Aku yang masih diatas motor langsung berbalik arah dan pergi. Sangat jelas, aku mendengar panggilanmu, begitu keras terngiang di telinga, mungkin lebih mirip sebuah jeritan, namun aku tetap harus pergi. Di titik ini aku tak mungkin kembali lagi sayang, karna pasti takkan ada kuasaku untuk pergi. Aku harus meninggalkan semua tentangmu dan semua hal yang selama ini menyertaiku. Kisah-kisah tentang kita akan kukubur dalam-dalam setelah ini, cerita tentangmu akan kularung dan kubiarkan tenggelam dilautan. Biarlah kesunyian menyertaiku dan kesepian menemaniku tanpamu.
Sayang, aku hanya orang yang pergi darimu tanpa manangis atau tersenyum, aku hanya orang yang meninggalkanmu tepat sebelum malam ini tiba, saat senja mulai kehilangan ronanya, saat gelap mulai memakan cakrawala. Aku yang tak pernah menjadi kekasih atau seterumu, aku hanya sesuatu yang mungkin pernah ada untukmu. Bencilah aku. Jika suatu saat nanti kita bertemu lagi cacilah aku, makilah aku jika perlu. Karna itu memang yang seharusnya aku terima. Namun saat ini aku hanya bisa seperti air yang mengalir, terus kebawah tanpa tau kemana bermuara. Terus berjalan tanpa mampu melawan arus. Terus mengikuti sungai-sungai kecil ini dan menyelinap diantara bebatuan dan juga akar pepohonan yang semakin banyak menghadang. Tetap hidup dan mencoba membebaskan diri dari rasa sedih serta kehilangan yang memang menjadi sebuah kepastian. Tetap berjalan dalam sakit hati dan penyesalan.
...sebelumnya...
"hay, kau terlihat sangat cantik hari ini"
"terimakasih mas" kau menjawab sambil tersenyum.
"kita mau kemana?" Ucapku.
"aku mau kepantai"
"iya" ucapku, dan sebuah anggukan tanda setuju.
Perjalanan kita sangat menyenangkan sayang. Kau dan aku tertawa, bercanda dan berbagi cerita. Selalu seperti itu kan? Mungkin karna kita jarang bisa bertemu dan melepas rindu. Hari-hari yang kita lalui hanya lewat suara, itupun masih mampu kita syukuri bersama. Kemudian hari ini kita akhirnya bertemu setelah sekian lama, ini sangat menyenangkan.
"hay tiw, bukankah pantai ini sangat indah?"Aku membuka obrolan kami yang sedari tadi hanya duduk berdua setelah berjalan-jalan disekitar pantai. Tanganmu melingkar dilenganku. Bahuku yang biasanya sendiri kini jadi tempatmu bersender. Rasanya masih sedikit aneh setelah begitu lama.
"kau benar mas, pantai ini terlihat sangat indah. Mungkin karna disini kita berdua tanpa ada yang mengganggu" ucapmu.
"sepertinya begitu, tapi setelah sekian lama kau jadi sedikit lebih manja dari dulu yah,,,hahaha" aku tertawa.
Sesaat kau terdiam kemudian kau angkat kepalamu dari pundakku, menatapku dalam-dalam seperti ingin bicara. Lama kutunggu kata darimu. Tak ada yang terucap akhirnya.
"ada apa? Ada sesuatu yang salah?" Ucapku.
"tidak mas, tak ada apa-apa" balasmu.
"aku ndak percaya, ada apa yang?"Hati ini semakin penasaran.
"mas, aku dijodohkan".
"apa? Kau?" Jawaban itu benar-benar menyakitkan. Mendengar kabar seperti ini setelah sekian lama kami tidak berjumpa benar-benar membuatku tak bisa menahan amarah. Aku memegang tangannya erat, mungkin lebih mendekati kuat.
"mas, sakit mas, aku tak bisa menolak, itu kemauan orang tuaku mas" kau terlihat kesakitan karna genggamanku.
Akhirnya aku mengendurkan pegangan tanganku tanpa melepasnya. Aku masih mencoba menenangkan diri setelah semua kabar ini. Seperti mendapat sayatan pedang pada tubuh lalu tersiram air laut dan menjadikannya pedih sepedih mungkin. Bahkan itu mungkin belum cukup untuk menggambarkan rasa sakit yang kini aku rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kopi, Cinta, dan Perpisahan
Historia Cortabukan sesuatu yang menyenangkan, tapi itulah kopi.