedang di evakuasi, jadi tidak bisa untuk ditemui."

"Kalo titip pesan boleh gak pak ?"

"Emang pesan apa ?"

"Gini pak. Tolong dia telpon Andi ketika sudah di evakuasi."

RehankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang