Dua

47 14 2
                                    

'Sisil jangan menangis!'

Gadis kecil yang bersandar pada pohon dengan menekukan kedua kaki dan membenamkan wajah di kedua tangan. Gadis kecil itu menangis dengan isakan kecil yang terpendam dibalik wajah.
Dan seorang lelaki berseragam SD yang merupakan sahabat gadis itu, berusaha menenangkannya dengan memeluknya.

'Ka-ka jahatttt! Hiks kakak udah punya temen baru, jadi gak mau main lagi sama Sisil uaahhhhhhh!'

Tangisan gadis itu kian meraung terdengar pilu.

Lelaki yang kini memeluknya kelabakan. Gadis itu terus menangis dan pada akhirnya lelaki itu mengusap-ngusap punggung Sisil agar tenang.

'Kakak akan selalu main sama Sisil. Jangan menangis, mereka hanya teman kakak, kalau Sisil kesayangan kakak.' ujar lelaki itu dengan senyum lebar.

Sisil mendongak menatap wajah lelaki yang memeluknya.

'Ka-kak sayang sa-mah Sisil?' tanya gadis itu sedikit tersengguk oleh tangisnya.

Lelaki itu mengelus pipi Sisil dengamlm kedua tangannya, kemudian tersenyum. 'Kakak selalu sayang sama Sisil. Kakak janji akan selalu main sama Sisil.'

'Sampai Sisil udah gede, kakak harus mau main sama Sisil!' titahnya penuh harap.

'Iya! kakak nggak akan pernah ninggalin Sisil.' lelaki itu mencium hidung Sisil. 'Sekarang kita pulang, udah sore.' lanjutnya.

Sisil mengangguk dan berdiri diikuti lelaki tersebut. Keduanya sama-sama berjalan dengan tangan saling menggenggam.

~~~

Matahari sudah benar-benar tenggelam dan menggantikan malam yang sunyi. Seorang gadis berwajah manis itu sedang menikmati cahaya rembulan di balkon kamar kosnya.

Sisil!

Sisil termenung dengan memegang sebuah foto lama dan hampir rusak. Sorot matanya sendu seolah tak ada gairah untuk kehidupannya. Ada sebuah rasa yang sudah lama tak tersampaikan, hanya ia pendam dan berharap takdir bisa menyampaikannya. Rasa itu adalah rindu, rasa yang benar-benar menanggung beban yang berat untuknya.

Sisil menghela nafasnya berat. Lalu memejamkan mata, merasakan hembusan angin malam yang menerpa wajahnya.

Tes.

Tanpa sengaja air mata jatuh menelusuri pipinya.

"Dia tidak mengenaliku." ucapnya terdengar parau.

Kemudian Ia melirik sebuah foto seorang lelaki yang sedang tersenyum manis.

"Aku merindukanmu." tangis Sisil semakin deras. Dia sangat merindukan seseorang. Seseorang yang dulu sangat menyayanginya.

Rindu yang sudah akut memang membuat seseorang menjadi sangat lemah. Menangis! Hanya itu yang Sisil lakukan untuk melampiaskan sakit hatinya. Dia benar-benar merasa kehilangan.

Sisil menggenggam erat foto itu seolah bisa saja seseorang yang dirindukannya tiba-tiba muncul di hadapannya.

Tangisnnya kini semakin terisak. Membiarkan wajahnya memerah dan matanya membengkak. Untuk sekarang dia ingin melampiaskan rasa sialan ini.

Sisil hanya sebatang kara. Semua orang pergi meninggalkannya. Ayah, bunda, nenek dan seseorang yang selalu menjadi penopang hidup pergi dan membiarkannya hidup sendiri.

Dan dia benar-benar sendiri sekarang!

Awal pertemuan sampai titik dimana Seorang Sisil kehilangan separuh hidupnya. Semua memori itu masih melekat di otaknya.

Bagaimana nasibnya jika seorang yang Ia anggap sangat berarti tiba-tiba menjelma menjadi orang asing? Hancur! Seseorang yang pernah mengisi hidupnya, seseorang yang menjadi alasan ia bertahan hidup di atas keterpurukannya, pergi dengan melupakan masa lalu yang indah. Melupakan semua kenangan saat bersamanya. Hancur karena semuanya sudah berubah!

Pertemuan berlangsung bagaikan mimpi
Tersirat oleh rasa rindu yang mendalam
Membawa luka baru yang tak kan terobati
Ku mengingatmu tapi kau melupakanku
Bagai orang asing yang tak berarti dihidupmu
Semua kenangan indah hanya dimasa lalu
Terjebak dalam memory yang telah hilang.

Ku sangat merindukanmu, Asyel Damian❤️

Sepenggal puisi yang ia tulis dalam buku hariannya.

Tbc

Jujur dipart ini feel nya gak dapet. Authornya bucin mulu😆Tapi saya usahain dipart selanjutnya akan dibuat semenarik mungkin😊

Salam Afy

AsyelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang