Tu

61 6 11
                                    

"Danice!" panggil seseorang.

Gadis itu berhenti kemudian menengok. Melihat siapa yang memanggilnya, walaupun sebenarnya ia sudah tau. Choi Minji, sahabatnya dari SMP. Satu kelas saat SMP. Kembali satu sekolah dan satu kelas saat SMA. Minji merangkul Danice lalu berjalan bersama menuju kelas.

"Lo tau ga? Hari ini katanya ada anak baru di kelas kita"

"Ngga. Tau darimana lo?" tanya Danice.

"Ada lah... kepo lo"

"Terserah" jengah Danice. Minji hanya tertawa.

Mereka sampai di kelas. Sudah banyak siswa yang datang. Karena tadi sang kakak terlambat bangun, jadilah Danice juga terlambat. Mereka menempati bangkunya masing-masing.

"Eh Nice, hari ini ada ulangan. Lo udah belajar?" tanya seorang temannya. Ahn Hyeongseob.

"Udah Seob, kenapa?"

"Wooo lo salah nanya orang Seob! Juara kelas ya pasti udah belajar. Kalaupun belum, pasti nilainya juga ga jauh-jauh dari sembilan!" Ucap Minji dengan semangat.

"Ini, ajarin gue yang ini dong Nice, please" kata Hyeongseob meminta tolong.

"Oke"

Berakhir Danice menjadi guru private Minji dan Hyeongseob. Sampai bel masuk berbunyi, akhirnya Hyeongseob kembali ke tempatnya. Lalu menyiapkan teman-temannya agar tenang. Hyeongseob itu ketua kelas ini. Jadi ia yang bertugas.

Pak Jisung masuk diikuti seorang anak laki-laki dibelakangnya. Semua menatap kagum anak itu. Ah tidak semua sebenarnya. Buktinya Danice hanya menatap dengan tatapan datar.

"Nice, ganteng ya?" bisik Minji

"Buat lo tuh siapa yang ga ganteng? Woojin aja lo bilang ganteng"

Woojin itu pacar Minji. Anak kelas sebelah. Manis memang. Punya gingsul yang katanya senjata maut menaklukkan hati para gadis single.Walaupun memang kulitnya sedikit gelap dari kebanyakan orang.

"Ish Danice!" kesal Minji. Dan Danice hanya terkekeh pelan sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya membentuk tanda peace.

"Anak-anak, hari ini kita kedatangan teman baru. Silakan perkenalan" Pak Jisung mempersilakan anak itu mengenalkan dirinya.

"Nama saya Lai Kuanlin. Lulusan dari SMP Hanlim"

"Jadi, Kuanlin ini anak akselerasi. Karena hanya dia yang lolos, jadi pihak sekolah menggabungkannya dengan kelas kalian. Harap kalian berteman dengan baik ya" pesan pak Jisung.

"Baik, pak!" seru para siswa.

"Nah, Kuanlin silakan duduk di tempat yang kosong."

Kuanlin berjalan menuju tempat yang kosong. Di samping Danice. Pandangan Danice masih belum berubah. Datar.

"Baik, kalau begitu bapak keluar. Semangat untuk hari ini. Fighting!" seru pak Jisung menyemangati.

"Fighting!"

Setelah pak Jisung keluar, masuklah guru bahasa Korea. Pak Hoseok. Humoris sekali guru yang satu ini. He's like a sunshine. Setiap beliau mengajar, maka kelasnya tak pernah sepi. Bukan ramai karena ribut, tapi ramai karena para siswanya bersemangat belajar.

++++

Saat istirahat tiba, Kuanlin di datangi Ahn Hyeongseob. Dia mengajak Kuanlin berkenalan, mengenalkan struktur organisasi kelas dan sebagainya. Ketua kelas yang budiman bukan?:)

"Kalo mau tanya apa apa, tanya gue aja ya" kata Hyeongseob sambil menepuk bahu Kuanlin.

"Oke kak, makasih ya infonya"

Anak Aksel [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang