Diana, hari ini hujan, kau sangat menyukai hujan bukan? Kau dulu sering kali bercerita ketika kita masih cukup dekat untuk bisa dibilang bersama. Kau bicara bahwa setiap hujan turun maka ada ingatan yang telah terlupakan tiba-tiba muncul kembali dalam otakmu, ia muncul seperti sebuah rekaman yang sering kau putar pada beranda handphonemu. Ia muncul diantara tetesan air yang jatuh dari awan. Ia muncul bersama khasnya bau tanah yang terkena rintik setelah berhari tak terjamah. Ia muncul dalam balutan ingatan masalalu yang membuatmu sesaat melupakan orang yang ada didepanmu, meskipun itu aku.
Diana, ketika hujan tiba, kau kadang bercerita tentang ia yang pernah jadi cinta dahulu kala, tentang ia yang membuatmu merana, tentang ia yang memaksamu tak lagi bisa membuka, sedikit hati. Bercerita tentang masa-masa indah yang dulu pernah kalian lewati, tentang masa yang membuatmu menjadi seorang pencerita, tentang rasa cinta yang berubah jadi lara. Kau tau apa yang kupikirkan? Sebenarnya semuanya hanya berujung satu, ia mencampakkanmu.
Tapi Diana, meskipun jawabanku selalu sama terhadap semua kisahmu, kau tetap tak lelah untuk bicara, sedangkan aku sendiri kadang sampai bosan mendengarnya. Kau hanya bercerita tentang sesuatu yang sudah pasti dan hanya kau ulangi lagi. Bukan hal baru bagiku, memang seperti itulah kamu. Sayangnya aku orang yang terlalu peduli, hingga rasa sakit yang berulang kau ceritakan tetap kudengarkan seolah itu hal baru dan masih menarik perhatianku. Ah, kadang aku jadi merasa menjadi manusia paling munafik di dunia karna sifatku ini.
Diana, kadang kau juga bercerita seolah kau sangat merindukannya, menceritakan betapa indah masa lalu ketika kalian bersama. Aku tak terlalu peduli tentang itu semua meski beberapa kali ada rasa sakit di dalam hati yang tak bisa kupahami karna kisahmu. Kau seolah ingin kembali lagi kemasa lalu yang menurutmu jadi masa paling menyenangkan dalam hidupmu selama bertahun kau melewati kehidupan. Aku juga tidak terlalu peduli tentang itu. Kadang pula kau bercerita tentang dia yang datang kerumahmu setiap malam minggu, duduk diberanda depan rumahmu dan memberikan kecupan didahi sebelum ia pergi. Aku lebih tidak peduli lagi tentang itu. Rasa sakit yang ada dihatiku kurasa wajar saja, sebagai seorang lelaki kita pasti pernah merasakan hal seperti itu, dekat dengan wanita kemudian menjadi terlalu dekat dan merasakan rasa sayang yang berbeda, namun aku percaya itu semua bukan cinta. Cinta adalah sesuatu yang berbeda dari sekedar rasa, cinta adalah anugrah tuhan untuk manusia, letaknya dihati dan tak bisa semudah itu kau bagi. Cinta adalah perasaan yang murni, perasaan untuk hal yang lebih istimewa dari sekedar perasaan dan kebiasaan. Sepertinya yang kurasakan hanya sebuah rasa nyaman karena terbiasa, hanya sebatas itu saja.
Diana, kala itu aku merasa ada sesuatu yang berbeda dariku. Rasa nyaman, namun berlebihan, dan itu membuatku terjebak dalam sebuah cerita yang menyedihkan dimana aku terpaksa harus terus bersamamu sepanjang waktu. Jadi ada yang berbeda kini tiap kali aku duduk sendiri memandang hujan namun tanpamu disini, jadi berbeda rasanya ketika harus menikmati secangkir kopi namun tanpa suaramu ditelinga, dan terasa ada yang aneh tiap kali kutahu kau pergi dengan orang lain tanpa mengajakku. Mungkin berbeda bagi sebagian orang dalam menyebutnya, namun bagiku itu bukanlah apa yang disebut kecemburuan, itu lebih seperti kehilangan sebab kita sudah terlalu terpaku pada kebiasaan dalam kebersamaan. Ya, kebiasaan sungguh menyeramkan.
Diana, setelah berwaktu terbiasa bersamamu, kini kau memilih menjauh dariku. Melepaskan segala kebiasaan dan mencoba menghapusnya. Kau sepertinya biasa saja dalam perubahan, namun aku tidak. Melepaskan kebiasaan bagiku seperti melepaskan sedikit jiwa yang sudah kubawa dalam kehidupan, seperti kehilangan sebagian nyawa yang kupertahankan, seperti kehilangan gairah untuk berjalan. Kau sepertinya menyiapkan segalanya dengan matang hanya untuk sekedar pergi, namun sayangnya kau hanya menyiapkan untuk dirimu sendiri, sedang kau tak memberitahuku sama sekali perihal itu. Kau berhasil tanpa dapat yang buruk, sedang aku malah terkungkung dan terpuruk, itu menyakitkan Diana.
(Bersambung-Diana 2)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kopi, Cinta, dan Perpisahan
Short Storybukan sesuatu yang menyenangkan, tapi itulah kopi.